Penganten Baru

5.6K 366 0
                                    

"Dek bangun" aku menggeliat kala mendapatkan ciuman bertubi-tubi diwajahku. Cuman karena masih ngantuk, mataku sulit untuk dibuka.

Cup cup cup

Mataku langsung terbuka sempurna kala ciuman tersebut mengarah kebibirku.

"Ih abang!" Mataku melotot kala mendapati wajah bang Adit yang sedang tersenyum diatas wajahku.

"Kebo banget sih kamu" lanjutnya masih dengan senyuman yang belum luntur diwajahnya.

"Hanin kan masih capek abang" jawabku sambil menutupi wajah dengan telapak tangan. Aku malau ketika mengingat kegiatan kami tadi malam.

"Jangan ditutup sayang" tangan bang Adit menyingkirkan tanganku yang berusaha menutupi wajah.

"Hanin malu" cicitku sambil memejamkan mata. Kalau tidak menutupi wajah, tutup mata aja biar sekalian gak bisa lihat wajah bang Adit.

"Malu untuk apa" dia kembali memberikan kecupan-kecupan di kedua mataku. Dengan terpaksa aku membuka kedua mata, dan langsung saja disuguhi cengiran bang Adit.

"Abang belum juga sikat gigi udah main cium-cium aja" jawabku sambil mengerucutkan bibir.

"Makanya bangun sayang. Udah pagi. Ayo solat subuh bareng"

Aku tersenyum mendengar ajakan bang Adit. Aku mendudukkan diri diatas tempat tidur.

"Yaudah ayo" aku turun dari atas tempat tidur. "Aduduh" selangkanganku rasanya ngilu ketika baru saja melangkah.

"Kenapa dek?" panik bang Adit yang langsung lompat dari tempat tidur.

"Sakit" jawabku meringis.

"Abang minta maaf yah" bang Adit membawaku kedalam pelukannya. "Yasudah abang gendong aja ke kemar mandi " tawarnya dengan wajah yang masih merasa bersalah.

"Gak usah, Hanin bisa sendiri" tolakku dengan cepat.

"Tapikan masih sakit dek"

"Udah gapapa" aku melepaskan pelukan dari dia. Lalu berjalan pelan ke arah kamar mandi. Meninggalkan bang Adit yang masih memandangiku dengan rasa bersalah.

Selesai sholat berjamaah, aku keluar dari kamar. Ketika sampai di dapur aku mendapati mamah yang sedang memasak.

"Hanin bantu yah mah" mamah sedikit kaget akan kedatanganku.

"Eh penganten baru udah bangun?" goda mamah padaku.

"Apa sih mah" jawabku malu.

"Gimana rasanya sekarang udah jadi istri" tanya mamah sambil mendekat padaku.

"Biasa aja" jawabku sekenanya.

"Kamu tuh yah" mamah mencubit pelan perutku, walaupun begitu masih saja rasanya wow.

"Sakit tau mah" jawabku sambil mengerucutkan bibir.

"Sakitan mana sama yang dilakukan Adit tadi malam?" Mataku seketika membola mendengar penuturan mamah.

"Ih mamah!" Aku memeluk mamah dari belakang saking malunya. Membenamkan wajah dipunggung hangatnya.

"Ih awas ah, jangan peluk-peluk" mamah mengoyangkan badannya.

"Habisnya mamah rese sih" rengekku tetap dalam posisi memeluk mamah.

"Ih siapa yang rese, mama kan cuman bilang kenyataan doang" mamah terkikik.

"Udalah mah jangan digangguin anaknya. Udah malu tuh dia" aku melepaskan pelukan pada mamah ketika mendengar suara bariton ayah.

"Ayaahh" rengekku manja.

PARIBAN (End)Where stories live. Discover now