16

39.1K 2.1K 30
                                    



"Mas, ada yang dagang rujak gak, disini?" tanyaku setelah minum obat.

Tidak tahu kenapa, mulutku ingin sekali mengkonsumsi rujak. Nih, lidah juga tidak bisa di ajak kompromi, sudah tahu dilarang makan yang pedas dalam waktu dekat, eh sekarang malah minta rujak.

Heran juga sama diri sendiri, mungkin mau dihalalin aja kalau begini mas.

"Sarapan yang sehat dulu, rujak nanti kalau sudah sembuh total " dengan telaten mas Sakha menyuapiku. Angel maaf ya, posisi kamu yang menjadi bayi mas Sakha aku ambil alih sebentar.

Sebetulnya aku sudah sembuh kok, hanya saja luka ini yang buat sulit untuk digerakkan. Perih, sedap, anget sedap gitu rasanya kalau dipaksa gerak. Kayak mantap betul.

"Dari tadi kan, aku sudah sarapan mas. Buburnya juga sudah banyak yang masuk ke lambung aku kok." kekehku berusaha untuk membujuk mas Sakha.

"Baru masuk tiga sendok, Sil. Itu porsinya belum cukup buat lambung kamu. Angel saja jika hanya tiga suapan sendok, cukup sampai tenggorokannya saja tidak bisa sampai ke lambung" nah kan, aku dibandingin dengan Angel. Ya, aku tahu, aku masih imut. Jadi, pebandingnya sama yang sekelas usia Angel. Asal jangan sama asistennya aja, nanti aku geplak.

Meskipun ngomel di pagi hari ini, mas Sakha masih menyimpan stok sabar untuk menyuapiku, Papa able sekaligus suami able banget mas.

Entah ada sisa bubur yang menempel di bibirku, mas Sakha membantu untuk membersihkan bibirku dengan tisu. Tepat ketika tangan mas Sakha disana, suara pintu terbuka.....

Dan tara... Kejutan di pagi hari.

Refleks aku dan mas Sakha hanya  saling pandang, mematung, kemudian mencerna apa yang ada di hadapan kita berdua sekarang.

Kami kedatangan tamu, Nela, Piti dan Ica.Dengan posisi yang pasti akan menimbulkan banyak pertanyaan dari tiga orang di depan kami.

Bagaimana pun aku masih belum siap jika mereka tahu. Ya ampun, aku merasa pacaran sama idol korea. Kemudian saat ini kami ketahuan oleh dispatch lokal.


Aku menahan tawaku, melihat tingkah mereka, Ica yang biasanya heboh. Sekarang, malah saling dorong dengan Piti, dan Nela juga. Tidak ada yang mau mengalah buat masuk ke dalam, mungkin karena suasana di ruangan ini sekarang lebih panas, semua sumber panas ini berasal dari sosok mas Sakha. Aku bisa bayangkan, mereka terkejut bukan main menemukan mas Sakha di ruangan ku kemudian ditambah bumbu mas Sakha yang tengah membantu membersihkan sisa bubur yang ada di bibirku.

"Silahkan masuk, saya tidak akan memakan kalian" sambut mas Sakha, wajah tengil masih pagi sudah menghiasi wajahnya.

"Baik dok, terima kasih dokter " balas Ica mewakili yang lain.

Aku lupa jika hari ini ternyata hari libur, membuat tiga perempuan di depanku ini datang dengan senyum bugar namun masih tertahan karena takut dengan kehadiran mas Sakha di ruangan ini.


Ruangan ini sudah mulai terasa aroma, hawa sekitar sudah mulai canggung. Aku yang sakit, aku yang harus mencairkan suasana. Tidak mandiri banget sih mereka, para tamu ini.


"Kok kalian kesini gak telfon aku dulu?" tanya ku memecahkan keheningan ini. Sebenarnya suhu tubuhku masih terasa panas, karena kedatangan mereka secara tiba-tiba. Tapi tetap harus stay cool seperti mas Sakha agar mereka tidak semakin curiga. 

Suamiku Dokter ( Tahap Revisi)Where stories live. Discover now