Rapat dadakan

3.2K 344 2
                                    

Setelah kepergian bang Adit ke Malaysia, aku mencoba menjalani hidup seperti biasa. Aku gak mau egois padanya. Aku gak mau buat dia terus-terusan merasa bersalah akan kepergiannya.

Aku tau dia juga berat akan keadaan kami, namun dia memilih diam dan selalu kelihatan baik-baik saja. Walaupun gak bisa ketemu, setidaknya komunikasi kami terus jalan.

Yah walaupun tidak sesering dahulu. Terkadang jika chat pun palingan hanya menanyakan udah makan, atau udah berangkat maupun udah pulang kerja.

Berat gak sih?, jujur aja berat sih. Kayak gimana gitu rasanya. Tapi aku mencoba lebih dewasa, sekarang bukan lagi saatnya selalu terhubung disetiap aku membutuhkannya. Aku juga harus mengerti keadaannya. Ini demi masa depan kami.

Aku tau hubungan kami baru seumur jagung, tapi itu bukan patokan untuk aku memaksa dia terus-terusan menghubungiku bukan?. Yang harus aku lakukan saat ini adalah memberikan dia semangat agar betah disana.

"Fit, lu tau nggak kita mau ngerapatin apa?" tanyaku pada Hafidz yang sudah duduk manis disampingku.

Tadi sehabis istirahat pertama, bapak kepala sekolah menyuruh kami berkumpul di aula untuk mengadakan rapat. Namun sayangnya tak ada yang tau rapat dalam rangka apa.

"Gua juga gak tau Karina. Udah deh mending lu diam aja, tuh pak kepsek udah datang"

Benar saja pak kepala sekolah udah memasuki aula. Berdehem sekilas lalu membuka acara rapat.

Ternyata yang dibahas pada rapat hari ini adalah tentang pembulian yang terjadi diantara para guru. Well kalian pasti tau kan maksudnya apa. Iya, ini soal tindakan para guru yang semena-mena kepadaku. Jujur saja, kejadian dikantor guru hari itu aku tidak mengadukannya pada siapa pun, termasuk kepsek, apalagi ayah.

"Jadi saya sebagai kepala sekolah disini memohon kepada bapak/ibu guru sekalian untuk saling menghormati disini. Saya sangat menyayangkan sekali beberapa hari yang lalu ternyata masih ada pembuliyan disekolah kita, dan lucunya itu terjadi di lingkungan guru bukan murid.

Apa kalian gak malu akan diri kalian yang berprofesi sebagai pengajar melakukan tindakan tidak terpuji seperti itu?" Pak kepsek diam sebentar. Dan suara para guru makin berdengung didalam aula, saling berbisik.

"Saya harap bapak/ibu sekalian tenang dahulu. Kalian pasti tahu maksud yang saya bilang barusan. Dan kalian juga tau siapa yang orang yang di bully yang saya maksudkan tadi.

Disini akan saya beritahukan sesuatu yang sangat penting agar kalian bisa berpikir sedikit. Ibu Karina Hanindia Siregar itu adalah guru yang langsung dipilih oleh bapak pemilik sekolah ini. Beliau sampai memohon-mohon agar bu Karina mau mengajar disekolah ini. Padahal, ibu Karina pada saat itu baru saja menyelesaikan pendidikannya dan juga baru seminggu sampai ke Indonesia.

Tapi karena demi sekolah ini dan demi bapak pemilik sekolah yang langsung meminta beliau untuk mengajar sementara disini"

Aku meringis mendengar penuturan pak kepsek. Bukan apa-apa, hanya saja sejak tadi mata para pendidik disini mengarah padaku.

"Kalian bisa bayangkan bagaimana perasaan bu Karina pada saat itu?. Kurasa kalian pasti tahu. Setelah bertahun kuliah di negara orang, lalu pulang untuk berkumpul dengan keluarga hanya sebentar karena setelah itu dia akan melanjutkan pendidikannya kembali. Tapi apa?, dia harus merelakan kerinduannya kepada keluarga dan juga rela menunda pendidikan demi untuk sekolah ini.

Tapi lihat bagaimana kalian memperlakukan dia ketika memasuki sekolah ini. Berapa banyak kata-kata kasar yang kalian ucapkan padanya selama disini?, saya rasa kalian tahu jawabannya masing-masing.

Pada kasus pertama tahun lalu, saya hampir tidak punya muka dihadapan pemilik sekolah lantaran perilaku kurang ajar salah satu guru disini yang berani menghina bu Karina. Belum lagi malu saya hilang, kemarin saya mendapat laporan kalau kejadian itu terulang kembali. Bukan, bukan bu Karina yang memberi tahu saya, tapi orang lain.

Kalau lah bu Karina sama seperti yang kalian gosipkan itu, sudah sedari dulu kalian yang berani membicarakannya sudah dipecat dari sekolah ini. Tapi sayang bu Karina tidak seburuk itu, dia hanya diam tak memberi tahukan kejadian buruk yang ia alami.

Saya tahu kalian bingung karena tidak mengetahui kejadian kedua yang baru saja dialami bu Karina. Itu semua tersimpan rapat karena bu Karina tidak mau memperpanjang masalah. Dan untuk guru yang melakukan hal tidak bermoral saat itu, saya harap akan kesadarannya. Tolonglah, anda disini sudah sangat lama menjadi pendidik, bahkan lebih lama dari pada saya. Saya mohon kerja samanya. Andai saya memberitahu siapa sebenarnya bu Karina kepada kalian, saya rasa kalian tak akan berani menatapnya walau hanya sebentar."

Dan masih banyak lagi hal-hal yang disampaikan kepsek kepada kami. Setelah rapat ada beberapa guru yang minta maaf padaku, dan ada juga yang semakin mencibir. Mengatakan kalau aku itu besar kepala dan suka ngadu.

What the hell!. Aku aja gak tau kenapa ada rapat dadakan, dan tentu saja aku gak ada ngasih tau kepada siapa pun masalah ini. Jangankan pada ayah, kepada Fahmi aja aku gak ada cerita. Yang tau masalah ini hanya aku dan Hafidz, eh tunggu deh.

"Fit!" aku menggeplak lengannya.

"Astagfirullah Karina!. Lu ngapa ngagetin gua sih?" dia menatap tajam padaku.

"Salah sendiri ngapain lu pake acara meremin mata segala" jawabku sekenanya.

"Yah karena mata gua ngantuk ogeb" deliknya sebal. Iya, tadi Hafidz lagi tiduran dikursinya namun aku ganggu.

"Ck gue mau ngomong serius nih"

"Apa"

"Lu kan yang ngasih tau masalah kemaren ama kepsek?"

"Masalah apaan sih?" dia mengalihkan pandangannya dariku.

"Lu gak usah pura-pura bego Fit, gue tau kalau lu itu faham. Iya kan?" tanyaku kembali.

"Iya kenapa emang!?" tanya dia nyolot.

"Ko malah elu yang nyolot sih, harusnya kan gue" jawabku tak terima.

"Hehehehe habisnya kalau lu dibiarin marah bakalan berabe Karina" jawabnya cengengesan.

"Setan lu!. Btw ngapa lu pake acara ngadu segala sih?"

"Yah karena gua gak terima lu dikatain begitu. Enak aja dia ngomong yang enggak-enggak sama lu"

"Yah tapi kan jadinya gak enak Fit. Lu liat sendiri kan gimana tadi dia natap gue, ih serem banget tau"

"Bodo amat gua mah!. Nih dengerin yah. Orang salah itu emang harusnya minta maaf bukan malah ngelunjak!" Hafidz sengaja menguatkan volume suaranya kala bu Romaito lewat didepan kami.

"Mulut lo bangke!" aku langsung menutup mulut Hafidz. "Lu memang gak ada sopannya yah" aku menampar lengannya.

"Orang kayak begitu emang gak perlu di sopanin Rin. Kesel gue lama-lama sama lu sumpah. Udah dijahatin padahal"

"Gue kan orang baik Fit" jawabku sambil nyengir padanya.

"Iya gua tau lu emang orang baik" jawabnya dengan tersenyum. "Tapi ada bagusnya kalau kebaikan lu ditempatkan pada yang seharusnya" jawabnya kemudian.

Aku hanya tersenyum menanggapi. Aku memilih merapikan meja, karena akan langsung pulang kerumah. Ko cepat?, karena para murid tadi udah di pulangkan duluan saat rapat.

"Gue pulang duluan yah Fit" pamitku pada Hafidz.

"Lah ko cepet bener?, gak nongkrong dulu lu ama gua?" tanya dia sambil menyusulku keluar kantor guru.

"Enggak lah. Habis ini aku mau rapat sama karyawan boutiqe gue. Jadi nongkrongnya besok-besok aja" jawabku senyum.

"Iyalah yang udah punya bisnis mah beda. Hati-hati pulangnya yah"

Aku mengangguk. Kami berpisah diparkiran.













Terima kasih
NurDyh❤

PARIBAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang