Missing Something

24 15 6
                                    

"Kehilangan mengajarkanku artinya sebuah keikhlasan yang sesungguhnya"
- Diary Layla -

Langkah kaki mungil itu terdengar menyentuh lantai rumah. Ia berlari menuju ke arah Bundanya yang sedari tadi berteriak memanggilnya. Matanya terbelalak menatap banyak cairan merah yang berceceran di lantai.

"Bunda? Bunda ... hiks," isaknya sambil menepuk pipi Bundanya pelan, namun wanita itu masih tetap menutup matanya rapat.

"Bunda! Jangan tidul, ini belum malam"

Karena tak mendapat respon apapun, akhirnya Layla bangkit. Kakinya terkena sedikit cipratan darah, ia tidak memperdulikannya dan langsung berlari mencari pertolongan. Kaki mungil Layla tidak akan sanggup untuk menempuh jarak yang jauh, maka dari itu ia hanya bisa berlari menuju rumah Bima.

"Bima! Buka pintunya! Bima tolong Layla hiks ... Bima ...." Gadis itu masih terisak sambil menggedor-gedor pintu rumah Bima yang terkunci.

Layla menggigit jemarinya, pandangannya mulai beredar tapi tak ada seorangpun di sana. Keringat dingin mulai bercucuran di pelipisnya, ia beberapa kali menghela napasnya kasar dengan mata berkaca-kaca.

"Ayah ... cepat pulang," lirihnya dan kembali mengetuk pintu rumah Bima dengan sisa tenaganya.

"Bima ... bukain!"

Seseorang membuka kunci pintu dari arah dalam, gesekan pintu dengan lantai terdengar jelas di telinganya. Seorang lelaki bertubuh tegap menatapnya heran dari ambang pintu. Perlahan tangan mungil itu menyeka air matanya yang masih tersisa di sana lalu mulai berbicara.

"Om ... bantu Layla," ujarnya dengan suara bergetar.

"Bantu apa, cantik?"

"Bu-Bunda Om ... hiks ... hiks ...."

"Eh? kenapa nangis?"

Pandangan lelaki itu tertuju pada bercak darah pada kaki Layla. Tatapannya mulai berubah khawatir, ia meraih tangan mungil itu perlahan.

"Ini kenapa berdarah?"

"Hiks ... hiks ...."

Tanpa basa-basi lagi, lelaki itu membawa Layla menuju rumah gadis kecil itu. Sorot matanya mulai tertuju pada seorang wanita yang tengah tergeletak lemah di atas lantai dengan tubuh yang dilumuri darah  Ia berjalan mendekat, memastikan bahwa masih ada hembusan napas dari wanita itu.

"Layla sama Bima dulu, ya, Om mau bawa Bunda Layla ke rumah sakit"

"Iya, Om"

🌻🌻🌻

Lelaki dengan balutan baju kaos itu hanya bisa berjalan mondar-mandir dengan satu tangan yang tak pernah berhenti memijat pelipisnya yang nyeri. Perasaannya sedang tidak tenang saat ini. Sedangkan Layla, gadis kecil itu menangis di dalam dekapan neneknya. Bima yang saat itu juga berada di sana ikut mengelus pelan rambut Layla, mencoba tuk menenangkannya.

"Hiks ... Nek ... Bunda ndak apa-apa, kan?"

"Ndak kok, Bunda Layla pasti baik-baik aja"

Diary Layla [ SELESAI ]Where stories live. Discover now