part 43

3 0 0
                                        

Penjelasan Darel membuat Aya terdiam. Sejahat itukah Darel dulu. Dia tidak percaya bahwa Darel dulu seperti itu. Namun seperti pikirannya tadi,itu hanya masa lalu Darel.

"Sekarang kamu udah tau kan, maaf baru ngasih tau," ucap Darel.

"Kenapa baru ngasih tau?"

"Aku cuma takut, kalo kamu tau kamu bakalan jauhin aku."

"Aya nggak sepicik itu," titah Aya sambil tersenyum kearah Darel.

Darel ikut menoleh dengan pandangan yang sulit diartikan. "Orang yang pergi saat tau masa lalu pacarnya, bearti dia nggak bener-bener suka. Tapi aku bakal buktiin aku nggak akan pergi," lanjut Aya.

Darel tersenyum mendengar ucapan Aya. Jika ditanya, apakah dia bersyukur mempunyai gadis seperti aja. Jawabannya, ya, dia sangat bersyukur dan beruntung dapat mengenal gadis yang dulunya cuek sekarang malah jadi crewet seperti Aya.

"Makasih Aya," ucap Darel sambil tersenyum manis membuat Aya mengalihkan pandangannya.

Darel mengacak singkat rambut Aya membuat Aya mendengus kesal. Melihat raut wajah Aya, Darel terkekeh senang.

"Udah jalan lagi yuk, pengen tidur capek banget," rengek Aya membuat Darel lagi-lagi terkekeh dan langsung menjalankan printah Aya.

🐝🐝🐝

Aya gadis itu tengah duduk ditepi kolam renang rumahnya dengan pikiran yang melayang kemana-mana. Kenapa rasanya resah sekali, padahal sudah tidak asing bagi Darel memiliki mantan. Tapi, entah kenapa saat tau bahwa dulu Darel pernah menyakiti gadis yang disukai sahabatnya sendiri, ada rasa khawatir didalam sana. Entah khawatir karna apa.

"Kenapa gue jadi gini ya," batin Aya.

"Kamu kenapa?" tukas seorang pria paruh baya yang tiba-tiba datang.

Aya menoleh mendapati Candra sedang tersenyum manis disampingnya. Aya ikut tersenyum melihat wajah Candra, rindu rasanya sudah beberapa hari ini Aya jarang bertemu dengan Candra karna dia sedang ada pekerjaan diluar kota.

"Papa kapan pulang?" tanya Aya sambil berdiri dan memeluk erat tubuh Candra.

"Tadi udah, dari tadi malah, tadi Papa cari kamu tau. Tapi kata Mama kamu lagi galau, ya udah Papa samperin kamu kekamar nggak ada, Papa pikir kamu disini ehh bener disini," jelas Candra panjang membuat Aya terkekeh.

Aya tersenyum mendengar penjelasan Canda. Dia kembali duduk ditepi kolam, begitu pun dengan Canda yang juga mengikuti Aya.

Mereka terdiam untuk beberapa saat. Sebelum Aya memulai untuk bersuara, "papa pernah nggak, waktu pacaran sama Mama itu Papa cemburu karna Mama punya masalalu yang entah gimana. Padahal Papa tau Mama itu mantannya banyak? Itu misalkan ya,"

Candra menoleh kemudian tersenyum, "disetiap hubungan pasti ada yang namanya cemburu entah itu cemburu karna apa, cemburu itu perlu dalam hubungan. Nggak mungkin kan ada hubungan tanpa cemburu, mungkin diluar sana ada tapi Papa belum pernah nemuin sebuah hubungan tanpa kecemburuan," timpal Candra. Aya memperhatiakan Candra dengan serius, mendengarkan ucapannya. Benar, memang benar. Tidak ada hubungan yang berjalan tanpa kecemburuan sekali pun yang menjalani hubungan itu orang paling sabar. Namun mungkin ada diluar sana yang menjalani hubungan itu, Aya tidak tau.

"Cemburu itu wajar Aya, coba kamu ceritain ini baik-baik sama Darel. Kalo kamu bisa nerima kehadiran Darel dalam hidup kamu, sepertinya kamu juga harus bisa nerima masa lalu Darel dalam hidup kamu. Selalu inget pesan Papa, selesain semua dengan baik," saran Candra sambil tersenyum. Mendengar saran Candra, Aya tersenyum bahagia. Dia memeluk Candra sangat erat, Candra dan Nia tiba-tiba, akan beralih profesi menjadi sahabat Aya jika dia sedang terpuruk. Dan akan menjadi kedua orang tua yang sangat Aya sayangi, setiap saat.

"Siap Bapak Candra, Bapaknya Aya yang sangat cantik ini, sicalon putri tapi tertunda. Krna putri itu buat pangeran kalo Aya maunya buat Darel aja," kata Aya sangat jujur. Candra terkekeh mendengar perkataan Aya yang begitu jujur.

"Sekarang tidur, besok kamu sekolah kan?"

Aya mengangguk, "iya besok Aya sekolah, Aya masuk ya. Papa juga tidur Bye, byee," pamit Aya sambil berjalan masuk kedalam rumahnya.

Candra menatap kepergian Aya dengan senyum simpulnya. Dia sadar, bahwa Aya sangat bahagia jika ada didekat Darel. Dia juga sadar, bahwa Darellah orang yang bisa membuat Aya bahagia.

"Saya percaya, kamu bisa menjaganya Darel Frey Gerald," tukas Candra, kemudian dia juga masuk kedalam rumahnya.

🐝🐝🐝

Darel baru saja masuk kedalam rumahnya. Dia berhenti saat melihat Niken sedang duduk sambil tersenyum manis padanya. Ada apa dengan Niken? Apakah ada yang salah hari ini?

Darel kembali melangkahkan kakinya seperti biasa tanpa menoleh atau pun menyapa Niken. Darel berfikir mungkin Omanya sedang dalam fase tersenyum-senyum sendiri.

Langkahnya kembali terhenti ketika Niken beranjak dari duduknya dan beralih tempat berdiri didepannya. Darel memandang Niken dengan datar.

"Darel," lirih Niken.

Darel menaikan satu alisnya, seakan bertanya ada apa. "Oma kangen," ucapnya lagi dengan lirih.

"Oma mending cuci muka dulu deh, siapa tau kan Oma lagi mimpi. Kalo Oma cuma mimpi Darel nanti sakit hati," ucap Darel sambil tersenyum miris.

"Maaf,"

"Nggak perlu minta maaf Oma nggak salah apa-apa."

Darel kembali melanjutkan langkahnya, dia beranggapan bahwa Omanya itu sedang tidak enak badan sehingga memperlakukannya seperti itu. Dia tidak mau berharap jika hal yang tadi dilakukan oleh Niken tulus untuknya.

"Bang Darel," panggil seorang dari arah belakang Darel.

"Kenapa?"

"Turun dulu lah, Oma dari tadi nunggu Lo tau," kata Fany.

Jantung Darel berdetak lebih cepat setelah mendengar perkataan Fany. Apakah Omanya sudah bisa menerima dia kembali, jika memang benar, dia akan merasa sangat senang karna hidupnya sudah kembali. Jika tidak dia juga sudah merasa senang karna tadi Niken sempat mengelus-elus pipinya.

"Lo boongin gue ya, mana mau Oma nunggu gue," cetus Darel sambil terkekeh.

Fany menoleh sambil melirik tajam Darel. "Jangan kebanyakaan nonton drama makanya Bang, cepetan sana."

Dengan sedikit ragu, Darel melangkahkan kakinya mendekat kearah Niken yang sekarang terlihat sedang duduk dengan Alia.

"Ada apa?" tanya Darel.

Alia tersenyum melihat putranya. "Sini duduk," jawab Alia sambil menepuk tempat kosong disebelahnya.

Darel duduk disamping Alia, dia jelas kesal dengan keadaan seperti ini. Diam tidak ada yang berbicara, seakan-akan mereka adalah orang asing yang tak saling kenal. Darel berdehem membuat Alia dan Niken menoleh.

Niken tersenyum. "Bagaimana sekolahmu hari ini Darel?"

Darel menoleh dia menahan senyumnya yang sebentar lagi akan terbit. "Nggak gimana-gimana," jawab Darel seadanya.

'Gue cuma harap ini bener-bener jadi awal segalanya bagi gue,' batin Darel.

After Being With You ([ON GOING])Where stories live. Discover now