Bab 14 (friend)

12.4K 1.4K 17
                                    

Penting !
© Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama, tempat dan waktu tidak melatari cerita sejarah apapun.

"bagaiamana dengan gaun ini My Lady?" Sabrina mendongakan kepalanya sejenak dari buku yang sedang ia baca ketika mendengar pertanyaan Matilda.

Sabrina menatap tanpa minat gaun berwarna silver yang sedang diperlihatkan Matilda. Siang ini dirinya— ralat, Matilda sangat sibuk memilihkan gaun untuk acara minum teh bersama ratu sore nanti. Bahkan Madam Beatrix sengaja meliburkan pembelajarannya khusus untuk hari ini.

Sabrina tak habis pikir dengan orang-orang yang merasa bangga dengan sekedar minum teh bersama ratu. Sabrina sendiri malas menghadiri pertemuan yang memiliki segudang tata krama seperti itu. Sudah dapat dipastikan Sabrina tidak akan puas menikmati camilan-camilan di acara minum teh nanti.

"lumayan" desis Sabrina. Setelah itu matanya kembali fokus membaca kata demi kata yang tercetak di buku.

Untuk urusan berpakaian Sabrina telah menyerahkan hak tersebut sepenuhnya kepada Matilda. Terbukti, sampai saat ini Sabrina tidak pernah dibuat kecewa dengan pilihan Matilda. Kali ini dirinya juga tidak ingin terlihat mencolok untuk sekedar acara minum teh.

"baiklah My Lady. Sepertinya anda harus segera bersiap. Sebentar lagi kereta kuda akan tiba" Sabrina menghembuskan nafas pelan, menutup buku bacaanya, setelah itu bangkit berdiri.

Korset yang Sabrina kenakan sedikit lebih kencang dari biasanya. Hingga menampilkan lekuk tubuh Sabrina yang luar biasa sempurna. Sabrina yang sempat protes hanya ditanggapi seperti angin lalu oleh Matilda.

Matilda sengaja mengencangkan korset yang digunakan Sabrina agar menampilkan keindahan tubuh Sabrina yang sebenarnya. Bukan rahasia umum lagi jika yang mulia ratu sangat menyukai keindahan dan kecantikan.

Setelah selesai mengenakan gaun beserta menata rambut. Matilda segera memoleskan riasan di wajah nonanya yang terlihat penat akhir-akhir ini.

"wajah anda terlihat pucat. Apa anda baik-baik saja My Lady?" tanya Matilda dengan khawatir. Sepertinya akibat latihan super keras dan kegiatan belajar yang tak pernah henti membuat wajah Sabrina tampak letih.

Sabrina tak menjawab. Matanya terpejam tak kala tangan Matilda mengoleskan pemerah di pipinya. Sejujurnya Sabrina benar-benar mengantuk dan ingin tidur barang sejenak.

Tidak berselang lama kemudian, Matilda telah selesai merias wajah Sabrina. Menutupi sepenuhnya keletihan dan kantung mata Sabrina yang cukup parah. Menampilkan wajah flawless yang terlihat segar serta natural. Sabrina yang sempat tertidur segera membuka matanya, terkejut dengan sosok wajah luar biasa mempesona dipantulan kaca. Sabrina Melville yang memiliki tampang asli cantik alami semakin terlihat menawan dengan style make up sekarang.

"apakah wanita cantik yang disana itu aku?" tanya Sabrina kepada dirinya sendiri sembari menunjuk kaca dihadapannya. Kadang kala Sabrina masih tidak bisa beradaptasi dengan kecantika Sabrina Melville. Wanita itu benar-benar bak jelmaan malaikat atau bahkan... Dewi?

Matilda dibuat kebingungan mendapati pertanyaan seperti itu dari nonanya. Bahkan Matilda sempat akan menjerit ketika menyaksikan nonanya menggelengkan kepala kuat dan setelah itu memukulnya. Ada apa gerangan dengan perilaku nonanya hari ini?

"apa kereta kuda yang dikirimkan istana belum juga tiba Matilda?" Sabrina bertanya dengan datar. Sebelumnya ia terlalu larut dalam pesona wajahnya sendiri sampai akhirnya ia memukul kepalanya untuk menyadarkan kembali ke tujuan awal.

"belum My Lady. Kemungkinan membutuhkan waktu kisaran 20 menit untuk sampai di kediaman Duke of Avondale" jawab Matilda.

Sabrina mengangguk paham. Setelah itu meminta kepada Matilda mengambilkan bukunya. Sabrina berniat untuk kembali melanjutkan bacaannya yang tertunda.

What the Lady WantsWo Geschichten leben. Entdecke jetzt