Bab 31

9.9K 1.1K 54
                                    

Penting !
© Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama, tempat dan waktu tidak melatari cerita sejarah apapun.

Hati Wilham mencelos menyaksikan langsung dengan kedua matanya bagaimana putri bungsunya terkena anak panah. Wilham segera berlari menghampiri Sabrina yang terkulai lemas di dekapan Nigel. Tubuhnya menggigil, membayangkan jika suatu hal buruk terjadi pada Sabrina.

Jika saja Wilham tidak mengingat putrinya harus segera mendapat pertolongan. Sudah sedari tadi ia melayangkan pukulan keras ke wajah Grand Duke Cavendish. Pria itu benar-benar berhasil membuat Wilham naik pitam. Wilham tidak peduli jika setelah merealisasikan niatnya tersebut harus berhadapan dengan baginda raja sekalipun. Saat ini Sabrinalah satu-satunya yang paling ia takutkan untuk pergi.

Wilham segera menghampiri tubuh Sabrina. Memeriksa nafas putri bungsunya. Sedikit lega mengetahui Sabrina masih bernafas walaupun dengan tarikan berat.

"saya mempercayai anda untuk menangkap dalang dari kejadian ini" Wilham menatap datar Nigel. Sebisa mungkin berusaha mendinginkan kepalanya. Saat ini ia tidak boleh termakan emosi. Situasi sekarang mengharuskannya untuk berpikir tenang.

Nigel mengangguk. Dengan hati-hati menyerahkan tubuh Sabrina yang terkulai kepada Duke Melville.

Wilham dapat menyaksikan kekalutan dari raut wajah Nigel ketika memindahkan tubuh Sabrina. Ada amarah yang tersembunyi dari sepasang bola mata hitam pekat Nigel. Wilham seharusnya tau, sejak awal Grand Duke Cavendish hanya mencintai putri bungsunya.

Wilham menggendong Sabrina sembari meneriakan kepada pelayan untuk segera menyiapakan dokter.

Baru beberapa langkah Wilham berjalan. Langkahnya dihadang oleh segerombol pasukan kesatria istana yang baru saja tiba. Bukan hanya kesatria biasa, melainkan kesatria elite istana yang dipimpin langsung oleh putra mahkota. Baginda raja segaja mengerahkan pasukan bantuan saat tau situasi menjadi kacau di kediaman Duke of Avondale.

Dari arah berlawanan. Putra mahkota berjalan tegap menghampiri Wilham. Melirik tajam tubuh Sabrina yang berada di gendongan Wilham.

Mata biru putra mahkota sontak memicing. Menyaksikan anak panah yang tertancap di bahu Sabrina.

Putra mahkota memeriksa denyut nadi Sabrina yang berada di pergelangan tangan. Sebelum tangannya yang bebas memastiakan sendiri ritme pernafasan Sabrina.

Putra mahkota menatap datar Wilham. Merogok sesuatu dibalik jubah hitamnya.

"segera berikan ini padanya"

Wilham menatap bingung sebuah botol kaca kecil di tangan putra mahkota.

"cairan penawar ini bisa memperlambat penyebaran racun di tubuh putrimu" putra mahkota menjelaskan secara gamblang.

Mata Wilham melebar. Tidak mengira jika anak panah dalam tubuh Sabrina mengandung racun. Buru-buru Wilham menerima obat penawar yang diberikan putra mahkota sembari mengucapkan terima kasih.

"saya akan segera meminumkan penawar ini pada Sabrina your highness"

Putra mahkota hanya mengangguk singkat. Sebelum ia berbalik pergi meninggalkan Wilham yang berusaha meminumkan penawar tersebut dengan bantuan Matilda.

Tanpa Wilham sadari tangan putra mahkota terkepal erat. Menyaksikan kondisi Sabrina membuat amarahnya memuncak. Pikirannya berkecamuk. Dirinya yang biasa tenang terlihat gusar. Andai ia tiba lebih cepat. Sabrina tidak akan kesakitan seperti saat ini.

Kesadaran Sabrina yang diambang batas. Menyebabkan obat penawar yang diberikan Wilham tidak berhasil masuk sepenuhnya. Akan tetapi, dengan beberapa tetes penawar yang diberikan putra mahkota sudah dapat menunjukan khasiatnya.

What the Lady WantsWhere stories live. Discover now