Bab 14: Hari penghakiman

32.9K 2.5K 133
                                    

Happy reading Fellas 💅

Aurora mengeratkan pelukannya di tubuh Leo, ia melakukannya bukan tanpa alasan tapi ia memiliki alasan yang kuat untuk itu, agar Leo tidak jadi menghancurkan ketiga orang yang merundung Aurora kemarin.

"Percuma baby kamu tahan kakak, itu tidak akan merubah keputusan kakak untuk menghancurkan tiga orang itu" ucap Leo datar.

Aurora menenggelamkan kepalanya di ceruk leher pria itu. Mengusel-nguselkan hidungnya disana membuat Leo menggeram rendah.

"Rora udah gak apa-apa lagi" ucapnya dengan pelan.

Tangan besar Leo membingkai wajah cantik milik tunangannya, ia mendaratkan bibirnya di dahi Aurora, kemudian turun ke bibir pink alaminya.

"Kakak nggak suka mereka nyentuh kamu Aurora" bisik Leo.

"Tapi Aurora enggak suka lihat kakak nyakitin orang, apalagi nyakitin cewek" ucap Aurora.

Inilah yang Leo tidak suka dari Aurora, gadisnya terlalu baik kepada orang-orang yang pernah menyakitinya. Leo tidak suka jika Aurora terlalu baik kepada orang-orang, apalagi mereka yang pernah menyakitinya justru dengan sifatnya yang seperti ini Aurora menjadi lebih mudah ditindas.

Oleh karena itulah sudah menjadi tugas Leo menjaga Aurora.

__________

Dua minggu Aurora habiskan berdiam diri di penthouse waktu yang lama itu ia manfaatkan untuk menyembuhkan memar dan bersantai ria. Ah... enaknya hari Senin serasa hari Sabtu. Tapi, semuanya harus berakhir, Aurora harus menjalani kewajibannya sebagai pelajar sudha terlalu lama ia cuti dan kini saatnya ia menimba ilmu.

Seperti biasa terjadi drama antara kedua insan itu, Leo yang tidak memperbolehkan Aurora untuk pergi ke sekolah dan Aurora dengan sifat keras kepalanya dan akan merajuk jika Leo tidak mengiyakan permintaan gadis itu. Tentu saja kalian bisa menebak siapa yang menang dari perdebatan itu. Aurora gitu loh!

Hari ini hari Selasa, harusnya hari ini semuanya nampak berjalan dengan normal. Beberapa orang menatapnya dengan tatapan beragam dan mendengar gosipan cewek-cewek lainnya yang sangat ofensif terhadapnya. Seharusnya begitu.

Tapi ini aneh, sejak Aurora menginjakkan kakinya di gerbang semua orang jadi menatapnya dengan enggan seolah Aurora adalah sosok yang harus mereka jauhi jika tidak mau berurusan dengan seorang Leovan. Aurora mengerutkan keningnya dengan heran.

"Kak, kenapa mereka nunduk gitu?" tanya Aurora kepada Leo yang berada di sampingnya.

"Gak tau, mungkin ada duit kali dibawah" ucap Leo asal. Dan dengan polos Aurora menatap ke bawah lantai sekolah itu, mana duitnya? tanya Aurora dalam hati.

"Nanti istirahat langsung ke kantin" perintah Leo yang langsung diangguki oleh Aurora.

"Belajar yang bener dan jangan nakal" ucap Leo.

"Siap kapten!" ucap Aurora dengan lucu. Leo tersenyum kemudian mengacak-acak rambut gadisnya dengan gemas sebelum ia melangkahkan kakinya menuju kelasnya.

Aurora memasuki kelasnya yang nampak ramai akan celotehan penghuninya. Ia lalu menempati tempat duduknya kemudian meletakkan tasnya di atas besi berkaki empat dan empuk itu.

"RORAAAA" Aurora hapal betul akan suara cempreng ini, tentu saja tidak lain ini adalah milik dari seorang Diandra Edward Pratama, sahabat karibnya.

"Gila telinga gue berdarah" ucap Ara dengan berlebihan.

"Apaan sih lebay deh Ara" ucap Diandra.

"Harus banget ya teriak-teriak?" tanya Aurora.

"Habisnya aku kangen banget, nget, nget sama kamu" ucap Diandra memeluk tubuh Aurora.

MY AURORA {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang