Sekalipun langkahnya terseok, bayang senyum mereka membakar adrenalin untuk tetap menempuh langkah.
Bagaimana pun, mereka harus selamat.
Jemari itu baru saja menyentuh dinding tombol lift, namun sebuah sabetan katana panjang menggoreng punggung. Darah mengucur deras di susul tubuhnya yang ambruk.
"Jangan harap kau bisa lari, tua bangka!"
Salah satu komplotan musuh tertawa nyaring.
Dengan segera, si pemimpin kubu lain datang. Berusaha mencegah hal lebih buruk terjadi.
Satu luncuran besi panas menembus tengkorak belakang si samurai. Tanpa menunggu banyak waktu, pria itu tergeletak ambruk di samping raga si pemilik rumah.
Terburu ia mendekat. Menopang tubuh lemah pria paruh baya yang segera menjemput ajalnya.
"T-Tuan, aku tidak mengenalmu. T-tapi terima kasih" ucapnya terputus.
"Ku titipkan putraku p-padamu. Selamatkanlah mereka, Tuan"
Lelaki berkebangsaan negeri kincir angin itu mengangguk mantap. Ia menggenggam tangan pucat nan rapuh itu erat.
"Aku akan menjaga putramu. Beristirahatlah dengan tenang, Kim Myungsoo"
Darah yang lebih tua membasahi seluruh pakaian yang ia kenakan. Pria tersebut meregang nyawa setelah wasiatnya berhasil di ucapkan.
Dengan hikmat, ia merebahkan mayat tersebut dan menutup kelopak matanya rapat.
.
.
.
.
Dua orang anak kecil terbangun dari tidurnya yang lelap. Suara ribut khas pergulatan bercampur pecahan kaca dan nyaring khas senajata api sukses membuat keduanya meringkuk di atas ranjang.
Yang lebih muda menoleh pada yang lebih tua dengan lelehan air mata membasahi pipi gembil.
"Hyung, apa yang terjadi?"
"Aku pun tak tahu. Lebih baik diamlah. Hyung akan mencoba menelfon kantor polisi"
Lelaki manis dengan bibir tebal itu menuruni ranjang dan beringsut mendekat pada tubuh sang kakak. Ia menahan tangis sebisa mungkin kala maniknya menangkap pergerakan banyak manusia dari celah bawah pintu yang tertutup rapat.
Rematan erat pada piyama membuat yang lebih tua menoleh pada arah dimana sang adik menatap.
Menyadari nyawa mereka terancam, sang kakak memegang kedua bahu adiknya dan menatapnya lekat lekat.
"Dengar, kita akan bermain petak umpet kali ini, saeng. Mari mencari tempat persembunyian yang bagus dan berjanji untuk tidak bersuara sedikitpun. Jangan berani membuka ataupun mengintip jika orang tersebut bukan kakak ataupun Mama Papa."
Yang lebih muda mengangguk sambil terisak.
"Hyung, apa yang terjadi? Aku takut"
"Hey, kau anak laki laki. Kau tak boleh lemah, apalagi menangis!"
Suara keduanya bergetar. Namun yang lebih tua berusaha sekuat tenaga untuk tidak menunjukkan rasa takutnya sendiri.
Menyadari beberapa bayang gelap telah berkumpul di depan kamar mereka, sang kakak segera memberi perintah.
"Aku hitung sampai sepuluh, kau cepatlah bersembunyi. Mengerti?"
Sang adik mengangguk.
"Hana, dul, set.."
Yang lebih muda berlari menuju rak buku. Ia menarik satu di antaranya dan sebuah ruangan gelap terbuka. Anak manis itu masuk dan segeralah ruang rahasia tersebut tertutup rapat kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
• K R A C H T • JINV • ABO
Fanfiction• When the mafia fights for the position and love • -6th book- TAGS : -Dark Fiction -ABO-VERSE (ALPHA, BETA, OMEGA) -MPREG (Male Pregnant) -Romance -Action + Gore -Happy/Sad Ending -Death Chara -Written in Indonesian, English and Dutch TRIGGER WAR...
• I N T R O •
Mulai dari awal
