Bab 16 (conversation)

12.3K 1.3K 25
                                    

Penting !
© Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama, tempat dan waktu tidak melatari cerita sejarah apapun.

Sabrina tiba di sebuah lahan yang sekelilingnya mayoritas dipenuhi tanaman bunga mawar dengan beraneka ragam jenis. Lebih jelasnya saat ini Sabrina berada di taman bunga kepunyaan istana mawar yang mejadi tempat tinggal pribadi sang ratu.

Musim semi membuat mawar-mawar bermekaran semakin indah. Keindahannya berhasil membuat Sabrina merasa takjub.

Sabrina patut membenarkan rumor yang beredar mengenai sang ratu. Ratu dari Imperium Delacroix tidak main-main dalam perihal seleranya akan kecantikan. Sampai-sampai taman bunganya pun terawat dengan sangat sempurna.

Dari jauh Sabrina melihat keberadaa  Lady Ambrose, atau kini Sabrina memanggilnya Josette, sedang duduk sendiri di salah satu kursi. Dihadapannya terdapat sebuah meja bundar berwarna putih yang dipenuhi piring porselen mahal beserta teko emas dan beberapa cangkir diatasnya. Melihat dari struktur mejanya yang tinggi (high tea) sudah dapat dipastikan disanalah acara minum teh akan berlangsung.

Sabrina menetralkan ekspresinya, sebelum berjalan anggun untuk menghampiri Josette dan setelah itu mengambil tempat duduk tepat di sebelahnya. Kedatangan Sabrina membuat Josette segera memalingkan wajah.

Ck! Merepotkan!

Dalam hati Sabrina cukup gemas menghadapi sifat Josette yang sangat kekanakan. Ayolah, seorang Lady seharusnya dapat menunjukan perilaku dewasa dalam mengendalikan keadaan maupun perasaan. Sayangnya Lady Josette Ambrose tidak pandai dalam melakukan kedua hal tersebut di depan Sabrina.

"aku tidak akan meminta maaf mengenai situasi yang kau lihat barusan" Sabrina membuka percakapan setelah dirinya sempat terdiam.

Josette tidak menoleh, alih-alih bertanya dengan intonasi tajam "apa aku benar-benar bisa mempercayaimu?"

Sabrina menghembuskan nafas lelah. Belum genap masalahnya dengan Robert. Kini dirinya harus berurusan dengan tunangan pria itu yang tidak kalah merepotkan "seharusnya kau tau kalau bukan aku yang mendekati pangeran kedua terlebih dulu"

"apa maksudmu?! Jangan pernah katakan kalau pangeran kedua yang selama ini mengejar-ngejarmu duluan?!" Josette menoleh dan segera menghadapkan tubuh sepenuhnya ke arah Sabrina.

Sudut bibir Sabrina terangkat "aku rasa kau cukup pintar untuk menilai situasi"

Wajah Josette terlihat semakin geram mendapat jawaban seperti itu dari Sabrina. Kipas yang ia pegang diremas kuat sebagai pelampiasan akan rasa marah.

"dengar, Josette. Ketika seorang pria bertemu wanita yang di takdirkan bersamanya dia tidak akan tertarik dengan wanita lain. Pertanyaannya... Apa kau bisa menjadi wanita yang ditakdirkan untuk Robert?" Sabrina bermaksud menyadarkan Josette bahwa dia memiliki banyak kesempatan untuk memenangkan hati Robert. Asal wanita itu dapat merubah kepribadiannya yang kekanakan dan mudah tersulut emosi.

Pembicaraan mereka berdua terpaksa dihentikan ketika seorang pelayan datang menghampiri dan setelahnya menyampaikan kabar jika yang mulia ratu akan segera tiba.

Sabrina dengan tulus berdoa dalam hati berharap yang mulia ratu tidak akan menambah beban pikirannya nanti.

Terlihat sosok ratu yang luar biasa elegan, mengenakan setelan gaun mewah berwarna maroon dipaduka aksesoris pelengkap nan elok. Sang ratu menjejakan kaki di taman dengan anggun, selanjutnya berjalan menuju ke arah Sabrina dan Josette berada. Keduanya serta-merta berdiri demi menyambut kedatangan yang mulia ratu.

Setelah memberi salam dan mendapat izin dari yang mulia ratu untuk kembali duduk. Sabrina dan Josette lantas mengucapkan terima kasih atas kebaikan sang ratu. Bersamaan dengan itu para pelayan satu persatu mulai berdatangan menghidangkan cemilan beserta minuman di atas meja jamuan.

What the Lady Wantsحيث تعيش القصص. اكتشف الآن