19

34.1K 2.1K 65
                                    

Aku tidak ingin menanyakan siapa perempuan itu, hanya saja aku sangat kesal dengan mas Sakha. Kenapa ia malah memilih alasan aku pernah pinjam buku kepadanya? Tadinya aku mengira itulah ide yang bagus tapi sekarang tidak, justru aku sangat marah dengan ide tersebut.

Mataku menatap mas Sakha dari jarak tidak terlalu jauh, aku tidak senyum. Hanya saja mataku mengajak mas Sakha untuk berperang, awas saja pesannya tidak akan aku balas nanti.

✨✨

Sejak tadi aku mendiamkan diri di Instagram pindah ke Twitter, kemudian pindah lagi ke Instagram, begitu terus sampai pusing sendiri  menunggu kekasih resmiku Sehun update. Ya, walapun kemungkinan updatenya nol koma sekian persen. Aku sengaja tidak ingin membuka aplikasi WA, sangat malas melihat pesan mas Sakha. Ingat, aku masih mode marah dengan mas Sakha.

Tidak perlu basa basi, suara klakson mobil terdengar di depan kos. Berhubung kamar kos ku, berada di lantai bawah jadi suara klakson mobil sangat terdengar.

"Sisil...." Suara itu, ah dasar lelaki. Belum sehari di diamkan, sekarang orangnya malah langsung muncul di depan. Bagaimana aku bisa mempertahankan diri dalam mode marah jika seperti ini.

Aku segera mengganti pakaian yang lebih layak, tidak sopan menggunakan hot pants saja untuk keluar. Bisa jadi, mas Sakha akan langsung membawaku ke KUA.

"Tunggu" balasku, agar mas Sakha segera menghentikan klakson mobilnya. Suara klakson Pajero sepertinya berbeda ya, jika dibandingkan mobil yang lain.

Mas Sakha masuk dengan dua paper bag besar yang dibawanya, isinya pasti makanan sudah tercium dari aromanya.

Perutku berbunyi, dasar perut murahan.

Aku dan mas Sakha makan bersama di ruangan khusus menerima tamu, disana juga ada penunggu kos kami yang setia mengawasi gerak gerik kami berdua.

Mas Sakha membawa dua paper bag, ternyata yang satu paper bag dibagi ke penunggu kos kami. Baik banget sih mas, makin gemes nih.

"Kok masih cemberut?" Tanya mas Sakha.

"Males" balasku.

"Itu si Dini tuh, ngapain sih ngurusin hidup mas banget" sambungku.

Mas Sakha terkekeh, lalu mengacak rambutku untung tadi malam sudah keramas, "cemburu?" Ah, ini bukan pertanyaan melainkan pernyataan dari mas Sakha.

Aku menggeleng, tidak terima.

"Ngaku aja. Kamu makin cantik kalau lagi cemburu, Sil" entah ini pujian, atau hanya sebuah modus dari mas Sakha agar aku segera luluh.

" Ish, nggak kok. Apaan sih mas, udah ah lanjut makan. Laper" alibiku agar terhindar dari wajah tengil mas Sakha.

✨✨

Dikarenakan tak kunjung mendapatkan maaf dariku, mas Sakha masih berusaha mencari cara agar aku bisa memaafkannya. Padahal, sejak hari itu aku sudah lupa ada masalah dengan mas Sakha, tetapi moodku kurang bagus karena karena menghadapi UAS, bukan karena mas Sakha.

Akhirnya mas Sakha mengajakku untuk pergi kepantai. Agar moodku sedikit lebih baik. Mood baik artinya sikapku ke mas Sakha juga sangat baik.

“ Angel kok nggak ikut mas ? ” tanyaku setelah masuk kedalam mobil.

Mas sakha hanya menjawab “ Angel pergi sama Bunda, ke kantor Papa”

Aku menganggukkan kepalaku. hari ini kita berencana ingin seharian kepantai, untuk melepas beban sejenak yang ada di dalam kepala.
Sungguh semester ini terasa berat, belum lagi semester kedepannya. Mungkin hanya akan tersisa, tulang belulangku saja.

Suamiku Dokter ( Tahap Revisi)Where stories live. Discover now