Senyum, Cantik

Mulai dari awal
                                    

"Layla jadi jelek, enggak kayak dulu"

Bibir Layla mengerucut, hatinya menggerutu tak terima dengan penuturan Bima. Air mata kembali berkumpul di pelupuk matanya, tidak langsung lolos begitu saja.

"Layla emang jelek , dan Bima tau itu," cicit Layla menutup kedua matanya dengan telapak tangan.

"Jangan nangis ... nanti jeleknya bertambah"

Nenek Layla menyuapkan sesendok nasi kedalam mulut Layla. Gadis kecil itu mulai mengunyah dengan bahu yang masih bergetar. Bima memainkan jemarinya, menatap Layla dengan hangat sehangat mentari.

"Bima ndak salapan?" tanya Layla yang mampu menyadarkan Bima dari lamunannya.

"Haa? udah kok, tadi Bima udah mandi," jawab Bima disambut oleh Layla yang menempelkan punggung tangannya tepat di dai Bima.

"Bima sakit? kok ndak nyambung diajak ngomong ?" heran Layla.

"Engga ... Bima pake parfum, La. Masa iya Bima bau?"

Layla menepuk jidatnya pelan, tak habis pikir degan jawaban Bima yang diluar pertanyaan. Mungkin sambungan sinyal antara keduanya sedang ada gangguan, sehingga menimbulkan obrolan yang tidak sejalan.

"Bima ... liat itu deh, awannya bagus banget"

Layla menunjuk sebuah awan dengan bentuk yang unik. Bentuk hati yang sangat sederhana namun terlihat sangat indah di mata keduanya. Dengan cepat Layla mencelupkan ujung jari telunjuknya ke dalam saos.

"Bima," panggilnya membuat Bima menoleh .

"Piiiip"

Ujung jari Layla menyentuh hidung Bima, membuat pandangan kedua bola mata itu mengarah ke satu titik. Bima menatap wajah Layla yang saat ini dihiasi oleh sebuah cengiran.

"Layla ih!" geram Bima sambil menarik pipi Layla gemas.

"Aww lucu tau"

"Iya, lucu di kamu. Di Bima enggak"

🌻🌻🌻

Pintu kamar rawat mulai terbuka secara perlahan, kak mungil itu melangkah pasti. Pandangannya masih tertuju kearah bawah, lagi-lagi ia tak cukup berani untuk menatap kedua orang tuanya.

"Layla ... sini sama Ayah," ajak Ayahnya dengan seulas senyuman manis.

Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya lemah, meremas jemarinya kuat. Kedua orang tuanya saling berpandangan sebelum menatap Layla lagi.

"Kenapa gak mau?"

"Layla atut ... Layla ndak mau di malah," jujur Layla dengan kedua mata yang kembali membasah.

"Sini, sayang ... Bunda gak marah sama Layla"

Layla melangkah kecil mendekati Bundanya yang masih terbaring lemah. Dengan cepat Ayahnya mengangkat tubuh mungil itu dan memangkunya. Menghapus air mata yang tersisa di pipinya.

"Maafin Ayah, ya. Ayah gak pernah mau marahin kamu, tapi waktu itu Ayah lagi diluar kendali. Maafin Ayah karena udah bentak bentak kamu hari itu. Jangan nangis lagi ... Ayah mohon," pinta Ayahnya sambil menangkup pipi anaknya.

"Ayah ndak malah cama Layla?"

"Enggak, Layla. Ayah nggak marah, lagian kalo Ayah marah terus-menerus, enggak berguna juga. Adik kamu gak bakal hidup lagi, kan? Maka dari itu Ayah maafin kamu, bukan cuma kamu yang salah. Kita semua yang salah," tutur Ayahnya dibalas isakan oleh Layla.

"Lho, kok nangis? udahan, ya, nangisnya ... nanti Bunda ikut nangis juga kalo Layla nangis," ujar Bundanya mengusap rambut Layla lembut.

"Layla cuma atut kalo Bunda cama Ayah ndak bakal cayang Layla lagi. Layla ndak mau begitu," ungkap Layla.

Ayahnya memeluk tubuh mungil itu dan menenangkannya. Gadis kecil itu terisak semakin keras di dalam dekapan Ayahnya. Membayangkan kejadian tempo lalu yang membuatnya kian terpuruk.

"Maafin Ayah sama Bunda, kita sayang sama Layla. Layla gak boleh sedih, adik Layla gak suka lho lihat kakaknya begini"

Layla mengangkat wajahnya, mengusap air matanya dan menatap kedua orang tuanya bergantian.

"Layla ndak mau nangis lagi, kalo itu bikin adik Layla jadi sedih"

"Anak pintar"

Layla mengusap pipi Bundanya perlahan, tampak bekas air mata di sana. Bukan hanya dirinya yang menangis, tapi Bundanya juga. Bahkan Ayah, Nenek, Kakek, serta kerabatnya juga merasakan kesedihan yang sama sepertinya. Gadis kecil itu kembali terisak pelan, dengan air mata yang mulai turun.

"Senyum, cantik . Jangan nangis mulu," pinta Bundanya.

"Iya, Bunda. Adik Layla lagi apa sekalang?"

"Dia lagi tersenyum dari atas sana, sayang"








Yeayyy akhirnya selesai juga ini part

Gimana ? Bunda Layla selamat kok

Kirim doa ya buat adik Layla yang lagi di surga , hiks syedih banget jujur .

Makasih banyak ya buat vote nya , sangat sangat membantu .

See you next part ...

Babay

Salam cinta dari ,

Hati yang tersakiti


Diary Layla [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang