Bab 4 (Robert Arathorn)

22.2K 2K 4
                                    

Penting !
© Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama, tempat dan waktu tidak melatari cerita sejarah apapun.

Pagi hari di kediaman Duke of Avondale telah dihebohkan dengan kabar mengenai tanggal resmi pertunangan Putri Pertama Duke Melville dengan Grand Duke of Leinster, Nigel Cavendish.

Mendengar kabar pertunangan membuat banyak orang di kediaman Duke of Avondale bersuka cita terkecuali Sabrina tentunya yang mengutuk keras kabar tersebut. Penyebab dari banyaknya orang yang bersuka cita ialah tidak lain karena pada akhirnya putri pertama Duke Melville yang telah berusia dewasa akan segera menikah. Usia Isabella memang tergolong usia yang seharusnya sudah memiliki anak pada zaman itu. Isabella memang sangat terlambat dalam hal pernikahan. Entah karena wajahnya yang standar ataukah karena sifatnya. Menurut Sabrina tentu saja keduanya.

"huh! kepalaku sakit setelah mendengar kabar tidak penting!" umpat Sabrina pelan. Sepanjang dia melewati lorong tidak henti-hentinya para pelayan menggosipkan pertunangan putri pertama duke yang akan dilaksanakan dua minggu lagi.

Matilda menatap prihatin nonanya "anda baik-baik saja my lady?" tanya Matilda.

Sabrina menatap Matilda heran. Pelayannya itu masihlah sekaku saat pertama kali Sabrina terbangun di dalam tubuh Sabrina Meliville.

"bisakah kau bertanya selain 'apa anda baik-baik saja my lady?' karena demi apapun Matilda aku tidak baik-baik saja" Sabrina gemas sendiri dengan pelayan setianya itu. Di satu sisi Sabrina ingin mempunyai teman untuk saling berbagi cerita. Lagipula usianya dengan Matilda tidak terpaut jauh.

"maafkan saya My Lady atas sikap ketidakpekaan ini" Matilda membungkuk penuh hormat.

"sudahlah, kedepannya aku ingin kau lebih terbuka padaku. Anggap saja kita berteman, jadi kau bebas mengeritik atau memberi saran kepadaku Matilda" pinta Sabrina yang semula dibalas gelengan cepat dan wajah tidak percaya Matilda. Tapi setelah dibujuk lebih jauh oleh Sabrina dengan canggung Matilda mulai menuruti permintaan nonanya yang ajaib.

"anda tidak seperti Lady Sabrina Melville yang saya kenal, ta-tapi saya sangat senang dengan perubahan sikap anda sekarang My Lady. Terima kasih sudah menjadikan saya pelayan anda" aku Matilda jujur, hal itu sudah sejak lama ingin Matilda ungkapkan. Menjadi pelayan Sabrina adalah berkah tersendiri untuknya.

Sabrina hanya tersenyum kaku, merasa sedikit malu mendengar kata-kata Matilda.

"aku tidak sebaik itu Matilda"

"tapi bagi saya Lady Sabrina Melville adalah sosok malaikat yang jatuh dari Elysium"

Sabrina bungkam, tidak menegerti arti kata yang baru saja Matilda ucapkan, tetapi menurut Sabrina pujian Matilda pastilah bermakna baik.

"kau terlalu berlebihan memujiku Matilda" ujar Sabrina tegas, tapi tak ayal dirinya merasa senang.

Kali ini Matilda hanya tersenyum melihat tingkah nonanya yang menggemaskan. Dibalik sikap nonanya yang dingin, nonanya tetaplah seorang wanita yang senang akan pujian. Matilda tidak habis pikir bagaimana Grand Duke Cavendish lebih memilih bertunangan dengan Isabella dibanding dengan nonanya yang cantik serta imut. Walaupun Matilda sering mendengar desa-desu diantara para pelayan jika Isabella adalah wanita baik serta rendah hati sedangkan nonanya adalah wanita bodoh dan cengeng.

"apa yang akan anda lakukan setelah ini my lady?"

Sabrina mengerutkan dahi. Mendengar pertanyaan Matilda membuatnya berpikir. Banyak sekali rencana balas dendam yang sudah tersusun manis dikepalanya. Akan tetapi untuk saat ini Sabrina masih ingin menenangkan dirinya.

"bagaimana jika kita pergi ke pusat kota? Aku dengar malam ini akan ada festival budaya disana?" usul Sabrina. Balas dendam memang penting untuknya tapi membahagiakan diri jauh lebih penting.

What the Lady WantsWhere stories live. Discover now