A Dream

30 14 3
                                    


"Dia itu milikku, jangan diambil. Nanti air mata tak ada sudahnya untuk keluar dari mataku"
- Galen Bima Pranata -

"Huaaa Bima cepet suapin Layla," rengek gadis kecil itu.

"Bunda aja, ya, yang nyuapin?"

"Ndak mau! Layla mau disuapin cama Bima"

"Harus banget ya? wajib gitu?" tanya Bima dengan tatapan menyebalkan.

"Halus! Ndak ada penolakan!"

"Bima gak mau, gimana dong?"

"Layla ndak mau salapan!"

"Lho, nanti sakit nyalahin Bima"

"Emang Bima yang salah!"

Bima menggaruk kepalanya yang tak gatal, tangannya beralih ke sendok yang tergeletak diatas meja. Meraihnya dan hendak melaksanakan perintah dari Layla.

"Buka mulut"

"Layla ndak mau!"

"Cepetan buka! Atau Bima gak bakal mau nyuapin Layla lagi"

"Layla ndak mau!"

"Ya udah, gak jadi nyuapin"

"Iya deh, Layla mau"

Kini, gadis kecil itu berlarian mengejar seekor kupu-kupu yang sedari tadi berlalu lalang dihadapannya. Raut wajah bahagia tak pernah luntur dari wajah cantiknya saat ini. Sedangkan anak lelaki yang saat ini bersamanya, hanya duduk sembari memperhatikan tingkahnya.

Brukk

"Layla!"

Dengan cepat ia menghampiri tubuh gadis kecil itu dan meraihnya untuk duduk. Layla meringis perih, kedua lututnya tergores dan perlahan mengeluarkan cairan berwarna merah.

"Hiks ... sakit ... hiks," isak Layla sambil memegangi lututnya.

"Jangan nangis," bujuk Bima.

Pandangan mata Bima beredar, muncul sebuah ide di dalam benaknya. Netranya menatap Layla lekat.

"Layla masih bisa jalan?" tanya Bima saat melihat darah yang masih keluar dari lutut gadis kecil itu.

"Ndak bisa,"jawab Layla cepat.

Bima memasang tubuhnya, ia berjongkok dan membelakangi Layla. Gadis kecil itu menghentikan isakannya, kini dirinya bingung harus berbuat apa.

"Bima mau napain?"

"Gendong Layla, cepetan naik"

"Ndak mau, Layla beyat, Bima ndak akan kuat, bial Layla jalan aja"

"Sok-sokan mau jalan, ya udah kalo gitu. Bima duluan"

Bima melangkahkan kakinya menjauh dari gadis kecil itu. Suara isakan itu kembali terdengar di indra pendengarannya. Langkahnya terhenti, matanya bergerak untuk melihat gadis kecil itu.

"Bima jahat! Bima ndak peka!"

"Tadi pas mau di gendong gak mau, katanya mau jalan aja. Ya udah, Bima tinggal. Gak peka dari mana?"

Diary Layla [ SELESAI ]Where stories live. Discover now