#3. Jeno and Friend's

124 35 122
                                    

Sebelum membaca, ayo support authornya dengan vote dan komen ✨

♛┈⛧┈┈•༶༶•┈┈⛧┈♛

Nama lengkapnya Jevano Adhikari. Suka di panggil Jeno, keren katanya. Mahasiswa Jurusan Sejarah ini memang menjadi idola bagi seluruh mahasiswi, baik adik tingkat, teman angkatan atau kakak tingkat.

Jeno yang terbilang rajin dan aktif juga menjadi menjadi kesayangan dosen. Jeno sering menghabiskan waktu di perpustakaan untuk membaca buku untuk menambah wawasan nya tentang mata kuliah yang ditekuni nya.

Sampai matanya minus dan menggunakan kacamata yang cukup tebal, tapi hanya untuk membaca saja.

Kebiasaan Jeno selain dari mengerjakan tugas-tugas kuliahnya adalah, menyendiri di sebuah padang rumput yang terletak di sudut kota Bandung.

Katanya, disana enak dan sejuk. Sampai tiba hari dimana ia menyadari kalau bukan hanya dirinya yang mengetahui tempat itu. Seorang perempuan yang juga datang ke tempat itu, mengenakan almamater yang familiar baginya.

Ya, itu almamater kampusnya. Jadilah Jeno mendekat, meminimalisir jarak antara mereka. Jeno duduk tepat di samping perempuan itu, menyapa dan menunjukkan eyesmile nya.

Perempuan itu terdiam cukup lama, hingga Jeno mengulurkan tangannya terlebih dahulu.

“Nama gue Jeno, anak Jurusan Sejarah. Sekarang tahun ketiga. Tapi pengen ngejar gelar Cumlaude

Perempuan itu membalas uluran tangan Jeno sambil tersenyum tipis.

“Gue Nata, anak Sastra Jepang tapi pengen ke Korea. By the way, kok gue ga pernah liat lo sebelumnya ya, padahal kita se-fakultas.”

“Oh itu. Gue sering di perpustakaan sama temen-temen.” ujar Jeno.

Melihat Nata yang hanya menganggukkan kepalanya sambil membulatkan bibirnya mengatakan “oh” tak ada lagi percakapan dari mereka berdua. Hening dan hanya angin yang bersuara.


👑👑

Setelah pertemuan itu, Jeno malah lebih sering nongkrong di kantin FASILKOM, dimana ada Juna, Naren sama Taro.

Taro itu teman Jeno sejak jaman maba dulu. Nggak sengaja kenalan waktu ospek kampus, saat Taro lagi kebingungan buat nyari kantin untuk makan siang. Jadilah Jeno mengajak Taro ke kantin FASILKOM yang nggak terlalu jauh dari auditorium. Apalagi ada Juna sama Naren, sekalian kenalan dan tambah teman.

“ Lo ya, jauh-jauh dari FIB kesini buat makan doang. Kalau diakumulasikan, lebih sering elo yang kesini Jen” ucap Naren, yang akrab disapa Nana itu saat melihat Jeno sudah menunggu mereka; Juna dan Naren, di salah satu bangku.

Jeno tidak peduli, ucapan itu selalu dilontarkan oleh Naren.

“Fakultas gue jam segini rawan. Banyak yang ngerubungin gue nanti. Gue tau gue manis kayak gula, tapi kan risih juga.” Jawabnya asal sambil memperlihatkan eyesmile nya.
“Gak usah sok imut lo di depan gue.” Ujar Juna yang mengayunkan sendok ke arah Jeno.

“Eh, ngomong-ngomong Taro mana?? Ga ikut kalian tadi?” Tanya Jeno.

“Keluar kelas tadi bareng, tapi katanya ada janji sama dosen pembimbing. Ntar paling nyusul.”  Jeno mengangguk saja sebagai jawaban.

Right or Left  || Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang