Cafe⏳

113 22 3
                                    

Bagi sebagian orang, masa lalu hanyalah masa dimana kita harus melupakan kenangan-kenangan buruk dan memperbaikinya dimasa kini. Masa dimana kita tidak bisa kembali dan berbuat sesuatu untuk merubah kenangan buruk menjadi kenangan yang sangat Indah. Tapi, masa lalu hanyalah masa lalu. Dan penyesalan hanyalah penyesalan

Rawena, gadis dingin dan penuh misteri dalam hidupnya yang tidak diketahui oleh siapapun. Gadis yang menyimpan beribu amarah dalam dirinya. Gadis yang terima disalahkan atas kesalahan yang bukan perbuatannya. Selama ini, hanya tangis dan penyesalan yang menemaninya

Disinilah Rawena sekarang, ditempat favoritnya. Tempat dimana ia bisa merasakan hembusan angin yang menerpa kulitnya. Disini ia bisa melihat pemandangan langit luas yang tenang, dan pemandangan kesibukan manusia-manusia yang sibuk berlalu lalang. Dimana lagi kalau bukan rooftop

"Rawena kalau ada yang ganggu lo, bilang aja sama kita. Tina kan gemuk, biar dia jadi samsaknya"
"Dih apaan lo"
"Hahaha "

"Wen kan suara lo Bagus,nyanyi di kafe ayah ya? "
"Iya, Wena. Suara lo Bagus banget. Nanti kalau lo gugup, tenang aja! Ada kita kok hahaha"

"Lo kuat Wen! "

"Kuat? " Rawena bergumam pada dirinya sendiri. Rawena tersenyum miris saat mengingat semua kenangannya dulu. Kenangan yang tidak akan pernah ia lupakan

"Gue lemah... " lirih Rawena. Air matanya tak henti-hentinya keluar dari pelupuk matanya

Sudah hampir sejam ia disini. Hembusan angin dan keadaan yang hening membuatnya sangat betah berlama-lama disini. Suasana tenang yang sangat jarang ia temukan

"Sendiri aja Wen"

Seorang pria memasuki rooftop dengan buku ditangannya. Pria bermata hazel dengan rahang tegas, yang membuat wanita tidak bisa mengalihkan pandangan darinya

Rawena dengan cepat menghapus jejak air matanya dan memperbaiki posisi duduknya. Sampai pria itu duduk disampingnya dan memandang Rawena dengan intens

"Habis nangis? " tanya pria itu, mengambil earphone dan ponselnya dari dalam tas dan mendengarkan musik dengan tenang

Ia melirik sekilas pada Rawena yang masih diam seperti orang melamun. Tanpa Rawena jawab pun ia sudah mengetahui bahwa gadis itu habis menangis, tampak dari matanya yang merah dan masih berkaca-kaca

Pria itu memasang sebelah earphonenya pada Rawena. Membiarkan Rawena mendengar lagu yang sedang ia dengar. Bukannya menolak, Rawena mendengarkan lagu dari earphone itu dengan diam. Suasana tenang seperti ini sangat cocok jika ada lagu yang menemani

"Lo masih inget nama gue? " pria itu menutup buku yang sedari tadi ia baca dan menghadap pada Rawena

"..."

"Lo lupa? "

"Angkasa "

Angkasa tersenyum simpul saat Rawena masih mengingat namanya padahal mereka sangat jarang bertemu

"Lo ada masalah? " tanya Angkasa melepaskan hoodienya karena kegerahan

"..."

"Sksd banget ya gue? Sorry sorry"

"..."

"Oh iya, ini udah berapa bulan lo belum konfirmasi"

"Apa" bingung Rawena

"Soal lo nyanyi di kafe. Mau atau engga? Udah ditanyain terus gue"

"..."

"Rawena? "

Dark Cool (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang