Pesona Abang Dokter

3.7K 329 0
                                    

Mampus sudah!. Karena kelamaan mengobrol dengan bang Adit tadi malam, aku akhirnya kesiangan. Salahkan bang Adit kenapa dia begitu sulit dihubungi.

Aku buru-buru mandi dan asal mengambil baju saja. Hari ini aku hanya memakai gamis polos agar tidak terlalu ribet berdandan.

Terserah nanti bagaimana pendapat para guru yang lain soal penampilanku, gapapa yang penting aku gak telat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Terserah nanti bagaimana pendapat para guru yang lain soal penampilanku, gapapa yang penting aku gak telat.

Kulajukan motor dengan kecepatan lumayan, kan bisa  malu nanti kalau seorang guru telat.

Itulah perlunya setiap saat bersyukur. Seperti aku pagi ini, baru saja memasuki gerbang udah bel, tanda akan memasuki pelajaran pertama.

Sebenarnya sih bukan belajar tapi akan melaksanakan ujian semester akhir. Tidak terasa aku udah hampir setahun mengajar disini.

"Telat bangat lu Rin" sapa Hafidz yang sudah bersiap-siap dengan lembar ujian yang akan dibagikan kepada para siswa.

"Iya nih. Gila gua telat bangun Fit." aku buru-buru melihat papan pengumuman, tentang ruangan yang bakal aku awasi.

"Udah gak usah diliat lagi. Lu sama gue ngawas di kelas 1 IPA" aku mengangguk. Sedikit bernafas lega akan penuturan Hafidz.

"Makasih yah Fit. Huh akhirnya bisa tenang gue" aku mensejajarkan langkah dengan Hafidz.

"Emang harus itu!. Lu harus bersyukur punya temen kayak gue" jawabnya menepuk dada bangga.

"Iya iya bersyukur banget gue punya temen kayak lu" jawabku sambil terkekeh pelan.

Saat kita memasuki ruang kelas IPA, mereka berteriak heboh. Apalagi yang cewek-cewek, beuhh heboh banget. Kalian tau kenapa?, yah karena si Hafit lah. Maklum aja yakan, Hafit itu masih muda, tampan dan juga baik, tentu saja para siswi menyukainya.

Ko aku manggil Hafit?, karena memang itu panggilan aku sama dia. Tenang dia gak marah ko, Hafidz itu orangnya baik.

"Banyak banget fans lu Fit" senggolku padanya ketika kami sudah kembali duduk dikursi.

"Yoi dong, gue kan tampan" sombongnya sambil menaik turunkan alis.

"Masih gantengan juga laki gue" cibirku.

"Yah gpp, yang penting selama para siswi disini belum liat kegantengan laki lu, gue tetap jadi primadona disini" jawabnya kembali.

"Shombwong amat!" jawabku terkekeh.

Ketika kami sedang berbincang didepan salah satu murid mengangkat tangan.

"Bu!"

Aku menoleh kearahnya. "Iya kenapa?" jawabku dari depan.

"Ini soal yang nomor 5 gak ada jawabannya bu" jawabnya.

Aku mengernyit bingung. Aku berdiri lalu berjalan kearahnya. Mengambil kertas ujian lalu memerhatikan soal yang dia maksud. Aku terdiam sebentar, menghitung soal yang dia katakan. Untung saja mata pelajaran kali ini adalah Kimia, jadi aku masih faham akan soalnya.

PARIBAN (End)Where stories live. Discover now