YAMD #21

44.9K 4K 169
                                    

Sejak Megan menjalani adegan ciuman itu, sikap Elina menjadi acuh dengannya. Ia mencoba berbincang dengan Elina, namun Elina itu hanya terdiam dan enggan merespon ucapannya. Bahkan semalam, Elina tidak tidur dengannya dan itu membuat Megan tidak bisa tidur karena memikirkan Elina.

Pagi hari ini, wajah Megan terlihat lebih lesu, kelopak matanya sedikit menghitam dan bibirnya memucat. Namun ia sudah menutupinya dengan polesan bedak di wajahnya, kemudian lip tint untuk bibirnya yang mungil dan itu berhasil membuat wajahnya tampak lebih segar.

"El, tunggu!" Pekik Megan saat ia keluar kamar dan melihat Elina melewati depan pintu kamarnya.

Elina melirik sejenak kemudian menghindar dari Megan lalu keluar dari homestay, Megan segera mengikuti langkah Elina. Setelah beberapa meter keluar dari homestay, mereka memasuki area hutan yang hanya memiliki jalanan setapak.

"Elina!!!" Megan menahan tangannya dan membuat Elina berhenti. Ia langsung melepaskan cengkaraman tangan Megan dengan kasar.

"Apa sih?!!" Gretak Elina.

Megan terdiam sejenak, ia memang sering melihat Elina marah dan membentak. Tapi bukan padanya, melainkan orang yang selalu menganggunya.

"Kakak minta maaf udah bikin kamu kecewa, Kakak tau kamu pasti cemburu sama adegan kemarin. Tapi itu cuma akting, bukan beneran." Ujar Megan dengan sabar tanpa ada penekanan.

"Apapun alasannya, itu gak bikin rasa sakit hati ku redam begitu aja. Aku udah terlalu sering liat Kakak mesra-mesraan sama Aiden, Kakak gak pernah mikirin perasaan aku." Celoteh Elina mengeluarkan uneg-unegnya yang sudah ia pendam.

"Apa yang Kakak rasain kalau orang yang Kakak cintai lagi berduaan sama perempuan lain? Apa Kakak akan baik-baik aja? Enggak kan? Pasti Kakak sedih dan sakit hati. Sekuat-kuatnya perempuan, dia bisa lebur, Kak." Lanjut Elina yang matanya suda memerah dan berkaca.

Secara tidak langsung, Elina dapat menggambarkan perasaannya saat Aiden sedang bersama Elina. Sedih dan sakit hati, itu yang harus diterima Megan untuk membahagiaan adiknya.

Rasanya ingin sekali Megan membalikan ucapan Elina, namun hatinya tidak menginginkan hal tersebut. Biarkan Elina menilainya seperti itu, suatu saat semua akan terungkap.

"Sekarang kamu Kakak gimana?" Tanya Megan dengan suaranya yang sedikit serak, karena menahan tangisnya.

"Jauhin Aiden." Jawab Elina dan membuat Megan mengerutkan dahinya.

Menjauhi Aiden yang sudah bersama sejak bayi dan dengan mudahnya Elina memintanya untuk menjauhi Aiden?

"I can't do it, Kakak sama Aiden udah dari kecil. Kamu gak bisa meminta Kakak untuk menjauhi Aiden." Tukas Megan dengan Tegas, kesabarannya sudah sampai titik akhir. "Fine! kalau kamu minta Kakak mendekati kamu dengan Aiden. Tapi tidak dengan menjauhinya."

"Kamu memang Adik Kakak, tapi bukan berarti kamu bisa mengurusi kehidupan Kakak. Kakak kenal Aiden jauh sebelum Kakak kenal keluarga Sandres."

Elina terdiam sejenak, untuk pertama kalinya ia melihat Megan semarah ini. Namun ia tidak menyukai perkataan Megan yang baginya menjatuhkan nama keluarganya.

"Maksud Kakak, keluarga Sandres tidak ada apa-apanya dengan keluarga Madison di hidup Kakak?" Tanya Elina yang mengeraskan rahangnya.

"Tanpa keluarga Madison, Kakak gak akan ketemu sama keluarga kandung Kakak." Ucap Megan yang suaranya kembali merendah tetapi matanya memancarkan penekanan di sana.

"Elina, Megan!!!!" Panggil seseorang yang ternyata Gama, ia langsung menghampiri keduanya.

"Kalian dia cariin Om Jaya, buat Elina lo harus nyelesain take sama Justin dan buat Megan, soulmate lo nyariin lo mulu. Pusing gue ngeladeninnya." Terang Gama dengan nafasnya yang tersengal.

Selama beberapa detik tidak ada yang merespon ucapan Gama. "Sialan, gue di kacangin!!!" Gumamnya dengan kesal. "Mending lo pada langsung jalan ke arah set, soalnya udah pada nungguin." Tutur Gama yang lagi-lagi tidak ada yang merespon.

------------

Tidak terasa, mereka sudah syuting selama lima jam. Kondisi mereka sudah sangat kotor, mulai dari kaki sampai baju semuanya penuh dengan tanah akibat adegan yang menuntut mereka harus berjalan di jalan belokan.

Lebih parah lagi Megan, sepatunya sudah basah dan dipenuhi oleh tanah hitam yang melekat di sepatunya dan membuat langkahnya menjadi berat.

"Ikut aku." Ujar Aiden secara tiba-tiba setelah ia meminta Megan untuk melepaskan beberapa properti yang ia bawa dan langsung menarik tangan Megan menjauh dari set.

"Mau kemana sih?" Tanya Megan yang terus berjalan.

Aiden enggan menjawab, tidak lama Megan mendengar suara gemercik air dan benar saja. Ia melihat sebuah aliran sungai kecil dan memiliki arus yang tenang.

"Duduk." Perintah Aiden saat mereka berdiri tepat di sisi batu besar. Megan menuruti ucapan Aiden tanpa bantahan.

Setelah ia duduk, tiba-tiba Aiden berlutut di depannya dan membuka ikatan tali sepatu miliknya.

"Aiden kamu mau ngapain??" Tanya Megan menahan tangan Aiden saat ia ingin melepaskan sepatu Megan.

"Bersihin kaki kamu, aku yakin pasti air becekan itu masuk ke dalam sepatu kamu. Kasian kamunya juga, jalannya jadi berat." Ujar Aiden dengan perhatian dan itu membuat Megan tesentuh. Aiden melanjutkan aktifitasnya.

Dengan telaten ia membersihkan kaki Megan sampai bersih. Kemudian Aiden mengambil air sungai yang bersih dengan telapak tanganya, lalu membersihkan wajah Megan dengan lembut. Megan sempat heran dengan perlakuan Aiden, padahal wajahnya tidak terkena kotoran.

Apa yang mau di bersihin?

"Aku berisihin muka kamu, biar debu dan segala kotoran gak ngendap di pori-pori. Nanti kalau jerawatan, kamu jadi jelek." Canda Aiden sambil membersihkan wajah Megan.

Megan terdiam, Aiden menjawab pertanyaan yang berada didalam pikirannya, ia seperti memiliki bakat yang Kak Kevin punya. Membaca pikiran.

"Terus kalau aku jerawatan kamu bakal ngejauh gitu? Gara-gara aku jelek?" Tanya Megan yang pura-pura marah.

"Mana bisa aku jauh dari kamu, jangankan jerawatan. Kalau mau mata kamu pindah ke bibir juga, aku gak bakal ngejauhin kamu. Kamu tau alasannya?"

Megan menggeleng.

"Karena aku sayang sama kamu itu tulus dan segala kekurangan kamu akan aku terima dengan lapang dada."

Ucapan Aiden lagi-lagi membuat Megan tersentuh. Saat kondisi hatinya sedang tidak beres, Aiden lah yang selalu mengobatinya. Walaupun Aiden sendiri tidak tau apa yang sebenarnya terjadi dengannya.

"Caiden, i'm lucky to have you." Ucap Megan menahan tangan Aiden saat berada di pipinya.

#TBC
Di chap ini ngasih amanat, kalau di baikin sama orang harus tau diri, bukan malah ngelunjak👍👍

Untung Megan punya Aiden💙

You Are My Decision [Selesai]On viuen les histories. Descobreix ara