Salah Sasaran

Mulai dari awal
                                    

"Layla ... aku pengin ngomong sesuatu sama kamu, diantara ramainya orang-orang ini"

"Cepetan!" desak Layla mulai risih dengan berbagai tatapan mata.

"Sebenarnya ... aku suka sama kamu," ungkapnya sambil menyodorkan satu kemasan permen jelly kepada Layla.

Riuh suara orang-orang di sana membuat pikiran Layla membuyar. Ia menatap orang dihadapannya dengan tatapan datar, Layla mulai merasakan sesuatu yang menjalar di pipinya hingga membuat pipi itu memanas. Layla meremas kuat rok sekolahnya sambil melirik ke kanan dan ke kiri.

"Gak harus sekarang, kok, jawabnya. Aku tunggu sampai besok"

"Kak Leo! Layla mau jawab sekarang"

Leo menatapnya penuh harap, jantungnya berdegup sangat cepat kala menatap wajah Layla yang begitu tenang. Sebisa mungkin Layla mengurangi kegugupannya, Layla menghela napasnya panjang dan kembali bersuara.

"Maaf ... Layla gak bisa nerima cinta kakak"

"Kenapa, La?"

"Karena sebelumnya, surat-surat dari kakak mengusik kehidupan Layla. Setiap hari kehidupan Layla terganggu karena kakak, Layla juga gak mau nambah beban dengan pacaran. Layla mau sendiri ...."

"Intinya Layla gak bisa. Maaf sekali lagi"

Layla melangkah menjauh dari kerumunan, ada suatu rasa lega tersendiri di hatinya. Leo, ia berdiri lemah di tengah lapangan, menatap orang-orang di sana dengan nanar.

"Arghhh! Aku bakal buang ini permen! Dasar gak guna!" maki Leo pada kemasan permen jelly ditangannya.

"Jangan! Mending buat kita kita, ye kan?" usul Nia kepada semua orang di sana.

"Setuju!"

Leo melempar kemasan itu ke sembarang arah dengan frustrasi, orang-orang di sana berteriak kegirangan. Lain halnya dengan Layla yang sekarang sedang duduk di teras kelasnya sambil menangkup kedua pipinya. Bima perlahan mendekati Layla dan duduk di hadapannya, Bima tersenyum sambil mencubit pipi Layla pelan.

"Gimana? udah lega?"

"Banget, Bima. Layla benar-benar lega sekarang. Layla bisa bebas, tapi gimana sama kak Leo? dia pasti sedih karena Layla tolak"

"Gak usah mikirin dia. Toh, kamu udah nolak dia, positif dia bakal cari yang baru. Secara Leo ganteng, dia bakal dengan mudahnya dapet cewek yang cantik"

"Bima ... Layla bakal tarik ucapan Layla waktu itu. Kak Leo sama sekali enggak ganteng bagi Layla, karena dia nakal. Kalo dilihat dari segi manapun, Bima masih tetap jadi yang terbaik buat Layla"

"Terima kasih, Layla"

"Tapi bohong hahahaha"

Ekspresi wajah Bima berubah menjadi datar dalam seketika. Ia menatap Layla dengan sinis, mengambil kerikil di sebelahnya dan berniat untuk melempar Layla dengan kerikil tersebut. Baru saja Bima hendak melakukannya, Nia datang dengan beberapa permen jelly ditangannya.

"Nia! Kalo Bima timpuk Layla pakai kerikil, dosa kagak, ya?" tanya Bima serius.

"Kayaknya kagak deh, soalnya dia nyebelin," balas Nia sambil mengunyah.

"Kalian apa-apaan sih?!" kesal Layla.

"Dosa gak nih?"

"Enggak, Bim. Coba deh, kalo bisa pakai batu untuk bangun rumah sekalian"

Layla menunjukkan raut wajahnya yang bersedih. Layla menunduk dengan kedua matanya yang mengeluarkan buliran air mata. Bima dan Nia yang melihat itu menjadi tidak tega.

"Mau?" tanya Nia sambil menyodorkan permen.

"Dari kak Leo? enggak!"

"Rezeki lho, La. Kamu boleh gak suka orangnya, makanannya jangan. Lumayan, gratis ... tis ... tis ..." ujar Bima.

"Jangan sedih, kita cuma bercanda"

Layla tersenyum menatap kearah Bima, ia membentuk jemarinya menjadi bentuk hati. Tak sengaja seorang laki-laki di belakang Bima melihatnya dan kemudian membalas Layla dengan simbol love.

"Duuh ... salah sasaran nih"







Hai ! Bima dan Layla kembali lagi nih

Kira kira gimana perasaan kalian jika di posisi Leo? Duuh sakit banget tuh

Jangan lupa voment ya ! Satu vote dari kalian sangat membantuku. Vote itu gratis lho.

Hahah udah ya

To be continued ...

See you next part !!

Diary Layla [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang