Senyum, Cantik

24 12 5
                                    

"Senyummu meruntuhkan segala rasa sakit hati yang di derita "
- Galen Bima Pranata -

Sudah dua hari sejak kejadian tersebut berlangsung, tetap saja tidak ada kata maaf dari Layla yang diterima oleh kedua orang tuanya. Kondisi Layla juga tidak sebaik yang terlihat, ia mungkin masih berpenampilan rapi dari luar.Tapi tidak di dalam yang sudah kacau tak karuan. Gadis kecil itu telah menangis sejak dua hari yang lalu, sampai-sampai ia menangis tanpa suara pagi ini.

"Ma-maafin Layla, Ayah ... Bunda ... Maafin Layla," isaknya sambil memegang pinggiran brankar tempat Bundanya berbaring.

Kedua orang tuanya, baik itu Bundanya atau Ayahnya sama sama menatapnya dengan tatapan sinis. Layla yang merasa di tatap hanya menunduk takut, isakannya perlahan mereda meski bibirnya masih bergetar.

"Bu ... tolong bawa Layla pergi dulu, Risa mau nenangin diri dulu," ujar Bunda Layla sambil melirik putrinya sekilas.

"Tapi ..." cegah Nenek Layla.

"Cuma sebentar, kok, Bu," sela Ayah Layla dengan tatapan memohon.

Layla dituntun keluar dari kamar rawat, masih dengan wajahnya yang lusuh. Sesekali ia menghapus ingusnya yang mulai turun. Ia tidak dapat membayangkan perkataan apa lagi yang akan dilontarkan oleh kedua orang tuanya.

"Layla ... sarapan dulu ya? Layla dari semalam belum makan lho "

"Ndak mau, Nek. Layla ndak lapel"

"Bohong nih. Ingat kata kakek apa? kalo bohong masuk neraka. Emang mau?"

Layla menggeleng cepat, tangan mungilnya menggenggam erat jemari Neneknya. Ia tersenyum tipis menyetujui ajakan Neneknya.

"Layla mau salapan, tapi di suapin cama Nenek. Boleh ya?"

"Ya boleh toh, masa permintaan cucu sendiri ditolak"

Keduanya berjalan menuju kantin rumah sakit, mata coklat itu beredar menatap sekelilingnya. Ia menemukan seseorang, seseorang yang beberapa hari ini mencoba menenangkannya; Bima.

"Eh ada Layla, lagi ngapain?" tanya Bima basa-basi dengan senyuman hangatnya.

"Lagi duduk," jawab Layla singkat .

"Ya Bima juga tau kalo Layla lagi duduk"

"Teyus? kenapa nanya?"

Bima menghela napasnya berat, ia mencoba untuk tidak marah. Jika saja Layla tidak dalam kondisi seperti ini, mungkin ia akan mendapatkan siraman rohani dari Bima saat ini juga. Bagaimana tidak? Tidak tahu tempat ataupun waktu, Layla tetap menyebalkan.

"Maksud Bima, Layla ngapain di kantin?"

"Buang air besar," jawab Layla asal.

Bima benar-benar menahan emosinya saat ini, ia menarik kursi di sebelah Layla dan mendaratkan bokongnya di sana dengan kasar. Ia dapat melihat mata Layla yang sembab akibat menangis tak henti. Ditambah lagi pipi chubby yang sekarang berubah menjadi lebih tirus.

"Layla jadi jelek," tutur Bima dengan tatapan lurus ke depan.

"Apa Bima bilang?"

Diary Layla [ SELESAI ]Where stories live. Discover now