YAMD #18

42.4K 3.9K 216
                                    

Elina menuntun Megan ke dalam homestay dan membawanya ke salah satu kamar, setelah mendudukan Megan di atas kasur, Elina langsung berlutut di depan Megan kemudian memijat kaki Kakaknya.

Walaupun ia iri dengan perlakuan Aiden pada Kakanya, bukan berarti ia marah dengan Kakaknya.

"El." Panggil Megan dan Elina hanya bergumam tanpa menoleh.

"Elina, kalau di panggil apa seperti itu?" Tanya Megan yang membuat Elina menghentikan aktifitasnya kemudian mendangak.

"Ada apa Kakak?" Jawabnya.

Ditarik tangan Elina agar berdiri, kemudian duduk di sisinya. Ia menatap mata Elina dan terdapat kesedihan di sana.

"Maaf." Gumam Megan sambil menggenggam tangan Elina.

Eliba bungkam dan merasa perkataan 'maaf' yang meluncur dari bibir Megan terdengar tulus, ia paham kata maaf itu untuk apa.

"Maaf kalau Kakak sering bikin kamu cemburu, nanti Kakak akan usahain deketin kamu sama Aiden." Ucap Megan untuk memastikan Elina.

"Makasih Kak, Kakak tau aku udah suka bahkan sekarang aku sudah cinta sama Aiden." Ujar Elina dan membuat Megan terlonjak mendengar kata 'cinta' dari mulut Elina.

"Ka...kamu yakin? Kamu udah ci..cinta sama Aiden?"

Megan melihat Elina mengangguk pasti, entah yang Megan rasakan. Yang jelas ia masih belum yakin dengan kejujuran Elina.

"Kamu mau nunggu?" Tanya Megan.

"Nunggu? Buat?"

"Nunggu sampai Aiden tidak mendekati siapapun? Karena untuk sekarang Aiden sedang dekat dengan Claudia."

Lagi-lagi Elina mengangguk.

"Menerima konsekuensinya?"
"Iya."
"Kamu janji?"
"Aku janji."

Megan tersenyum getir, ia takut nanti Elina akan menjadi seperti para perempuan yang sakit hati setelah putus dengan Aiden. Ia tidak mau adiknya mengalami hal yang sama dengan mereka. Tapi melihat Elina yang sangat yakin, mau tidak mau ia harus mendekatkan Elina dengan Aiden. Tanpa sepengetahuan Aiden sendiri.

"Kakak istirahat aja, kayaknya besok pagi kita baru mulai syuting." Ujar Elina.

"Oke." Jawab Megan mengangkat jempolnya. Elina memilih keluar dari kamar Megan setelah memberikan pelukan untuknya.

Megan memilih untuk berdiri dan menggerakan kakinya secara perlahan. Dengan melakukan beberapa gerakan untuk melenturkan otot di kakinya yang sempat mati rasa, sampai akhirnya bisa kembali terasa. Namun bengkaknya bisa terlihat.

Tiba-tiba pandangannya ke arah jendela yang terutup rapat, dengan perlahan ia mendekati jendela itu dan membuka jendela yang menampakan pohon yang rantingnya di hinggapi oleh burung jalak hitam.

Megan sedikit melihat kebawah dan tidak sengaja matanya bertemu dengan sosok anak kecil perempuan berambut panjang, mengenakan dress hitam polos yang sedang berdiri di dekat pohon besar, lalu menatapnya dengan intens.

"Heii Adik kecil, kamu ngapain di situ?" Tanya Megan dan anak kecil itu hanya terdiam.

"Megan!" Panggil seseorang dan itu membuatnya kaget, lalu memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang datang ke kamarnya.

"Aiden, ih ngagetin aja!!!" Umpatnya dengan kesal sambil mengelus dada.

Aiden hanya terkekeh melihat wajah Megan yang terlihat sangat terkejut. "Kamu ngapain di depan jendela?" Tanya Aiden mendekati dirinya.

"Itu tadi anak kecil yang ber----lho kok gak ada?" Pekik Megan mencari anak tadi yang tiba-tiba menghilang.

"Kamu halu ya?" Ucap Aiden sambil menarik hidung Megan.

"Enggak, tadi aku liat anak kecil rambutnya panjang dan pake dress hitam."

"Jangan-jangan." Curiga Aiden dengan menatap Megan dengan horror.

"Jangan-jangan apa? Kamu mau nakutin aku, gak lucu tau!!" Megan memukul dada Aiden dengan kesal.

Aiden terbahak melihat wajah Megan yang ketakutan.

"Yang kamu liat mungkin anak Bu Tike, pemilik homestay ini. Soalnya dari ciri-ciri yang kamu sebutin, sama yang aku lihat tadi pas kamu masuk ke sini sama Elina. Kata Bu Tike, anaknya ada kelaianan dan suka ngumpet-ngumpet." Jelas Aiden yang menutup jendela dan membuat
Megan merasa lega. Ia pikir, apa yang dilihat tadi adalah jelmaan hantu.

"Den, aku tidur gak sendiri kan?"

"Maunya sama siapa? Sama aku? Nanti aja ya, kalau udah sah." Canda Aiden yang membuat Megan gemas ingin merauk wajahnya yang suka meledek.

"Serius!" Megan duduk di tepi kasur dan di susul oleh Aiden.

"Kamu sama Elina tidur di sini, Cinta." Ucap Aiden melihat kaki Megan yang sudah mendingan dan tak sekencang tadi bengkaknya. Berbeda dengan Megan yang seketika tubuhnya kaku saat mendengar panggilan dirinya dan ia berusaha untuk berpikiran positif.

Cinta? Mungkin nama cewe barunya.

"Aku Megan bukan Cinta! Cinta siapa lagi? Cewe baru? Anak mana? Kelas berapa? Jangan-jangan mbak-mbak kantoran ya? Atau anak SD? Kamu pedo---"

"Ihhh mulutnya kalau ngomong ngaco banget!" Pekik Aiden menarik bibir Megan dengan gemas dan membuat Megan meringis kesakitan.

Megan melepaskan tangan Aiden di bibirnya yang terasa panas dan di dominisi oleh gatal.

"Cinta itu bukan nama cewe, tapi itu panggilan buat kamu yang tiba-tiba muncul aja di otak heehhe."

"Masa? Bohong ya?" Megan memajukan wajahnya.

"Terus kalau aku bohong, kamu mau aku panggil apa? Sayang? Baby? Bubu? Atau Bunda?"




#TBC

Anaknya bu Tike serem juga wkwkwk, btw Megan sanggup gak ya ngabulin permintaan Elina?

You Are My Decision [Selesai]Where stories live. Discover now