Bab 41

7.4K 835 24
                                    

Penting !
© Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama, tempat dan waktu tidak melatari cerita sejarah apapun.

Ps: maaf baru bisa update cerita sekarang😬😬😬

Nigel mengalihkan atensinya sejenak dari baginda raja. Manik hitamnya menjelajah, memperhatikan seksama keseluruhan aula istana dengan tajam. Detak jantungnya memburu. Pikirannya tak bisa tenang begitupun dengan hatinya. Hal-hal negatif mulai terlintas dibenaknya. Akan tetapi sebisa mungkin ia tepis. Dengan gerakan kasar Nigel mengusap sisi wajah serta dagu yang mulai ditumbuhi bulu-bulu halus.

Semua kekalutan yang ia rasakan saat ini berkaitan dengan satu nama pasti, Sabrina tentu saja.

Sial beribu sial. Sejak tadi ia tak menemukan Sabrina di aula istana. Jangankan sosoknya, siluet wanita itu pun sama sekali tak tampang di seluruh penjuru aula istana. Hal tersebut nyaris membuat Nigel kehilangan akal. Beruntung Nigel memiliki pengendalian diri yang kuat.

Sejak wanita itu berpamitan untuk mengambil minuman, Nigel tak lagi mendapati wanita itu kembali. Salahnya memang yang terlalu fokus membicarakan bisnis dengan teman-temannya sampai-sampai tak memperhatikan Sabrina. Bahkan setelah itu pun Nigel tak bisa segera mencari Sabrina dikarenakan baginda raja memanggilnya.

Acara pesta baru berlangsung kurang lebih satu jam setengah, dan masih ada waktu semalaman penuh untuk berpesta. Sayangnya, Nigel sudah kehilangan Sabrina di menit-menit awal kedatangananya.

Untungnya Nigel telah mengerahkan seluruh pengawalnya untuk mencari keberadaan Sabrina, dan Nigel juga sudah berpesan sebelumnya untuk segera melaporkan kepadanya jika Sabrina ditemukan.

Wajah Nigel yang tegang menarik minat baginda raja. Baginda raja baru saja menyudahi percakapan dengan seorang saudagar kaya raya dari Alemania, membicarakan mengenai penawaran yang cukup menguntungkan untuk Imperium Delacroix. Melihat tampang Nigel yang tak seperti biasanya sedikit banyak mengusik baginda raja hingga menyudahi obrolan lebih dulu. Bagaimanapun Nigel sudah ia anggap seperti putranya. Melihat Nigel mengingatkan baginda raja pada mendiang Grand Duke Cavendish terdahulu yang tak lain sepupu raja sendiri.

"ada apa Cavendish?" tanya baginda raja sembari ikut memperhatikan keseluruhan penjuru aula.

Nigel kembali memfokuskan pandangan pada baginda raja. Sadar perilakaunya sedikit tak sopan pada orang nomor satu Imperium Delacroix, buru-buru Nigel meminta maaf. "mohon maaf atas sikap saya yang tak sopan your majesty. Kalau boleh jujur saya sedang mencari seseorang"

"benarkah? Apa perlu bantuan dariku untuk mencari orang tersebut?" tawar raja barbaik hati.

"terima kasih atas kebaikan dan kemurahan hati anda your majesty. Tapi saya tentu tak ingin merepotkan anda. Saya sudah mengutus beberapa pengawal untuk mencarinya" Nigel membungkuk penuh hormat. Sosok yang tak lain merupakan Raja dari Imperium Delacroix sendiri merupakan orang yang sangat royal pada bawahannya.

Baginda raja mengangguk singkat sembari mengusap janggut tipisnya. "baikalah. Jangan sungkan untuk mengatakan kepadaku apapun yang kau butuhkan" baginda raja memutuskan untuk tak memperpanjang pembicaraan mengenai orang yang sedang dicari Nigel.

"sekali lagi terima kasih your majesty" meskipun baginda raja mengatakan seperti itu tentu Nigel mengetahui batasannya.

"ada hal penting yang ingin ku bicarakan denganmu" kata baginda raja sembari memastikan keadaan sekitar.

Nigel bersiap mendengarkan.

"sebelumnya aku ingin mengucapakan turut prihatin atas insiden yang bersangkutan dengan tunanganmu," lanjutnya. "aku tak menyangka Putri Sulung Duke Melville bisa merencanakan semua itu"

What the Lady WantsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang