buruk atau baik?

2.9K 408 148
                                    

Hai apa kabar? Semoga baik dan terus setia sama AZZYA ya!!!

Jangan lupa antusiaskan diri kalian baca part ini!!!

***

Azsa meregangkan otot-otot tangannya, meraba-raba sisi kiri dan kananya merasa kala merasa ada yang berbeda.

"Zy..." Lirihnya. Tanganya berusaha menggapai nakas untuk membantu dirinya berdiri. Meraba-raba angin berupaya melangkah keluar.

"Zya..."

Prang...

Tak sengaja Azsa menjatuhkan gelas berisi air di atas nakas. Lelaki itu berusaha menghindar, sialnya ia salah arah yang al hasil kakinya terkena serpihan kaca gelas.

"Ahsss, bangsat!" Umpatnya. Ia kembali mundur duduk di tepi kasur.

"ASTAGA AZSA!" pekik Zya yang baru saja masuk ke kamar Azsa dan langsung di suguhkan pemandangan berantakan. Di tambah, telapak kaki Azsa yang berumuran darah.

"Lo kenapa si? Lo ngga usah stres gitu cuman karna lo buta. Lo ngga perlu ngelakuin hal yang aneh-aneh." Cerocos Zya.

Azsa diam, berfikir apa yang di bicarakan Zya.

"AZSA!" tegur Zya seraya menepuk bahu Azsa pelan. Beberapa detik kemudian ia memeluk tubuh kaku Azsa, "Jangan macem-macem..."

Azsa menelan Salivnya susah payah, menahan tawa yang rasanya ingin meledak. "Zy..."

"Apa?"

Azsa ikut mengeratkan pelukannya, memebelai rambut panjang Zya yang tergerai bebas. "Tadi aku nyariin kamu, ngga sengaja nyenggol gelas," kata Azsa lembut.

Zya reflek melepaskan pelukannya, memutar matanya jengah merasa malu. "Yaudah ayo makan, udah di tunggu mamah," kata Zya mengalihkan pembahasan.

"Puas-puasin berdua dulu"

"Ih! Ogah!" Langsung saja Zya menuntun langkah Azsa dengan hati-hati turun ke bawah.

Azsa yang di perlakukan seperti ini cukup tertegun, Zya menerima dirinya apa adanya. Bahkan dalam posisi seperti ini Zya mau mengurus dan membantunya.

***

Plak!

"GATAU DI UNTUNG!" bentak Novita pada Sisil. Ibu yang tak pernah menganggap anak itu menampar Sisil tanpa segan.

Novita mencengkeram pipi Sisil, "Sudah berapa kali saya bilang?! Hancurkan Zya dengan kepolosan kamu!"

"Ib-ib-bbu... S-s-s-"

"DIAM!" bentak Novita seraya menghempaskan cengkramannya.

"Sekarang kita nyaris kehilangan segalanya. Itu semua gara-gara kamu yang ngga becus lakuin semuanya."

Air mata Sisil membasahi pipinya begitu deras, wajahnya merah menyelimuti ketakutan dan kecemasan di dirinya. Ingin berlari saja rasanya, tapi Sisil tak ingin buat masalah baru.

"Ibu, Ma-ma-af..." Lirihnya.

"MAAF MAAF! APA MAAF?!"

AzzyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang