YAMD #31

42.8K 3.8K 89
                                    

"Cie Megan, gimana rasanya di cium sama Aiden?"

"Gue sempet takut nonton film punya lo tapi gue juga baper liat adegan lo sama Aiden."

"Gue setuju sama lo, pas adegan Aiden nangi gara-gara Megan mati. Gokil lah gue juga mewek."

"Nano-nano film punya lo Megan, lo lugu tapi kalo akting jago juga."

Itulah komentar teman-teman Megan yang baru saja menonton di aula sekolah bersama beberapa guru yang ikut menyaksikannya.

Megan merasa bahagia karena kerja kerasnya bersama timnya berjalan dengan baik.

"Iyaa makasih ya, film punya kalian juga bagus kok." Jawab Megan pada teman-temannya yang mengitari dirinya.

Di sela pembicaraan Megan mencari sosok Elina namun tidak ia temukan, tetapi yang ia temukan adalah Aiden yang sedang asik bergurau dengan teman-temannya dan ia tidak mau mengganggunya.

Dex.

Hatinya memanggil sosok lelaki itu, Megan merasa ada hal yang berubah dari Dex. Terlihat lebih menutup diri dan hilang begitu saja. Seperti hari ini, ia sama sekali belum bertemu dengan Dex dari pagi sampai detik ini juga. Tiba-tiba hatinya dirundung rasa kecemasan.

"Kalian ada yang liat Dex gak?" Tanya Megan pada ke-empat temannya.

"Gue." Sahut perempuan berambut kriting.

"Dimana?"

"Dibelakang sekolah dan gue sempet kaget ngeliat Dex ngerokok."

Deg!

Jantung Megan terasa berehenti, saat mendengar Dex sedang merokok. Setaunya, Dex sangat menjauhi rokok, tapi kenapa kekasihnya itu malah melakukan hal tersebut.

"Aku permisi duluan ya." Pamit Megan yang memilih keluar dari Aula, lalu menuju belakang sekolah yang terdapat taman buatan.

Matanya mencari sosok Dex dan dapat!

Megan menemukan duduk dibangku yang terhalang oleh pohon yang rindang dan dengan jelas ia melihat kebulan asap dari sana.

Dengan langkah perlahan Megan menghampiri Dex, setelah ia berdiri  di dekat Dex. Ia mengambil alih rokok tersebut, kemudian menginjaknya agar rokok itu mati.

Dex syok melihat Megan ada didekatnya.

"Rokok gak bagus buat kesehatan." Ucap Megan yang membuat Dex gugup.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Dex.

"Nyusul kamu." Singkat Megan memilih duduk di sisi Dex.

Dex menjadi serba salah, ditambah jantungnya yang tiap kali berdetak hebat kala bersanding dengan Megan.

"Kamu kenapa?" Tanya Megan melihat kearah Dex.

"Aku gak apa-apa." Dustanya.

"Kalau gak kenapa-kenapa gak mungkin aku ngerasa kamu berubah, kamu lebih nutup diri dan tiba-tiba ilang gitu aja. Suatu hubungan itu harus terbuka satu sama lain dan saling percaya." Ujar Megan dengan lembut, ia merasa iba dengan Dex. Karena wajahnya terlihat lebih tirus.

"Hubungan? Hubungan apa? Selama ini aku ngerasa kalau kita kayak gak ada hubungan selain teman, Megan," jedanya Dex yang meringis, "aku sebenarnya tau, kalau kamu jalanin ini semua karena terpaksa. Kamu gak mau bikin aku malu waktu aku nembak kamu di depan anak-anak."

Megan bungkam, jadi selama ini Dex paham apa yang ia rasakan. Dex juga dapat menangkap sinyal Megan, kalau ia merasa terganggu dengan ucapannya.

"No problem, aku wajarin itu tapi percayalah. Ucapanku memang benar waktu itu." Ungkap Dex mencairkan suasana, namun bagi Megan ucapan Dex semakin membuatnya merasa bersalah.

"Sejak kapan kamu ngerokok?" Tanya Megan mengubah topik.

"Baru-baru ini, kenapa? Kamu gak suka aku ngerokok?"

Sejujurnya, Megan sangat tidak menyukai rokok. Selain baunya yang tidak enak, asap rokoknya dapat membuat dadanya terasa sesak.

"Iya, waktu itu kamu bilang kamu anti rokok. Tapi kenapa sekarang kamu yang ngerokok?"

"Manusia bisa berubah Megan," ujarnya "aku ngerokok cuma buat pelampiasan aja, selebihnya enggak."

"Apa cuma rokok jalan satu-satunya?"

"Iya."

Megan kembali terdiam, ia ingin melarang tetapi dirasa ia tak pantas melarang Dex. Karena selama ini, Dex sama sekali tidak pernah melarangnya melakukan apapun, salah satunya kalau ia bersama Aiden.

Dex belum bisa berterus terang kalau ia sudah tau sepak terjang Megan dengan keluarga Madison dan ia memilih untuk memendamnya sendiri.

"Dex?" Panggil Megan.
"Ya?"
"Aku boleh minta sesuatu?"
"Boleh, selagi itu masih batas wajar."

Ucap Dex yang diiringi kikikannya.

"Berhenti ngerokok, jangan sampai kamu kecanduan." Ucap Megan memberi perhatiannya pada Dex.

"Oke, akan aku coba." Dex tersenyum manis ke arah Megan, ternyata gadis yang berada di depannya adalah seorang anak emas di keluarga Madison. Walaupun bukan kandung, tetapi Dex sudah paham bagaimana bentuk kasih sayang keluarga itu untuk Megan.

"Terimakasih." Tutur Megan dengan menatap Dex penuh kelembutan.

"Untuk?"

"Untuk mengabulkan apa yang aku inginkan."

Dex kembali tertawa renyah mendengar ucapan Megan yang sehari tanpa ucapan terimakasih.

"Itu juga buat kesehatan aku, terimakasih juga udah perhatian." Balas Dex mengusap kepala Megan.

Sepertinya Dex akan selalu mengingat momentum ini, ia sangat bahagia kala Megan ada di sisinya. Walaupun ia paham, perasaan Megan tidak akan sama dengan apa yang ia rasakan selama ini.

Cinta bertepuk sebelah tangan.

Istilah itu cocok untuk dirinya yang mencoba berharap pada sosok Megan yang luar biasa. Ia merasa minder setelah tau status Megan yang sebenarnya. Ia tidak pantas untuk Megan, karena status sosial yang sangat berketimpangan.

Aiden.

Pria itu pantas untuk Megan...

#TBC

Sekali2 lah ya ada scene Megan dan Dex, sebenernya kasian sama Dex. Dia blm tau kalau Megan adalah sepupunya.

You Are My Decision [Selesai]Where stories live. Discover now