Extra Part 1

23 8 13
                                    

Layla merapikan pakaian yang ia kenakan, memoles wajahnya dengan make up seadanya. Jujur, Layla tidak pernah betah dengan pemakaian make up, hanya saja kadang dirinya memang harus memakai riasan wajah untuk menutupi wajahnya yang lumayan pucat. Layla pernah meronta saat di make up dalam acara pernikahannya. Karena menurutnya riasan tersebut terlalu mencolok.

"Sayang ... kalo sakit gak usah kerja. Guru yang lain, kan, ada buat jagain anak-anak di sekolah"

"Tapi, gimanapun juga. Layla harus kerja Papa Bima tersayang. Mama Layla titip Alan sama Alana, ya. Jagain, jangan diajak main game"

"Emang aku Leo? yang ngajak anaknya main game?"

"Bukan. Leo bukan ngajak main game, tapi anaknya diajak main zipline. Gak kebayang, jantung anaknya udah terlatih sejak bayi"

"Iya, Leo beda dari yang lain"

"Sayang ... jangan muji cowok lain"

Layla mengatupkan bibirnya, menatap Bima dengan senyuman manisnya. Ia memeluk Bima dari samping, membuat lelaki itu sedikit terkejut. Meskipun mereka sudah sering berpelukan, rasanya aneh saja bila Layla yang melakukannya terlebih dahulu.

"Sayangnya Layla udah bisa cemburu? jangan cemburu, ya"

"Gimana gak cemburu kalo aku udah cinta?"

Layla terkekeh pelan, ia mengambil tas ranselnya dan berjalan menjauh dari Bima. Namun, ia kembali lagi untuk sekedar mencium punggung tangan Bima dan mencium pipi anak-anaknya.

"Mama pergi dulu, jangan kangen"

"La ... gak usah kerja kubilang!"

"Kenapa?"

"Anak-anak kamu masih kecil, La. Mereka buruh kamu, bukan cuma aku"

"Bima ... percaya sama Layla. Layla enggak lama, kok. Nanti langsung pulang setelah selesai kerjanya"

"Apa perlu Bima dan anak-anak tunggu di sekolah?"

"Bima ... jangan overprotektif. Layla baik-baik aja, jangan cemas"

"Tapi, ingat! Jangan kemana-mana"

"Siap Papa Bima!"

🌻🌻🌻

Layla memasuki kelas dengan santainya, ia mengambil tempat duduk di hadapan para muridnya. Sesekali ia tersenyum membayangkan jika Alan dan Alana akan bersemangat untuk sekolah seperti anak-anak dihadapannya. Namun, kedua bayi kembar tersebut bahkan belum bisa mengangkat kepalanya sendiri.

"Selamat pagi anak-anak! Sebelum kita mulai belajar pagi ini, akan lebih baik jika kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa ... dimulai"

Bibir mereka mulai melantunkan doa dengan tangan menengadah. Bukan meminta uang, ya. Layla sesekali melirik kearah salah satu anak yang malah mengganggu teman sebangkunya.

"Berdoa ... selesai"

"Rifki ... kenapa gangguin putri? gak baik lho"

"Bu Gulu ... putli jelek, kan, pakai pita lambut?" tanya anak tersebut sambil menunjuk teman sebangkunya.

"Enggak, putri malah cantik"

"Bu Gulu mah ... Lifki gak suka liat Putli begitu. Lifki sukanya liat Putli kuncil dua"

"Bu Gulu! Bu Gulu! Lifki pacalan sama si Putli!" teriak salah satu anak laki-laki.

Diary Layla [ SELESAI ]Where stories live. Discover now