"Ayo, kita masuk," ajak Alia membuat Aya mengangguk.
Aya menatap pria pruh baya didepannya yang hanya memandang datar tanpa ekspresi kearahnya. Pria paruh baya itu sangat tampan beberapa bentuk wajahnya sangat mirip dengan Darel dan Fany.
"Hay om," sapa Aya kikuk. Sedangkan Baron hanya tersenyum menanggapi sapaan Aya.
"Saya Aya om, teman Darel," kata Aya lagi.
"Saya Baron ayah Darel," balas Baron membuat Aya mengangguk.
"Udah yuk, udah laper ni," kata Fany membuat mereka mengangguk dan berjalan menuju meja makan.
Acara makan mereka berlangsung dengan lancar. Setelah selesai, Aya dan Darel duduk ditaman yang tadi Aya tempati dengan Alia dan Fany.
"Itu keluarga gue," kata Darel sambil menatap kedepan. Mendengar Darel berkata, Aya menoleh dan mengangguk.
"Mereka orang pertama yang buat hidup gue jadi berharga, mereka juga orang berharga buat gue," Darel berkata dengan senyum yang sangat tipis.
Aya menatap Darel, jujur perasaan yang tadi sempat membuat dirinya bingung kini, kembali lagi. Aya mendengus mengingat dirinya yang benar-benar sangat aneh, bahkan tidak bisa menebak perasaannya sendiri.
"Sekarang, lo juga jadi alasan gue bahagia," kata Darel sambil menatap Aya. Aya menoleh dengan wajah yang bingung dan gugup.
"Hah, kok gue?" tanya Aya dengan gugup.
"Gue juga nggak tau," Darel berucap dengan mengangkat kedua bahunya.
Aya terdiam dan terus-menerus memutar ucapan Darel dikepalanya. Antara bahagia, kesal karena Darel yang tidak jelas saat ditanya dan juga rasa takut yang semakin menjadi didalam sana.
"Udah jangan dipikirin, tinggal tunggu waktu aja, nanti juga tau jawabannya," kata Darel sambil tersenyum menatap Aya.
'Gila-gila gue bener-bener udah nggak sehat ni, udah rel jangan senyum tolong, anjirrr gimana ni kalo gue pingsan,' batin Aya sambil menahan napasnya.
"Napas ya ntar mati," titah Darel. Aya menatap kesal Darel, sedangkan Darel sudah terkekeh melihat ekspresi Aya.
'Njirr jantung gue,' batin Darel.
Mereka sama-sama teridam untuk beberapa saat, hingga Alia memanggil nama mereka berdua entah untuk apa.
"Darel, Aya sini!" panggil Alia.
Darel dan Aya mendekat kearah Alia. "Kenapa bun?" tanya Darel.
"Udah malem, Aya nginep sini aja ya," tawar Alia.
Aya menoleh kearah Darel yang hanya diam saja. "Makasih tan, kapan-kapan aja deh tan, soalnya Aya belum ijin," kata Aya.
"Ya sudah, mau pulang sekarang atau nanti?" tanya Alia.
"Sekarang aja, udah malem soalnya," jawab Aya membuat Alia mengangguk.
"Nanti aja pulangnya," kata Darel.
"Udah malem,"
"Darel anter Aya, sampe rumah awas kalo di lecet-lecet," kata Alia membuat Darel mendengus.
"Yang ada malah Darel yang lecet ngeboncengin dia," gumam Darel yang langsung mendapat hadiah berupa cubitan dilengan kiri Darel. Alia hanya menggelengkan kepalanya, melihat anaknya ini.
Ya Darel memang sering mendapat omelan dari Aya saat mengendarai motornya. Karena Aya tidak suka dengan Darel yang selalu membawa motor dengan sangat cepat seringkali membuat Aya hampir jantungan.
YOU ARE READING
After Being With You ([ON GOING])
Teen Fiction(CERITA INI MURNI DIBUAT DENGAN IMAJINASI DAN OTAK SAYA SENDIRI. [yang belum Follow akun Author Follow dulu ya]) 🌟Happy Reading guys Aku percaya bahwa datangnya perasaan itu tidak dengan permisi. Dia akan datang secara tiba-tiba. Namun, dia akan da...
![After Being With You ([ON GOING])](https://img.wattpad.com/cover/242056448-64-k106982.jpg)