Bab 5: kesal

42.1K 2.9K 73
                                    

Happy reading Fellas 💅

"Kenapa Aurora enggak tau soal pertunangan ini?" tanya Aurora ketika mereka sampai di penthouse dan sedang makan malam.

"Tidak ada pembicaraan saat makan Aurora, remember the rules?" tanya Leo.

"Tapi ini penting kak, kenapa Aurora enggak tahu sama sekali soal pertunangan ini?" tanya Aurora kesal.

Leo meletakkan alat makannya dengan sedikit kasar, ia tidak suka cara bicara Aurora yang mulai meninggi.

"Kamu tidak perlu melakukan apa-apa Aurora, cukup diam dan berada di sampingku saja" ucap Leo.

"Tapi setidaknya Kak Leo bisa kasih tau Aurora. Gimana kalau Aurora enggak mau tunangan sama Kak Leo?" tanya Aurora membuat Leo menggebrak meja makan.

"Kakak tidak peduli dengan persetujuanmu Aurora. Lagi pula kakak tidak terima penolakan, kamu harus dan mesti bertunangan denganku" ucap Leo.

"Tapi gak bisa kayak gini kak, kakak tuh egois!" ucap Aurora.

Leo berdiri dari duduknya, kemudian dengan kasar ia menggeser bangku Aurora hingga menghadapnya. Leo mengunci pergerakan Aurora menggunakan kedua tangannya, percuma. Percuma bagi Aurora untuk memberontak sebab tenaganya yang tidak kuat untuk menandingi tenaga Leo.

"Kenapa kamu jadi pembangkang seperti ini Aurora. Siapa yang mengajarkanmu?" tanya Leo tajam.

"Enggak ada yang ajarin Aurora, Aurora udah muak sama sifat kakak yang seenaknya aja" ucap Aurora kesal.

Leo tersenyum sinis, ia akan menghabisi orang yang telah membuat gadisnya menjadi pembangkang seperti ini "dengar Aurora-" Leo membelai lembut wajah Aurora sementara gadis itu menutup matanya, di balik belaian yang lembut ini tersirat kemarahan seorang Leo. Aurora sebenarnya tidak ingin diperlakukan seperti ini oleh Leo, ia ingin Leo menjadi lembut dan tidak mengekangnya.

"Kau dan aku akan bertunangan minggu depan, dan aku tidak menerima penolakan" ucap Leo. Pria itu kemudian mengangkat tangan kiri milik Aurora, kemudian ia menyematkan cincin di jari manis gadis itu.

"Kamu milikku Aurora, jangan harap untuk bisa lepas dariku. Mengerti?" ucap Leo dengan lirih.

Aurora memandangi jari manis sebelah kirinya, tersemat cincin indah. Bentuknya memang sederhana, tapi bisa ia taksir harganya pasti mahal.

Gadis itu menggigit pipi dalamnya, lagi-lagi ia kalah dari Leo. Ah... lebih tepatnya mengalah, Aurora terlalu mencintai pria di depannya ini sehingga semua yang Leo lakukan ia terima begitu saja, entahlah jika dibilang apakah Aurora lelah. Jawabannya adalah sangat lelah, tapi gadis itu juga tidak ingin kehilangan pria tersebut.

Perbedaan kehidupan yang jauh membuat Aurora menjadi paranoid sendiri. Ia takut jika sewaktu-waktu Leo akan meninggalkannya untuk seorang gadis yang lebih sempurna. Aurora sadar jika dirinya tidak bisa memberikan apa-apa kepada pria itu, Leo terlalu sempurna, saking sempurnanya kadang membuat Aurora kesulitan mendampinginya. Yang bisa gadis itu lakukan hanya belajar, belajar, dan belajar.

Leo mencengkram lengan gadis itu membuat Aurora tersadar dari lamunannya "apa kau mengerti Aurora?" tanya Leo sekali lagi.

Aurora menundukkan wajahnya "iya kak, Aurora paham."

__________

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, sesuai dengan peraturan yang diberikan Leo, Aurora sudah terlelap menuju mimpinya ditemani oleh Leo. Setelah merasa napas Aurora sudah teratur, Leo pun meninggalkan kamarnya.

"Perketat keamanan di sekitar penthouse" ucap Leo kepada Rex yang merupakan kepala pengawal.

"Baik tuan."

MY AURORA {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang