38

23.1K 1.2K 7
                                    

Maaf yaa telat banget upnya🥺

Kemarin aku sempat drop, dan Alhamdulillah sekarang sudah sehat💜

Kalian jaga kesehatan yaw 💜

Oghey happy reading 💜

********

Terhitung sudah empat hari, Oma menginap disini. Dan selama itu pula, aku berusaha untuk pulang lebih awal. Agar terhindar dari segala kritikan Oma.

Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 sore, aku sudah siap dengan perlengkapan tulis menulis, dan laptop yang sudah masuk  ke dalam tas.

Suara ponselku berbunyi, bebarapa notif chat masuk yang berasal dari grup. Namun tidak ku buka karena terlalu fokus dengan panggilan yang masuk saja terlebih dahulu. Panggilan dari Aina ketua Himpunan jurusan kami, belum mengangkatnya pun aku sudah pastikan, ini ada sangkut pautnya dengan devisiku.

Seperti dugaan ku, rapat kerja hari ini tidak bisa di wakilkan oleh anggota devis. Artinya harus aku sendiri yang menghadirinya, dan itu sangat memakan waktu. Aku langsung menghubungi mas Sakha, supaya nanti jika di tanya oleh Oma, mas Sakha bisa memberi pembelaan dengan jelas. Tentang aku yang masih betah di kampus bukan untuk bermain, tapi karena kewajiban yang harus di selesaikan.

Ica menepuk pundak ku "Lo capek gak Sil, ikut organisasi, kuliah, ditambah sekarang urus rumah tangga juga? "

" Iya capeklah, tapi dinikmati aja Ca" balasku.

"Anak Lo nanti fiks, bangga banget punya Mama kek Lo, Sil. Lo berjuang keras buat gak susahin dokter Sakha" ucap Nela.

"Bener banget, Nel. Makanya tuh kalau ada hate komen di ig yang ngehate Sisil cuma manfaatin kekayaan dokter Sakha. Gue mau santet online aja rasanya" Tambah Via.

Aku terkekeh mendengarnya,"Gak ada habisnya kalau bahas netizen ".

"Tapi, enak ga sih  nikah sama dokter, Sil?" Tanya Nela penasaran.

"Enak, kalau sakit ga perlu ke rumah sakit. Udah ada dokter disamping." Jawabku.

"Sialan, jangan goda gue biar nyari dokter juga dong. Meski wajah pas-pasan gini." Seru Via.
Entah kenapa aku sangat suka menggoda para gadis yang di depan ku ini.

****

Raker berjalan seperti biasanya, dimana tidak ada waktu sedikit yang di habiskan. Aku menunggu pak Arman di loby kampus. Keadaan kampus sudah sangat sepi, hanya tersisa dari orang yang mengisi organisasi saja. Sembari menunggu kedatangan pak Arman, aku mampir terlebih dahulu kedepan mini market di depan kampus. Berhubung perutku sudah tidak bisa di tunda karena lapar.

For your information mas Sakha sangat benci jika aku menahan lapar, bisa perang dunia jika suamiku tahu hal ini.


Aku hanya berniat membeli sebungkus roti, dan minum saja. Sekedar untuk mengganjal isi perutku. Seusai dari dalam mini market tersebut, pak Arman sudah menghubungiku dan sudah ada di depan loby kampus.

Segera aku melangkah menuju pak Arman, selain ada rasa takut karena akan berhadapan dengan Oma,  rasa Rindu ku terhadap anak gadis dan papanya sangat jauh lebih besar. Dengan tergopoh gopoh, aku berjalan kearah mobil.

Suamiku Dokter ( Tahap Revisi)Where stories live. Discover now