Kuncir Dua

11 8 0
                                    

Sebuah diary bersampul biru terjatuh ke lantai. Gadis berkuncir dua itu menundukkan kepalanya, tak berani menatap orang-orang disekitarnya. Seorang lelaki bertubuh tinggi mengambil kembali buku itu dan memberikannya kepada gadis itu.

"Udah, La. Gak usah dipedulikan, mereka emang begitu orangnya," ujar Bima sambil membenarkan almamater yang dikenakan olehnya.

"Bima ... anak SMA emang begini, kah?"

"Layla harus ingat, SMA enggak seindah yang Layla pikirkan. Disini ada sih yang romantis tapi kebanyakan enggaknya"

"Bima jagain Layla, ya. Layla takut untuk masuk"

"Iya, Layla. Eh? nanti jangan panggil Bima pakai nama, panggil kakak aja"

"Siap!"

Satu jam berlalu, Layla sudah berdiri dalam barisannya tentunya dengan rambut yang dikuncir dua serta memakai papan nama. Layla sangat merasa konyol saat ini, ia hanya menunduk karena begitu banyak tatapan mengerikan dari sekelilingnya.

"Sebelum kita mulai hendaklah kita membaca doa terlebih dahulu menurut kepercayaan masing-masing. Berdoa dimulai"

"Berdoa selesai"

Bima mulai menggiring anggota gugusnya untuk mengenal lebih jauh tentang lingkungan sekolah, yaitu SMA Starlight. Salah satu SMA terfavorit di kota itu, Layla berjalan beriringan dengan gugusnya. Hingga sampailah mereka di depan sebuah ruangan yang begitu besar.

"Nah, jadi ruangan ini dinamakan Aula. Kita biasanya melakukan berbagai praktek disini. Seperti menari, menyanyi, olahraga di dalam ruangan dan masih banyak lagi," jelas Bima.

Gugus tersebut hanya ber-ooh ria sambil menatap sekelilingnya. Setelah cukup lama mengelilingi satu sekolah yang cukup luas, mereka beristirahat di depan sebuah ruang kelas. Layla mengibaskan tangannya untuk menghilangkan rasa gerahnya. Bima menatap Layla geleng-geleng, gadis berkulit putih dengan rambut coklat alaminya serta mata coklat madu yang indah dengan rambut yang di kuncir dua. Bima benar-benar tidak menyangka jika waktu berjalan secepat ini.

"Sambil istirahat, kalian boleh menggambar denah sekolah. Setelah selesai, kumpulkan sama kakak, okey?"

"Oke kak!"

"Eh? nama kamu siapa?" tanya Bima kepada Layla.

"A-Aku?" tanya Layla ragu.

"Iya, kamu"

"Namaku Layla Nada Sofia"

"Nama yang indah, gimana ada yang mau jadi pacar Layla?" tanya Bima dengan anggota gugusnya.

"Eh? Layla gak mau pacaran," tolak Layla cepat.

"Lho kenapa? disini banyak yang ganteng lho. Iya, enggak?"

"Setuju!" sorak semua laki-laki yang berada dalam satu gugus yang sama dengan Layla.

"Ish Bima," ujar Layla pelan.

"La ... " tegur Bima dengan muka datarnya.

"Eh iya kak. Maaf"

Layla mengambil satu persatu hasil gambar denah sekolah dari teman-teman satu gugusnya, lalu memberikannya kepada Bima. Layla menyembunyikan kertas miliknya di tengah tengah tumpukan kertas yang ia pegang. Bima menerimanya dengan senang hati, lalu mencari kertas milik Layla. Ia tertawa saat melihat denah sekolah yang ia pegang, Layla hanya melotot tanpa bersuara.

"Ya sudah, kalian tunggu disini dulu, ya. Kakak mau mengumpulkan gambar denah sekolah milih kalian yang bagus-bagus ini. Jangan ada yang bubar"

"Iya, kak"

Diary Layla [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang