34

30.6K 1.6K 53
                                    

Yuhuuuuuu, holla. 😭

.

Oghey, happy reading 💜

✨✨

"Hasilnya negatif mas" seru ku ketika pintu kamar mandi terbuka.

“Sepertinya aku hanya masuk angin mas” ucapku membuka suara. Jujur saat ini, aku merasa tak enak hati. Karena pagi ini, lagi dan lagi  harapan kami hanya sekedar harapan. Masih terlalu jauh dari perkiraan, yang di harapkan.

Bukan cuma tadi saja, aku melakukan Test Pack. Tanpa sepengetahuan mas Sakha, hampir setiap minggu aku cek. Aku takut, jika tidak menyadari lagi seperti kejadian waktu itu. Aku tidak ingin, kejadian itu terulang kembali.


Sejak tadi mas Sakha hanya terdiam. Menatap Tast Pack yang berada di tangannya, yang sudah benar terpampang nyata, di sana hanya terdapat garis satu. Mas Sakha, memegang pelipisnya, kemudian bangkit dari tempat duduknya. “Saya keatas dulu, ya. Kamu jangan lupa sarapan ” ucapnya berlalu.


Aku menatap punggung, yang kini sudah berjalan beberapa langkah dari tempatku. Hatiku ngilu, melihat reaksi mas Sakha yang tengah kecewa dengan hasilnya. Namun, apa mas Sakha tidak bisa menghargai perasaanku juga. Bukan hanya dia  yang mengharapkan adanya sosok kehidupan lagi di perutku. Aku, aku adalah orang yang paling menantinya. Aku orang yang paling khawatir, jika kejadian kehilangan itu terulang kembali.

Aku tidak paham, dengan sikap mas Sakha akhir akhir ini. Aku merasa ada jarak antara aku dengan mas Sakha.


Angel menghampiriku, kemudian duduk disampingku. Tangan kecilnya mengelus lenganku lembut, kemudian berubah menjadi sebuah pijatan pijatan kecil yang Angel berikan. Aku tersenyum, menatap Angel. Kemudian, aku membawa tubuh Angel keatas pangkuan ku.

Angel menghadapku, dan memeluk leherku, wajahnya bersembunyi di curuk leherku.

“Mama sakit? ” tanyanya, dengan nada khawatir. Aku segera menggeleng, dan mengangkat wajahnya. Agar menatapku.
“Mama gak sakit. Nih, buktinya Mama sehat sehat aja, sayang ” jawabku, kemudian menyampirkan rambut, yang sebagaian beralih menutup wajahnya.


Tidak puas dengan jawabanku, Angel menempelkan tangannya ke pelipisku. Dahi Angel mengerut, dan menyipitkan matanya dengan ekspresi serius. “Tuh, badan Mama panas, kayak badan Angel kemarin waktu sakit” jelasnya. Aku tersenyum tipis, mendengar bayiku yang khawatir tentang kesehatan ku. Berbanding terbalik dengan suasana hati Papanya.

Angel turun dari pangkuanku, dan mengaitkan jemariku dengan tangannya. “ Ayo, Ma ” perintahnya. Aku  bangkit dari dudukku, meski memang keadaan ku sedikit tidak enak badan.


“ Mau kemana?” tanyaku. Angel terus menarik tanganku, agar mengikuti kemana dirinya ingin melangkah. Angel membawaku, kedepan kamarku dan mas Sakha. Tangan mungilnya, dengan telaten mengetuk pintu “ Pa, bukain pintunya. Mama sakit nih, periksa terus kasih obat”.


Aku mendudukkan tubuhku, mensejajarkan tubuhku dengan tubuh Angel. Mengelus kepalanya, kemudian memeberinya ciuman singkat di pelipisnya “Anak Mama. Terima kasih sudah sayang sama Mama, ya. Mama minta maaf, bila sejauh ini belum bisa jadi Mama, yang baik seperti Mama yang ada diluar sana ” ucapku dengan lembut, dan mata yang sudah berkaca kaca.

Suamiku Dokter ( Tahap Revisi)Where stories live. Discover now