46 || Cerita di TPU

Start from the beginning
                                    

"Makan dulu," bujuk Dio yang lagi-lagi ditanggapi oleh gelengan kepala. Oke, ia mengalami frustasi sementara. Siapa sangka menghadapi cewek yang tengah dirudung rasa emosional yang tinggi sesusah ini?

Dara memang anak yang cengeng, tapi itu dulu. Semenjak memasuki sekolah dasar, Dio sudah jarang melihat tetangganya itu menangis sehingga ia juga lupa bagaimana cara menanganinya. Kalau dulu, dipeluk saja pasti sudah reda. Tapi kalau sekarang, yang ada lengannya habis dijadikan samsak dadakan.

"Cengeng banget elah, gini doang," gerutu Dio yang tidak dibalas oleh Dara.

Dio mengembuskan napas pelan. Mengambil ponsel dari saku seragam sekolahnya, secara diam-diam mencari tahu apa yang harus ia lakukan.

repan

p
gue hrs gmn

paan
y paan anj

cra nenangin cwe nngis gmn

lengkap dlu
ulang

jing
cara nenangin cewe nangis gimana

o
dara nangis?
wkwk

y
gimana

mna gue tau bego
punya cewe aja ngga

anjing
trs gue gimana

gatau gue bkn mak lo
emg nangis knp
gara gara apa yg gue blg tadi?

lo ngomong apaan emg
lo ngapain td

cielah kepo es batu
udhlh diam gue lg donlot link

bajingan

Oke, sepertinya menghubungi Revan malah menambah beban pikiran saja. Sekarang ia jadi kepikiran, memangnya apa yang dibicarakan oleh Dara dan Revan tadi? Kan ia menyuruh cowok itu menghampiri Dara karena mereka mempunyai masalah yang mirip. Kenapa malah begini?

Dio menyimpan ponselnya kemudian menatap Dara lagi. "Gak usah nangis lagi. Yang lo lakuin tadi gak salah."

"Kalo Mama benci sama gue gimana? Kalo Papa gak suka lagi sama gue gimana? Kalo Kio cap gue sebagai kakak yang gak baik gimana? Kalo gue dianggap kurang ajar gimana?" racau Dara masih melamun.

"Nyeselnya baru sekarang. Tadi ke mana aja?"

"Gak tau."

Dio berdecak sembari menggelengkan kepalanya. Ia mengambil sebungkus roti yang sedari tadi di meja kemudian disodorkan ke cewek yang di sampingnya. "Makan."

"Nanti."

"Gak ada. Makan."

Dara mendelik pada cowok itu. "Pemaksaan."

"Tar maag lo kambuh ngesot sendiri ya?"

Dara tak mendengkus percaya dan merampas roti dari tangan cowok itu. Dengan terpaksa ia memakannya saat mendengar kata maag.

"Gue kirain siapa yang dari tadi berisik, ternyata lo berdua."

Keduanya mengalihkan pandangan ke sumber suara. Asep di sana tersenyum dan mengibaskan tangan menyapa mereka.

"Kok lo di sini?" tanya Dara bingung.

Dio menatap raut wajah Asep yang lesu kemudian mengecek sesuatu di jam tangannya. "Oh, tanggal 2."

utopia (segera terbit)Where stories live. Discover now