41 🍓

28.6K 1.4K 50
                                    


Ninuuu ninuuu...

karena udah tembus 50 komen, jadi aku up langsung💜🍓

buat part ini berapa yaaa??

✨🍓🍓🍓✨

“ Mama……” suara Angel yang menggema berasal dari lantai bawah, membuatku yang masih mengumpulkan nyawa di kamar terbangun. Suara Angel semakin mengeras, kali ini suaranya di iringi isakan. Dengan tergopoh gopoh, aku terbangun tanpa mencuci muka terdahulu. Jujur saja, suara Angel saat ini membuatku khawatir.

“ Sisilllllllllll !!!!!” Suara berat nan dingin itu, mengintrupsiku yang saat ini dalam keadaan sedikit berlari turun dari tangga. Seketika langkahku langsung terhenti, dan mencari sumber suara mas Sakha. Rahangnya yang mengeras, urat urat di sekitar lehernya ikut serta keluar. Dan jangan lupakan tatapannya yang tajam tidak hentinya mengintimidasiku.  Seakan semuanya menjelaskan betapa marahnya mas Sakha saat ini.

Berusaha mencari tahu apa yang salah, apa yang aku perbuat sehingga mas Sakha semarah ini pada ku di pagi hari.

Dan yah, sesaat aku melupakan bayi yang baru berkembang di dalam rahimku. Ya ampun, bodohnya aku sebagai ibu yang malah ceroboh berlari tanpa memikirkan bayi di dalam rahimku.

Dengan tangan yang perlahan turun untuk mengelus perutku, aku membatin "Adik maafin Mama, ya. Kakak Angel tadi nangis, jadi Mama harus segera lihat kondisi kakak. "

Dibawah sana, di dekat ruang keluarga. Mas Sakha sudah terlebih dahulu berada di samping Angel, langkah kaki ku terus berjalan di tangga, kali ini sangat pelan. Jangan sampai bola mata mas Sakha keluar. Sungguh sangat menakutkan.

“Angel. Diam, berhenti menangis. Papa tidak pernah membiasakan kamu seperti ini, Angel!” bentak mas Sakha terhadap Angel, dengan kondisi Angel yang saat ini terisak. Terlihat mata sembab di wajah Angel, mendadak Angel semakin menangis mendengar bentakan mas Sakha.

Hatiku tersayat melihat mas Sakha yang membentak Angel seperti ini. Aku tidak tahu apa kesalahan yang di perbuat Angel sehingga membuat mas Sakha bisa semarah ini. Ini adalah kali pertama aku melihat mas Sakha membentak Angel.

Aku berjalan mendekati Angel, tidak peduli dengan mas Sakha yang masih menatapku tajam. Kondisi seperti saat ini, Angel harus segera di tenangkan. Ya ampun, bagaimana takutnya Angel saat ini.

Angel langsung memeluk pinggangku, mengeratkan pelukannya disana. Aku mengelus rambut panjang hitam milik anak gadisku, berusaha untuk memberinya ketenangan. Namun, terlihat dari respon tubuh Angel, pemilik tubuh tersebut semakin   terisak, terlihat dari badan Angel yang naik turun akibat tangisan yang ia tahan. Dan aku tidak suka melihat pemandangan seperti ini.

Aku melepaskan pelukan Angel, namun Angel menduduk kepalanya tidak ingin menatap wajahku.

“Angel, anak kesayangan Mama, gapapa sama Mama boleh kok nangis. Jangan di tahan, gak baik. ” ujarku pada Angel. Angel malah menggeleng lemah. Aku hendak akan bertanya pada mas Sakha, apa yang terjadi. Namun, melihat suasana ruang makan yang sudah sangat tidak kondusif. Tidak memungkinkan untukku bertanya kepada mas Sakha, terlebih dengan kesalahan yang telah ku lakukan tadi.

Bi Inem datang mendatangi kami, dengan membawa semangkuk makanan baru untuk dihidangkan di meja makan. Aku menatap bi Inem, dengan menggerakkan kepalaku kearah mas Sakha dan Angel bergantian. Namun bi Inem malah terdiam mengunci mulutnya.

Aku membuka masakan  yang barusan di bawa bi Inem, itu adalah bubur yang biasa di makan Angel. Namun anehnya, kenapa bi Inem baru menyiapkannya sekarang, kenapa tidak dari tadi.

Suamiku Dokter ( Tahap Revisi)Where stories live. Discover now