Bab 12 (dark)

13.8K 1.5K 34
                                    

Penting !
© Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama, tempat dan waktu tidak melatari cerita sejarah apapun.

"apa putra mahkota memiliki tunangan, ayah?" tanya Sabrina di suatu sore sembari menikmati teh chamomile beserta kudapan manis sebagai pendampingnya.

Sabrina kembali teringat pesta yang diselengarakan istana beberapa hari lalu. Sesuatu kembali mengusiknya. Membuat Sabrina bertanya mengenai pangeran pertama yang kini telah resmi menjadi putra mahkota.

"entahlah. Setau ayah, dulu ada seorang putri dari kerajaan lain yang ditawarkan kepada putra mahkota untuk dijadikan permaisuri, tetapi putra mahkota sendiri yang menolak tawaran tersebut karena saat itu beliau sedang sibuk-sibuknya mengurus pengkhianatan yang terjadi didalam istana"

Sabrina memuji kehebatan putra mahkota dalam mencari-cari alasan. Sayangnya, Sabrina tau dengan jelas alasan sebenarnya putra mahkota menolak pernikahan itu. Tentunya tidak lain karena wanita simpanan putra mahkota yang merupakan seorang janda dari mendiang Earl of Salisbury. Menjadikan janda sebagai permaisuri apalagi ratu tentu saja akan mendapat pertentangan dari pihak-pihak pendukung putra mahkota. Sudah dapat dipastikan bagaimana rintangan yang harus mereka hadapi dalam menjalin hubungan.

Namun, Sabrina memutuskan tidak akan mengatakan yang sebenarnya kepada siapapun. Lagipula dia bukan tipe wanita pengosip. Berniat untuk selamanya tidak mencampuri urusan orang lain lebih jauh. Untuk apa bersusah-susah mengurusi kehidupan orang lain sedangkan Sabrina sendiri sudah dibuat sibuk dengan kehidupannya sekarang.

Sosok George, pelayan setia ayahnya, menghampiri mereka dengan tergesa-gesa. Membisikan sesuatu ditelinga duke dan sukses membuat raut duke yang semula santai menjadi penuh kekhawatiran dicampur kecemasan.

Sabrina yang sedang menyesap tehnya tersenyum dibalik cangkir, menyaksikan perubahan raut wajah ayahnya dalam hitungan detik. Sabrina sudah dapat menebak kabar apa yang dibawa George hingga membuat ayahnya menjadi seperti sekarang.

"apa yang terjadi ayah?" tanya Sabrina dengan ekspresi panik dibuat-buat.

Ayah Sabrina memijat plipisnya pelan. Matanya terpejam rapat. Tampak seperti orang kelelahan "kakakmu..." kalimatnya menggantung sejenak sebelum kembali dilanjutkan "batal bertunangan dengan Grand Duke Cavendish"

Voila! Sabrina sudah tau semua itu. Mendengar langsung dari ayahnya entah kenapa membuatnya jauh merasa lebih senang.

"benarkah itu ayah? Bagaimana bisa semua itu terjadi?" tanya Sabrina kembali dengan aktingnya bak wanita polos tak berdosa.

"ayah hanya mendengar sekilas mengenai pemberontakan besar-besaran dari rakyat yang telah memasuki wilayah kekuasaan Grand Duke Cavendish. Situasi disana benar-benar kacau, banyak orang-orang dari fraksi bangsawan yang menjadi korban dari pemberontakan tersebut. Sepertinya ayah harus segera menyusul mereka ke sana, ayah takut terjadi sesuatu yang buruk kepada kakak-kakakmu" ayahnya berdiri, tersenyum lelah kepada Sabrina sebelum menepuk pelan puncak kepala Sabrina. Ayahnya meminta Sabrina untuk tetap tinggal di rumah dan tidak perlu mengkhawatirkan apapun.

Sepeninggalan ayahnya, wajah Sabrina yang semula tampak seperti malaikat tak berdosa dalam sekejap berubah layaknya seorang iblis yang merasa senang akan keberhasilannya.

Seulas seringai tipis menghiasi wajah cantik Sabrina. Rencana yang selama ini dia kerjakan rupanya telah menbuahkah hasil. Hal tersebut cukup patut untuk dirayakan. Keberhasilan dari permulaan balas dendam bukankan suatu pertanda baik?

Semua itu bermula ketika dugaan Sabrina mengenai lokasi yang akan digunakan untuk pertunangan kakaknya sepenuhnya akurat. Bukan hal susah mengetahui pasti lokasi pertunangan yang sudah menjadi tradisi turun temurun keluarga Grand Duke Cavendish.

Bertepatan dengan itu Sabrina mengetahui tidak jauh dari lokasi pertunangan tersebut sedang terjadi aksi pemberontakan kepada penguasa wilayah yang diduga melakukan korupsi hingga menyengsarakan rakyat. Awalnya aksi pemberontakan tidak sericuh dan semarak sekarang, akan tetapi berkat Sabrina yang membayar beberapa orang ahli sebagai provokator beserta melancarkan trik adu domba membuat rakyat semakin panas dan berani menentang para penguasa wilayah beserta fraksi bangsawan yang melatarinya.

Ditambah rencana Sabrina yang mengutus seseorang menyamar menjadi ksatria di kediaman penguasa wilayah yang korupsi untuk membantu melancarkan pria berdosa itu melarikan diri. Rakyat yang mengetahui jika penguasa wilayah yang ingin mereka adili seenaknya kabur semakin dibuat berang dan gelap mata. Membuat para rakyat menyerang siapapun bangsawan yang ada. Tak terkecuali bangsawan tinggi sekelas Grand Duke Cavendish.

Kejam? memang! Dikehidupan kali ini Sabrina akan melakukan apapun untuk membalaskan dendamnya. Tak peduli pihak mana saja yang terlibat dan menjadi korban.

Saat ini fraksi bangsawan sedang berusaha untuk melakukan negosiasi dengan rakyat yang sedang melakukan demonstrasi besar-besaran. Rakyat meminta untuk menjatuhkan hukuman pancung kepada penguasa wilayah yang korupsi sebagai salah satu syarat menghentikan demonstrasi. Sayangnya, keberadaan penguasa wilayah yang tidak diketahui saat ini membuat fraksi bangsawan kebingungan untuk mewujudkan permintaan dari rakyat.

Sabrina sudah memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi setelah ini. Dari sisi Baik dan sisi buruknya.

Matilda menghampiri Sabrin, sebelum membisikan sesuatu "My Lady orang suruhan anda menagih pembayaran yang telah dijanjikan"

"berikan berapapun yang dia minta dan pastikan dia menepati sumpahnya" kata Sabrina dengan dingin.

Tanpa banyak tanya Matilda mengangguk paham setelahnya izin pamit undur diri.

Sabrina tentu saja tidak menggunakan uang duke selama menjalankan rencananya. Menggunakan uang dari duke sama saja melakukan aksi bunuh diri. Selain itu, meminta uang dengan jumlah besar kepada Duchess of Avondale adalah suatu hal yang tidak akan pernah Sabrina lakukan.

Semua uang yang ia gunakan adalah warisan dari ibu kandungnya. Sabrina tidak terlalu ingat bagaimana ibunya itu dapat menghasilkan tabungan dengan jumlah yang luar biasa fantastis, mengingat sebelumnya ibu Sabrina Melville hanyalah seorang rakyat biasa. Melihat nominal jumlah harta yang diwariskan dari ibunya sempat membuat Sabrina melongo tak percaya. Ibunya itu memiliki banyak tanah beserta lahan pertanian dan juga peternakan yang disewakan. Belum lagi ibunya juga mewariskan perhiasan dan aksesoris yang bernilai jual tinggi karena kelangkaannya. Semua itu berhasil membuat Sabrina bertanya-tanya siapa sebenarnya ibunya itu. Bagaimana dia bisa mempersiapkan segala hal seperti tau jika dirinya akan pergi terlebih dulu meninggalkan putrinya seorang diri di kandang rubah.

Kepala Sabrina berdenyut sakit membuatnya spontan mencengkram kepala. Sepertinya secara perlahan memori Sabrina Melville mulai pulih kembali. Wajah ibunya yang cantik terbayang dalam benaknya. Tanpa dapat dicegah setetes air mata jatuh mengenai pipinya. Rasa hangat melingkupi hati bersamaan dengan rasa perih. Sejujurnya Sabrina tidak terlalu ingat akan sosok ibu kandung Sabrina Melville selain kematiannya yang disebabkan oleh ibu tirinya.

Tiba-tiba sebuah kesadaran berhasil menghantamnya yang membuat Sabrina terbelalak. Emosinya meluap menjadi satu ketika memikirkan kemungkinan fakta yang sebenarnya terjadi.

Bagaimana Sabrina Melville bisa mengetahui jika ibu tirinyalah penyebab kematian ibu kandungnya yang bahkan ayahnya sendiri tidak mengetahui fakta penting seperti itu.

Jangan katakan... Sabrina sedikit merinding memikirkan kemungkinan itu bisa saja terjadi.

Apa Sabrina Melville menyaksikan sendiri kematian ibu kandungnya tepat di depan matanya?

Tbc

What the Lady WantsWhere stories live. Discover now