Bab 20 (thieves nest)

11.3K 1.2K 45
                                    

Penting !
© Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama, tempat dan waktu tidak melatari cerita sejarah apapun.

Sabrina menatap kosong hewan buruannya. Seekor rusa cokelat tergeletak tak bernyawa dengan mata melotot nyaris keluar. Sabrina berhasil memanah hampir 10 hewan, atau 11 jika burung dapat dihitung sebagai hewan buruan. Delapan diantaranya adalah kelinci hutan. Sejauh ini Sabrina tidak menemukan binatang buas seperti leopard atau beruang liar dalam perburuannya.

"tidak buruk, mengingat seseorang baru saja belajar memanah satu bulan terakhir" ucap putra mahkota sesaat Sabrina berhasil menewaskan seekor rusa jantan dengan sebuah anak panah yang menancap tepat di kepala.

Sepanjang perburuan putra mahkota hanya menyaksikan Sabrina. Tidak sekalipun pria itu mengeluarkan anak panahnya setelah insiden ular di awal memasuki hutan. Putra mahkota tentu sengaja membiarkan Sabrina memanah hewan-hewan yang mereka temui selama perjalanan. Hadirnya putra mahkota disini kurang lebih sebatas menjadi mentor bagi Sabrina yang baru memulai perburuan di alam liar.

Matahari semakin meninggi. Suhu mulai memanas. Musim semi sebentar lagi akan berakhir digantikan oleh musim panas. Wajar jika cuaca sering kali menjadi tak menentu.

Sabrina mengibaskan rambutnya. Keringat mulai membanjiri wajah beserta lehernya, "apa kita bisa berhenti sejenak your highness? karena saya benar-benar lapar dan haus." Waktu telah memasuki siang hari, pantas jika Sabrina mulai kelaparan. Ditambah tubuh Sabrin terasa sangat lelah.

Putra mahkota tidak menjawab, sebaliknya ia hanya mengangguk sebagai tanda menyetujui usulan Sabrina.

Percaya atau tidak Sabrina sudah terbiasa dengan sifat irit bicara putra mahkota. Berinteraksi dengan pria itu mengingatkan Sabrina akan sosok Nigel Cavendish yang tidak jauh berbeda sifat beserta tingkah lakunya. Huh! kenapa mayoritas pria yang Sabrina temui di abad ini tidak jauh berbeda satu sama lain?

Sabrina meminta tas selempang miliknya yang sejak tadi dibawakan oleh putra mahkota. Sabrina sugguh tak mengira jika putra mahkota berbaik hati membawakan tas miliknya. Pria itu cukup bisa diandalkan dalam situasi saat ini.

Sabrina mengeluarga roti lapis yang telah dibungkus rapih sebelumnya oleh Matilda. Memberikan satu kepada putra mahkota yang diterima tanpa banyak kata dan setelahnya mengambil satu lagi untuk dirinya.

Sabrina mulai melahap rotinya. Rasa gurih daging yang dicampur sayuran dan manisnya keju serta asam dari tomat bercampur menjadi satu menghasilkan perpaduan yang sungguh lezat.

"tenang saja. Saya tidak mencampurkan racun pada roti itu" Sabrina sempat menangkap keraguan dari putra mahota. Pria itu sungguh berhati-hati dalam memilih makanan.

Setelah itu tidak ada lagi percakapan yang terjadi antara dirinya dan putra mahkota.

"anda harus tau your highness, saya tak memiliki hubungan apapun dengan pangeran kedua dan tidak mungkin saya berani memainkan perasaan beliau" Sabrina membuka percakapan. Bagaimanapun Sabrina dan putra mahkota memiliki kesalahpahaman yang belum sempat terselesaikan.

Putra mahkota menghentikan suapannya. Wajahnya meyorot datar Sabrina "kenapa kau tiba-tiba membicarakan ini denganku? apa karena kau menyukaiku?" tanya putra mahkota.

Sabrina membuang nafasnya sejenak. Inilah yang dia maksud dengan kesalahpahaman antara dirinya dan putra mahkota. Sabrina memang menginginkan putra mahkota, tapi belum tentu ia suka. Lagipula ucapannya kepada Robert dulu sebatas bualan semata.

"saya hanya tidak ingin your highness berpikiran saya sedang mempermainkan perasaan adik anda karena bagaimanapun saya tidak memiliki perasaan apapun kepada pangeran kedua"

What the Lady WantsWhere stories live. Discover now