YAMD #23

44.5K 3.9K 117
                                    

Pagi ini seperti biasa Megan berangkat sekolah bersama Elina, semalam ia tiba di Jakarta hampir tengah malam dan untunglah dirinya bisa bangun seperti biasa.

Megan sedang berusaha memperbaiki hubungannya dengan Elina seperti mengajaknya mengobrol sepanjang perjalanan. Sampai akhirnya hati Elina bisa ia cairkan dan kembali menghangat seperti biasa.

"Aku gak nyangka lho, Kak Kevin mau nikah." Ujar Elina setelah membelokan mobilnya dengan mulus.

"Iya ya, Kakak kira Kak Kevin bercanda. Ehh tau-taunya beneran, diam-diam Kak Kevin udah ngelamar Kak Sandra."

"Tadi Kak Kevin bilang kapan dia mau nikah?" Tanya Elina saat mereka sudah memasuki area sekolah.

"Masih tiga bulan atau empat bulan lagi, soalnya Kak Sandra harus ngurus kewarganegaraannya dulu, baru setelah itu urus pernikahan."

Sandra memang bukanlah WNI, melainkan warga negara Australia dan setelah Kevin pulang dari Singapura ia membicarakan niat baiknya untuk melamar Sandra dengan Maulina dan ia meminta Mamanya agar tidak bicara apapun kepada siapapun, sebelum ia mendapatkan jawaban atas niat baiknya dan baru tadi pagi Kevin memberi tau jawaban kabar baiknya pada keluarganya.

"Berarti nanti kita punya keponakan bule dong?" Pekik Elina dengan girang.

Megan mengangguk sambil membalas pesan dari Dex yang menanyakan posisi dirinya. Percaya atau tidak, ia hampir melupakan statusnya yang sudah memiliki kekasih dan selama di gunung kemarin ia sama sekali tidak memberi kabar pada Dex. Walaupun ia sempat mendapatkan sinyal, tetapi ia gunakan untuk menghubungi Lovely dan Mamanya.

"Kak, kok tiba-tiba aku ngayal sesuatu." Ucap Elina saat memasuki belokan ke sekolahnya.

"Kamu ngayal apa?"

Megan menyimpan ponselnya dan mengalihkan perhatiannya ke Elina yang terlihat senyum-senyum malu.

"Kalau aku punya anak sama Aiden." Ucap Elian yang tersipu. "Pasti cantik atau ganteng deh, sama kayak Mama Papanya hihihi."

Megan terdiam, ia semakin yakin dengan cinta yang dimiliki Elina untuk Aiden dan tidak main-main.

"Pikiranmu terlalu jauh, El."

"Iya sih, aku lagi ngebayangi aja kalau aku hamil terus Aiden ngelus perut ak---"

"Stop!!" Pekik Megan dengan tiba-tiba dan membuat Elina menginjak rem secara spontan. "Kakak turun di sini aja."

"Ini masih dua ratus meter lagi buat sampai gerbang."

"Gapapa, Kakak ada urusan sebentar. Kamu duluan ke sekolah." Ujar Megan yang langsung keluar dan tidak lama mobilnya menjauh.

Entah kenapa Megan bisa melakukan ini, apa yang dilakukan adalah sebuah refleks saat mendengar ucapan Elina tentang khayalannya yang sangat berlebihan. Sebegitu yakinkah Elina pada Aiden sampai berpikiran akan memiliki anak dengan Aiden?

"Ahh Megan kamu kenapa bisa kayak gini?" Tanyanya dengan sendiri karena menyesal dan tidak sengaja matanya melihat ke arah jam tangnya yang sudah menunjukkan hampir jam tujuh.

Megan membulatkan kedua matanya. "Gawat!!!" Pekiknya yang langsung berlari menuju gerbang sekolah.

Dengan nafas tersengal Megan berlari sekuat tenaga sebelum bel sekolahnya berdering dan ia kehilangan kendali saat tiba di depan gerbang, untung seorang satpam membukakan gerbang lebih lebar untuknya.

"Non, hati-hati kalau lari!!" Pekik satpam itu menggeleng kepalanya dan terkikik melihat tingkah gadis itu.

Megan menghentikan larinya secara perlahan, setelah berhenti baru ia menoleh kebelakang. "Iya Pak, makasih udah bukain gerbangnya." Ucap Megan dengan nafas yang berderu dan wajahnya menjadi memanas.

Satpam itu mengangguk dan mengacungkan jempolnya ke arah Megan.

"Kasian yang lari-larian." Ucap seseorang yang membuat Megan melihat siapa yang baru saja berucap.

"H...hai." Sapanya dengan gugup melihat seorang pria tengah berdiri di depannya.

"Ini minum, lumayan buat basahin tenggorokan kamu." Ucapnya memberikan sebotol minuman ion dingin yang baru ia beli.

"Makasih ya." Megan menerima botol itu dan langsung meminumnya.

"Kok tumben kamu datang hampir telat, udah kayak Aiden aja kalau dateng selalu mepet waktu." Ujarnya sambil terkikik.

Megan hanya tersenyum mendengar ucapan Dex dan tubuhnya terasa lebih segar.

"Iya, kesiangan." Dustanya.

Diantara mereka tidak ada perbincangan hanya saja tangan Dex menghapuskan keringat di kening Megan dengan lembut.

"Masih pagi, udah pacaran aja." Sahut seseorang yang tak jauh dari mereka, Megan dan Dex melihat siapa yang baru saja berucap. Terlihatlah Lovely yang membuang sampahnya dan tidak lama datang Aiden dan Gama secara bersamaan dari arah gedung olahraga.

"Iya deh yang tiga hari gak ketemu." Timpal Gama dengan wajah meledeknya.

Megan menurunkan tangan Dex dari keningnya secara perlahan. "Aku bisa lap sendiri." Gumamnya dengan pelan.

Mereka mendekat kearahnya, sedangkan Aiden tampak lebih diam dan memasang wajah datarnya, seperti biasa.

"Kalian baru datang?" Tanya Megan.

"Gak, gue sama Aiden tadi disuruh cek sapras bekas CUP kemaren, kalo Lovely dia kan emang rajin." Jawab Gama sekenannya.

Suasana menjadi canggung, Megan bingung apa yang harus ia lakukan. Ia melirik ke arah Aiden hanya terdiam dan enggan membuka mulutnya.

"Den, ngomong dong. Kan tadi lo nyariin Megan, itu orangnya udah ada lo malah diem. Gak enak ya sama Dex?" Ujar Gama tanpa dosa dan membuat Aiden langsung menajamkan kedua matanya ke arah Gama.

"Dex jangan dengerin omongan Gama, mending lo naik deh. Tadi gue liat Miss Luna udah dateng, kalo kelasan gue emang lagi free." Ujar Lovely mengalihkan percakapan mereka.

Dex mengangguk, setelah itu ia pamit pada mereka berempat. Sebelum ia meninggalkan Megan, ia sempat mengusap pipi Megan baru setelah itu ia pergi.

"Ademin aja yak, anggap cobaan." Bisik Gama pada Aiden setelah Dex menjauh.

Aiden hanya mendengus, mencoba menetralkan gejolak amarahnya.

"Gam, lo kalo ngomong di saring dulu kek. Lo juga harus jaga perasaan Dex yang jelas-jelas cowo nya Megan." Tegur Lovely.

"Baru cowo kan? Selama belum ada yang ngelamar ya gak masalah. Gua kasian sama sahabat gue, karena dari tadi cuma nungguin lo bahkan dia sampe ada niat mau bolos, cuma mau ke rumah lo doang dan mau mastiin kalo lo baik-baik aja." Jedanya. "Karena yang dia khawatirin kalo lo sakit. Udah."

#TBC
Ke lemes'an mulut Gama begitu menguntungkan. Maaf kalo ada bahasa yang kurang srek ya aku udah bener2 pusing 😭😭😂😂

You Are My Decision [Selesai]Where stories live. Discover now