...• VIII •...

Start from the beginning
                                    

Leon yang berada di sebelahnya menatap lekat wajah perempuan itu karena mendengar sebuah kata yang membuat hatinya terasa lain, bahkan sedikit sakit.
Sahabat.
Dia juga tidak tau kenapa rasa itu tiba-tiba muncul. Dengan segera dia menggelengkan kepalanya beberapa kali kemudian merangkul bahu Ana dengan tangan kanannya dan tangan yang satunya di gunakan untuk mengelus lembut rambut perempuan itu.

"Tapi tunggu. Aku ingin bertanya," mendengar seruan Ana di tengah perbincangan mereka, sontak dengan serempak tatapan mereka pun teralihkan pada perempuan yang sekarang tengah menatap wajah Effan, Abang nya sekaligus ketua ke dua Grucula.

"Tanya apa?"

"Sejak kapan kau datang? Perasaan hanya Ka-"

"Dimana Ana?!"

Ucapan Ana terpotong saat mendengar sebuah suara yang begitu nyaring dan sangat familiar di telinganya. Orang itu sepertinya tengah mengamuk.

Saat dia menolehkan kepala ke arah pintu, muncullah seorang perempuan cantik yang mengenakan dress putih selutut dan memiliki umur yang berada sedikit di atas Effan. Senyum nya langsung terukir indah. Dengan cepat dia melepaskan tangan Leon dan menghampiri perempuan yang langsung memeluknya tanpa kata terlebih dahulu.

"Kamu tidak apa-apa?" Pertanyaan yang pertama kali keluar dari mulut perempuan itu setelah melepaskan pelukannya dan meneliti tubuh Ana.

Ana menggeleng pelan, "I'm ok. Tidak akan ada yang berani menyentuhku jika ada mereka disana."

Belinda, Kakak perempuan Ana itu langsung menghembuskan nafas leganya. Dirinya mengintip sedikit kebelakang Ana yang terdapat para anak-anak Grucula dari generasi awalnya sampai sekarang.

"Ouh, ouh, ouh.. ternyata kalian sedang melakukan reunian?" Sahutnya kemudian menarik pelan tangan Ana dan berjalan mendekati para lelaki.

Ariq tersenyum miring. "Iya, dan maaf kami tidak menerima perempuan lain selain Ana."

Mendengar hal itu sontak langkah Belinda terhenti. Matanya menatap tak percaya pada sang Abang.

"What the fuck?! Ku laporkan kau ke bunda, Bang." Ancam Belinda yang mengundang gelak tawa mereka semua.

Ariq berdiri kemudian berjalan menghampiri mereka berdua. "Kau ini seperti anak kecil, padahal sudah sebesar ini. Masih aja mengadu,"

"Tidak apa-apa. Itu bahkan lebih menyenangkan, apalagi melihat mu di marahi oleh Bunda. Bukan begitu, Ana?"

Ana menaikan sebelah alisnya kemudian terkekeh pelan. "Tentu saja, aku juga sangat suka jika Bunda sudah mulai memarahi Bang Ariq. Itu tontonan yang sangat luar biasa,"

"Eh?" Ariq yang merasa gemas dengan tingkah adik bungsunya itu pun langsung menarik hidungnya hingga sang empu berteriak kesakitan.

"ABANG SAKIT!!!!"

Ariq terkekeh kecil, di lepaskanlah tarikan itu dan di ganti dengan sebuah elusan lembut. "Maafin, Abang."

Ana menggerutu kesal kemudian kembali duduk disamping Leon yang sudah terkekeh kecil karena tak tahan dengan wajah lucunya. Tangannya terangkat merangkul bahu Ana lalu mengelus pelan rambut perempuan itu yang sudah menyandarkan kepalanya di bahu Leon.

Padahal disitu ada Abang serta Kakak perempuannya, namun Ana tetaplah Ana. Dia tidak akan peduli apa kata orang yang penting dirinya bahagi, itu sudah cukup. Dia tidak peduli dengan kebahagiaan orang lain. Kerena yang dia tau orang-orang hanya akan bahagia jika melihatnya bahagia.

Terlalu asik dengan usapan lembut di kepalanya, tanpa sadar ternyata Ana malah tertidur di bahu Leon bahkan Leon juga tidak menyadari hal tersebut sampailah saat Nimo berseru baru dirinya sadar.

"Leon, Ana udah tidur tuh. Mending bawa masuk aja, entar kepalanya sakit kalo kek gtiu," Leon menundukkan kepalanya, mata gadis itu tertutup dengan nafas yang berhembus secara teratur.

Dengan perlahan, Leon menyelipkan tangan kanannya pada leher Ana sedangkan tangan kirinya lagi pada belakang lutut Ana dan mulai mengangkat tubuh mungil itu.

"Bawa dia ke dalam dulu bang." Pamit Leon yang dibalas anggukan oleh kedua abang Ana termasuk Belinda.

Perempuan itu ikut berjalan di belakang Leon, dia ingat betul bagaimana saat pertama kali markas ini di bangun dan dirinya menemani Ana bermain. Itu sangat-sangat lucu.

Adiknya yang kemarin baru dia ajari berjalan sekarang sudah dewasa, sungguh pertumbuhan yang sangat cepat. Untung saja dulu dia tidak ke Amerika, mengikuti neneknya. Karena jika itu terjadi dia tidak akan bisa melihat pertumbuhan Ana.

Perempuan itu tumbuh dengan sangat baik. Dia menjadi perempuan cantik, manja, lucu dan sangat baik.

Mereka bangga bisa memilikinya. Perempuan hanya terdapat dua di keluarga mereka, makanya dia sangat menyayangi Ana. Dan lagipun Ana juga merupakan cucu paling bungsu, menjaga nya sudah merupakan kewajiban bagi mereka. Jadi tidak akan mereka biarkan sesuatu terjadi padanya.

Terutama ke lima lelaki yang sudah berjanji bahkan bersumpah untuk selalu berada di sisi nya apapun yang terjadi nanti.

Sumpah adalah sumpah, dan janji adalah janji. Kedua itu memiliki tanggung jawab yang sangat besar, melanggar nya berarti berhadapan langsung dengan balasan tuhan yang sudah menunggu.

Saat sampai dikamar, Leon langsung membaringkan tubuh Ana di tempat tidur dan menarik selimut hingga ke dada perempuan itu.

Tidak langsung pergi, Leon malah menatap wajah cantik dan wajah yang terlihat sangat polos itu ketika tidur.

Ini adalah Ana-nya, perempuan yang berstatus sebagai sahabatnya dan selalu dia jaga agar tidak pernah di lukai oleh siapapun.

Perempuan satu-satunya yang sangat dia sayangi setelah mommy nya tentu saja.

Ada perasaan yang berbeda saat melihat nya, bukan sebagai sahabat tapi sebagai seorang lelaki pada umumnya.

Ingin rasanya mengungkapkan semua itu tapi mengingat bagaimana prinsip perempuan itu yang begitu kuat membuat dirinya langsung mengurungkan niat tersebut.

Leon menghembuskan nafas kasar, dia mengelus pelan kepala Ana dan menciun dahi perempuan itu dengan penuh kasih sayang.

Setelah melakukan hal itu, Leon kemudian keluar dari kamar tersebut tak lupa juga dia tutup terlebih dahulu pintu nya.

"Sahabat tetaplah sahabat. Aku tidak akan pernah menjalin hubungan yang lebuh dengan orang yang ku anggap sahabat karena itu hanya akan membawa masalah." —Lyona

🌹🌹🌹
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
...
TBC

Jangan lupa VOMENT

VINATTAWhere stories live. Discover now