YAMD #32

44.6K 3.6K 97
                                    

Setelah Megan membujuk Dex agar bergabung dengan yang lain di Aula. Tanpa ragu Dex menggenggam tangan Megan untuk menelusuri koridor sampai Aula.

Setibanya di sana, banyak pasang mata yang memperhatikan keduanya, bahkan Dex tidak melepas genggamannya. Ia membawanya duduk bersama dengan posisi yang sedikit menjorok.

"Yah Den, permaisuri lo lagi sama cowonya."

"Duh kok gue ngerasa hawa panas ya?"

"Ekhemm kompor siap meledug."

"Den jangan sedih lah, gue lagi gak ada permen nih."

Olok teman-teman Aiden kala melihat ekspresi Aiden terlihat berubah seketika menjadi menegang. Karena terlihat dari rahangnya yang mengeras dan kepalan tangan yang membuat kukunya memutih.

"Weyy jangan gitu dong, Aiden juga punya kali." Bela Gama yang mengangkat derajat Aiden.

"Siapa? Claudia? Yaelah Gam, gue tau kali Aiden sama dia cuma iseng doang. Kalo Megan beda urusan." Sahut Romeo dengan terkikik.

"Bukan Claudia doang! Masih ada Tere, Lita, Vika, Tamara, Audrey dan lain-lain kalo gue sebutin gue kayak ngabsen."

"Gam, sebanyak-banyak cewe di sekeliling Aiden. Kalau cuma Megan yang ada di hati, percuma." Timpal Heri.

"Mangkanya Den, kalo cinta jangan di pendem, orang-orang juga tau gimana lo sama Megan. Tinggal bilang cinta apa susahnya sih?" Romeo kembali bercuap.

"Rom, lo kalo ngomong gampang banget. Ngelakuinnya susah!" Respon Gama yang menarik jambang panjang milik Romeo.

"Eh Aiden kan udah sering bilang cinta sama cewe-cewe, pasti udah terbiasa lah!"

Ucapan Romeo membuat mereka terdiam sejenak dan tidak lama ia menerima sebuah jeweran dari Gama, dengan tujuan memberi kode agar menjaga ucapannya di depan Aiden.

"Gue gak setuju sama lo Rom." Sahut Justin yang sedari tadi hanya memperhatikan perdebetan mereka.

"Megan gak bisa di samain sama cewe lain, pasti Aiden punya alasan kenapa dia belum bilang ke Megan." Lanjutnya dan membuat para cowo itu hampir bersorak tetapi tertahan dengan pergerakan Justin agar mereka tidak mengganggu yang lain.

"Nah ini nihh temen yang bijaksana!" Gama mengacak-ngacak rambut Justin.

Mereka tidak sadar bahwa Aiden sedari tadi mencerna omongan mereka, ia tidak menyalahkan ucapan mereka dan tidak pula membenarkannya.

Ia menjadi ragu dalam melangkah untuk merebut Megan dari Dex, tapi ucapan Megan yang satu bulan lalu masih melakat diingatannya.

"Kalau begitu, perjuangkan dia, dapatkan dia dan membuat sebuah ketidakmungkinan menjadi mungkin."

Perjuangan? Selama ini dirinya yang selalu di perjuangin oleh perempuan dan kali ini dirinyalah yang berjuang.

Ia juga ingat waktu Megan bertanya apakah dirinya tidak takut dengan karma dan dengan mudahnya ia mengatakan. "Aku yang ngelakuin, nanti aku juga yang menanggung resikonya."

Dan saat ini m ia menyesal telah menyepelekan sebuah karma.

"Den, heh!" Pekikan suara Gama menggema tepat di telinganya dan membuat dirinya tersadar dari lamunan.

You Are My Decision [Selesai]Where stories live. Discover now