Prolog

159K 6.6K 165
                                    

"Megan, Are you sure you want to move out of this house?" Tanya seorang anak berusia sepuluh tahun, ia menahan sebuah koper berwarna ungu bersama sang pemiliknya agar tidak keluar dari rumah.

"Yes Aiden, ini waktunya aku tinggal bersama Mama, Elina dan Kak Kevin." Balas Megan setelah menghentikan langkahnya kemudian melihat kearah Aiden yang berada di belakangnya.

Megan sudah memiliki keputusan, diusianya yang baru menginjak sebelas tahun harus dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Antara tinggal bersama Ibu kandungnya atau Ibu asuhnya. Ia tidak bisa bohong, kalau dirinya juga menginginkan hidup bersama keluarga biologisnya walaupun tanpa ayah. Di sisi lain ia tidak mau meninggalkan keluarga yang sudah membesarkannya dan merasakan hangatnya keluarga yang harmonis.

Inilah keputusan akhirnya, ia menginginkan untuk hidup bersama keluarga kandungnya dan ia juga meminta Mommy dan Daddy untuk menarik hak asuhnya kemudian di serahkan pada Maulina, ibu kandungnya.

"Aku takut, kamu akan melupakanku."
"It's impossible."
"Oh ya, kamu pindah rumah bukan berarti kamu pindah sekolah juga kan?" Tanya Aiden menatapnya penuh rasa khawatir.

"Gak, mana mungkin aku pindah." Aiden tersenyum bahagia, apa yang ia khawatirkan tidak terjadi.

Megan dan Aiden sekarang sudah menginjak sekolah dasar dan mereka berada dalam kelas yang sama. Karena saat Piter ingin mendaftarkan Megan di sekolah dasar, ternyata usianya masih terlalu dini. Akhirnya, Piter mendaftarkan Megan bersamaan masuknya Aiden di sekolah dasar dan kebetulan usia mereka hanya terpaut sepuluh bulan.

Piter dan Molly hanya bisa memperhatikan mereka, Molly sebenarnya tidak rela melepaskan Megan. Namun permintaannya itu adalah sebuah permohonan di ulang tahunnya beberapa bulan lalu, Molly tidak ada pilihan lain selain melaksanakan permintaan Megan.

"Anak Mommy ini mau hadiah apa?" Tanya Molly setelah acara ulang tahun Megan usai terlaksana.

"Apa Mommy dan Daddy mau mengabulkannya?" Megan menatap Piter dan Molly secara bergantian, begitu juga dengan Aiden dan Sydney.

"Pasti, apapun Mommy dan Daddy akan kabulkan. Asal itu membuat Megan bahagia."

Megan terdiam memandang semua orang yang melihatnya. "Aku ingin tinggal bersama Mama." Mendengar ucapan Megan membuat orang sekitar terdiam.

"Kenapa? Kamu tidak betah di sini? Kalau kamu tidak betah dengan kelakuan ku menjaili mu, aku akan berhenti. Tapi kamu jangan pergi dari rumah ini!!!!" Sahut Aiden yang terdengar emosi, ia tidak mau kehilangan Megan dari rumah ini. Bahkan kalau Megan nginap di rumah Maulina, ia selalu ingin ikut.

"Bukan, aku betah tinggal di sini. Bahkan sangat betah. Tapi, aku memiliki ibu dan saudara kandung. Aku menginginkan hidup seperti kalian, hidup bersama keluarga kandung. Seharusnya kalian berempat bukan berlima."

"Kak, ku mohon jangan pergi dari rumah ini." Tiba-tiba Sydney menubruk tubuh Megan kemudian menangis.

"Ney, Kakak bisa bermalam di rumah ini. Membantu kamu mengerjakan PR, temani kamu bobo, kita renang bareng dan lain-lain."

"Aku mau Kakak tinggal disini."

Megan tidak bisa menjawab, ia tidak bisa meng-iya-kan permintaan Sydney.

Setelah Megan menyudahi pelukannya lalu menghapus air mata Sydney. Ia melihat kedua orang tua asuhnya yang sedari tadi berdiri dengan tatapan sendu, "so, daddy and mommy want to grant my request?"

Megan sengaja tidak menginginkan hadiah di ulang tahunnya, ia hanya meminta permintaan itu terkabul.

"Ya." Molly menjawab dengan pelan lalu memeluk Megan, Piter merasa hatinya teriris melihat kejadian di depannya. Melihat apa yang sudah ia duga benar terjadi. Megan memilih Maulina.

Tak sengaja mata Megan mengarah pada Aiden yang tengah menatapnya dengan tajam, nafasnya terlihat memburu dan matanya sudah memerah.

"I hate this situation!!!" Umpatnya, ia langsung berlari ke arah tangga kemudian naik menuju kamarnya. Megan sempat terlonjak saat suara pintu kamar Aiden tertutup dengan keras.

"Megan sayang." Panggil Piter dan membuat Megan menoleh setelah pelukan dari Mommynya terlepas.

"Yes Daddy." Megan menghampirinya.

"Megan harus janji, jangan bikin Mama menangis. Jadi anak yang baik dan kuat di keluarga. Daddy minta, Megan jangan sungkan minta apapun sama Daddy dan Mommy. Karna bagaimana pun Megan tetap anak Daddy, paham?" Piter mensejajarkan dirinya pada Megan kemudian mengelus pipinya dengan lembut.

"Iya, bagaimana pun Daddy Mommy, Aiden dan Sydney adalah keluargaku."

Mulai dari sana Piter memproses hak asuh Megan beralih pada Maulina, menunggu beberapa bulan dan akhirnya hak itu resmi di genggam Maulina. Sekarang saatnya mereka merelakan Megan untuk tinggal bersama keluarga sebenarnya.

"Hai Kak." Sapa Elina yang baru saja tiba bersama Kevin untuk menjemput Megan.

"Hai." Balas Megan.

Kevin dan Elina menyalami Molly dan Piter secara bergantian.

Kevin sudah tumbuh menjadi anak remaja di usianya yang ke 18 dan ia sudah mengambil beasiswa perguruan tinggi negeri terfavorit se-Indonesia.

"Mana Maulina?" Tanya Piter.
"Mama sedang menyiapkan makanan untuk menyambut Megan." Jawab Kevin.

Saat melihat Elina dan Megan berdampingan mereka seperti bayangan dalam cermin, hanya saja pakaian mereka berbeda.

"Kak Kev, jaga Megan. Ku minta jangan sampai Om Arogan menyentuhnya walaupun hanya seujung kuku." Pinta Aiden, ia mengingat saat dirinya menginap disana. Bagaimana Baron mengacak rumah Maulina dan memanggilnya berkali-kali, kemudian datanglah Kevin yang baru pulang kuliah dan mengusirnya dari rumah.

"Itu pasti Kakak lakukan, Aiden." Kevin mengacak rambut Aiden dengan gemas.

Kevin mengangkut tas Megan untuk masuk kedalam bagasi mobil, "Mom Dad, l love you so much." Megan berlari menuju Mommy dan Daddynya kemudian memeluk keduanya dan terdengar suara isakan.

"Love you more, Sweety." Sahut Piter. Molly memberikan jarak pelukan itu kemudian menghapuskan air mata Megan.

"Sudah jangan nangis, nanti cantiknya hilang." Goda Molly yang membuat Megan tersenyum. Pandanganya menuju Aiden yang sedang memperhatikannya dengan tangan yang dilipat di depan dada, wajahnya terlihat datar, matanya memancarkan kekecewaan. Namun tiba-tiba tangan Aiden terbuka lebar dan ia tersenyum. Megan langsung mendekatinya kemudian menerima pelukan itu.

"I'll be miss you." Gumam Aiden.
"Me too."

Setelah berpamitan, Megan langsung menaiki mobil yang di kendarai Kevin. Saat mobil itu sudah berjalan dan melenggang jauh dari kawasan rumah Piter.

Megan menyentuh luka di keningnya, hanya ini yang ia punya sebagai kenangan masa kecilnya yang bahagia. Bagaimana orang sekitar merawatnya kala sakit, membersihkan lukanya dan memberikannya perhatian.

Ia pasti akan ingat dengan itu semua.

Keluarga Madison.

Namanya kini resmi terganti dari Charlotte Megan Madison menjadi Charlotte Megan Sandres.

--------
Prolog yang amat panjang ya wkwkkwwk, sabar ya.. chapter selanjutnya udh ready, aku mau liat respon kalian dulu wkwkwkkkw.

Okelah..... welcome to YOU ARE MY DECISION.

You Are My Decision [Selesai]Where stories live. Discover now