36

26.1K 1.4K 13
                                    


ditunggu ga nieehhh? 💜


Py reading💜

********

“ Hah, belum berisi lagi?” cibir Oma, setelah baru saja meneguk minuman dan duduk di ruang keluarga. Menatap sinis kearahku dengan fokus melihat perutku yang masih datar.

Saat seperti ini lah, aku ingin mengubur diri saja. Berhadapan dengan Oma, adalah hal yang sangat aku hindari. Namun, mas Sakha adalah cucu satu satunya, dan sangat di sayang Oma. Itulah mengapa aku tidak bisa menghindari Oma, yang akan sering berkunjung ke kediaman aku dan mas Sakha. Oma menyanyangi mas Sakha,sangat. Tapi, tidak dengan istri mas Sakha, yaitu aku.

Mas Sakha menghembuskan nafasnya pelan, menatapku dalam berusaha memberi pengertian atas apa yang dikatakan Oma. Memberi respon hanya dengan menganggukkan kepala, selain itu aku harus apa? tidak mungkin kan, aku harus mengamuk disini walaupun aslinya aku ingin teriak mendengar cibiran Oma yang tidak sadar akan usianya saat ini. Yaa Tuhan berikan hamba kesabaran yang tidak ada hentinya menghadapi nenek peyot ini.

“Doakan saja, Oma. Biar kami segera diberi kepercayaan lagi. Saya juga masih tetap usaha, Oma. Ngecas tiap malam bareng Sisil tidak peduli lelah yang terpenting jadi, saya sampai harus urut pinggang ” jelas mas Sakha enteng, aku langsung menyikut lengan mas Sakha. Bukannya nenangin Oma, agar lebih mengerti. Mas Sakha, malah membahas hubungan ranjang disini.

"Dasar mesum" bisikku.


Aku mengelus lembut perutku, diluar baju yang aku pakai hari ini dan memilin ujung bajuku agar suara yang akan keluar dari mulutku tidak bergetar. “ Iya, Oma. Sisil dan mas Sakha minta doanya,ya. Agar Angel juga segera punya adik ” paparku,aku melirik melihat ekspresi wajah Oma.  Dari awal pertemuan ku dengannya, sungguh tidak pernah enak di pandang. Kenapa Oma dengan Bunda sangat jauh berbeda. Sangat jauh.


“Alah, paling alasan” tuduh Oma. Pupil mataku membulat, dengan tuduhan yang diberikan Oma. Alasan apa, kenapa aku harus beralasan.

Tidak cukup sampai disitu “ Istrimu ada masalah di rahimnya pasti Ka. Pantesan belum bisa hamil lagi sampai sekarang ” sambung Oma.

"Tuh temen Oma, waktu arisan kemarin menantunya keguguran juga tapi sebulan pasca keguguran malah hamil lagi" sambung Oma kembali dengan serangan yang tidak ada habisnya.

Degggggg. Bagaikan disengat aliran listrik, tubuhku menegang. Aku menggigit bibir bawahku, memegang tangan mas Sakha erat. Aku tidak ingin menangis dihadapan Oma, yang ada Oma makin murka dan jijik melihatku. Sekuat mungkin, aku berusah menetralkan kembali suasana hatiku.

Mas Sakha merangkul pinggangku erat, berusaha memberi semangat lewat rangkulannya. Menoleh kewajahku, dan tersenyum hangat. Mimik wajah mas Sakha lebih serius kali ini, dibanding tadi ketika ia membahas masalah ranjangnya.

Matanya sendu menyiratkan bahwa bukan cuma aku yang kecewa dengan ungkapan Oma. Tapi cucu yang Oma sangat sayangi juga terluka.

Kenapa semakin tua, Oma mulutnya semakin pedas. Kenapa ia tidak bisa menerima takdir jodoh, andaikan pada waktu itu bukan,Bunda, Ayah, dan mas Sakha yang bersikeras memperuajangkan hubungan kami. Mungkin, aku sudah mundur dari dulu. Sudah dari awal, ketika menghadap Oma, aku akan melambaikan tangan ke arah kamera.

Suamiku Dokter ( Tahap Revisi)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora