35

25.8K 1.4K 16
                                    


Jangan lupa komen yaw.
Karena komen > vote hehehe

Happy reading lop💜

.....

Aku menyuruput indomie yang telah terhidang sempurna di atas meja. Di area dapur ada meja kecil yang hanya tersedia dua kursi saja disana, dan disinilah aku menikmati indomie di dapur dengan penuh kehati-hatian.


Fokusku saat ini hanya dengan mie yang bertengger manis di hadapanku, dengan suasana redup nan sepi, dan Ponsel berada di tangan kiriku yang berfungsi untuk membantu pencahayaan sekitar. Oh ya, aku masih tetap memilih untuk tidak menyalakan lampu. Tentu saja karena khawatir jika mas Sakha mungkin saja turun ke dapur untuk mencari sesuatu dan melihat aku dengan jelas menikmati indomie yang sudah tentu di larang oleh suamiku tersebut. Ah, aku tidak ingin membuat masalah lagi dengan mas Sakha.


Suasana sejuk, hanya terdengar angin dari arah luah. Derap langkah kaki seorang, yang suaranya semakin mendekat membuat jantungku tentu berdebar tidak karuan. Bagaimana jika, itu ........mas Sakha. Oh, yaa Allah jangan sampai deh. Membayangkan betapa murkanya mas Sakha jika mengetahui aku makan indomie tengah malam begini sudah membuat bulu kudukku berdiri.

Dengan sigap, aku langsung bersembunyi di bawah meja makan. Dugh, suara kepalaku terbentur di bawah meja. Rasanya, ah mantap.


Seperti dugaanku derap kaki seseorang itu adalah mas Sakha. Terlihat dari kakinya yang kini berjalan ke arah kulkas.

Kondisi saat ini lampu sudah di nyalakan, tentu saja, mas Sakha pelaku yang menyalakan seluruh lampu yang berada di dapur ini, membuat seisi ruangan dapur terang benerang. Dan bodohnya aku, aku tidak membawa mangkok sisa indomie ku. Tentu saja hal itu mengundang kecurigaan dari seorang mas Sakha dengan tingkat ke pekaan yang cukup tinggi.

Ohhh ..Sisil. Aku menyentil kepalaku sendiri, tidak habis pikir dengan kebodohan diri.

Detak jantungku semakin tak beraturan, karena langkah kaki mas Sakha semakin mendekat ke arahku. Aku mengigit ujung jemariku. Tubuhku sudah bergetar, aku memeluk kakiku, menyembunyikan wajahku menggunakan telapak tangan.

1....2.....3...

Suara dering ponselku, berbunyi. Dan hal tersebut kali ini benar-benar membuatku bungkam 1001 bahasa. Kenapa aku harus sebodoh ini sih. Kenapaaaaa.... yaa ampun Sil, bodohnya nurun dari siapa sih.

Panggilan telfon tersebut dari mas Sakha.

“Ngapain?" mas Sakha bertanya sekaligus memecahkan suasana yang mencekam sejak tadi. Nyaliku masih belum terkumpul, aku masih bersembunyi enggan menatap mas Sakha.

"Disiapkan ruang makan yang luas, kenapa milih disitu?" tanya mas Sakha lagi, kali ini tangan mas Sakha terasa meraih jemariku.  Jangan tanya bagaimana lembutnya suara mas Sakha saat ini. Suara lembut rapi entah kenapa serasa sedang di sidang, kali ini versi di sidang suami sendiri.


Mas Sakha mengulurkan tangannya. Aku menerima uluran tersebut, dengan sungkan dan keluar dari tempat persembunyian. Aku menundukkan kepalaku, tidak berani menatap wajah mas Sakha.


Cupp. sebuah kecupan hangat yang diberi mas Sakha di keningku.  Aku mengangkat wajahku, dan mas Sakha tersenyum. Aku mengira, mas Sakha akan memarahiku. Itulah pentingnya, jangan berburuk sangka terlebih dahulu. melihat respon mas Sakha, membuat jantung lebih tenang sedikit. Ya, meskipun hanya sedikit.

Suamiku Dokter ( Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang