New Neighbor

55 40 11
                                    

Cahaya mentari menerobos masuk ke kamar gadis kecil itu tanpa izin. Mata coklatnya mengerjap pelan untuk menyesuaikan cahaya yang dapat diterima oleh netranya. Sebenarnya ia sudah bangun sejak tadi, hanya saja tubuhnya belum bisa bangkit dari kasur. Ia berlari kecil menuju jendela dan melihat banyak sekali kotak kardus di depan rumah yang terletak di sebrang rumahnya.

"Lho? pantesan beyisik," katanya sambil mengucek mata.

Ia berjalan menuruni anak tangga, menjumpai Bundanya yang pagi ini tengah memasak sarapan. Eits, dia kembali lagi ke kamar karena lupa untuk mencuci mukanya. Ia berjalan kembali menuju dapur yang ternyata sudah dipenuhi dengan obrolan orang tuanya. Ayah Layla sudah membaik setelah seminggu dirawat.

"Selamat pagi Ayah! Selamat pagi juga Bunda!" sapanya dengan seulas senyum manis yang merekah.

"Pagi-pagi udah seneng aja kelihatannya. Kenapa nih? ada apa?" tanya Ayahnya penuh selidik .

"Ndak ada, kok," elaknya.

"Layla pengen nemuin cowok di rumah itu ya? Ngaku loh ngaku," goda Ayahnya sambil menarik turunkan alis.

"Haa? cowok? mana Ayah?" tanya Layla dengan wajah polosnya.

"Itu lho yang baru pindah ke seberang"

"Ada cowoknya toh, ganteng ndak?"

"Ya jelas, dia kan cowok atuh"

Layla senyum senyum sendiri membayangkan wajah tampan cowok yang dikatakan oleh ayahnya tadi. Apakah seganteng para cogan di Drakor? Atau seganteng para tokoh dalam film anime?

"Kamu kenapa senyum-senyum? kesurupan ?"

"Ndak kok, Layla ndak tenyum tenyum"

Kedua orangtuanya menatap Layla sedikit curiga, apa yang berada dalam pikiran anaknya saat ini? Mereka hanya melahap sarapan dalam diam, sesekali ikut tersenyum melihat Layla yang tertawa sendiri.

Setelah sarapan, Layla bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Lalu ia mencari baju miliknya yang sekiranya pantas untuk ia kenakan pagi ini. Tak lupa, ia meminta Bundanya untuk menguncir rambutnya seperti biasa.

"Layla tumben mandi pagi, mau kemana?"

"Mau ke depan"

"Ke depan kok pake dandan beginian?"

"Biar kelihatan cantik"

Gadis kecil itu berlari menuju rumah yang terletak di sebrang rumahnya untuk menghampiri tetangga barunya itu. Hal pertama yang ia lihat adalah seorang anak lelaki berkulit putih, rambut berwarna coklat gelap disertai sweater berwarna coklat pastel. Tak lupa ia juga memakai kacamata bulat yang menghiasi mata indahnya.

"Halo! Selamat pagi!" sapa Layla namun diabaikan.

"Halo," ulangnya.

Anak lelaki itu masih tetap diam, mencoba mengangkat sebuah box berisi mainan dengan kedua tangannya. Namun tak berhasil.

"Mau Layla bantu?"

Anak lelaki itu tak menggubris sama sekali, ia malah duduk sambil menangkup kedua pipinya dengan telapak tangan. Terlihat raut wajah sedikit kesal dan kelelahan.

"Layla bantu, ya?"

"Nggak perlu," tolaknya cepat.

"Kamu bisa ngomong toh?"

Diary Layla [ SELESAI ]Where stories live. Discover now