YAMD #10

54.4K 3.9K 88
                                    

Hari ini Megan sudah kembali ke sekolah seperti biasa dan ia berangkat ke sekolah bersama Elina yang sudah menjadi murid di sekolahnya sejak kemarin. Elina di masukan ke dalam kelasnya, hanya saja kursi Elina berjarak dua meja belakang Megan.

Seluruh murid yang melihat Megan dan Elina berdecak kagum, ada dua perempuan yang memiliki paras begitu persis dan sempurna disetiap inci wajahnya. Pipi mereka yang chubby mengesankan wajah mereka sangat adorable dan tidak membosankan untuk dipandang.

Kemarin Elina mengatakan di hari pertamanya sekolah banyak yang tidak percaya bahwa ia adalah adik kembar dari Megan, bahkan mereka menganggap ucapan Elina hanya lelucon. Sekarang teman-teman barunya percaya, bahwa Megan dan Elina memang kembar identik.

"Kak aku ke koperasi dulu, mau beli jas lab." Pamit Elina setelah mereka naik ke lantai dua.

"Yaudah, aku duluan ya." Ujar Megan. Setelah di beri anggukan oleh Elina, ia melanjutkan langkahnya untuk naik ke lantai tiga.

Baru dirinya ingin memasuki kelas, sebuah suara menghentikan langkahnya dan ia melihat siapa yang baru saja memanggilnya.

"Dex?" Gumam Megan, saat ia melihat Dex berdiri di depan kelasnya, kemudian menghampirinya.

"Katanya kamu kemarin sakit? Apa sekarang sudah sehat?"

"Hanya demam biasa dan seperti yang kamu lihat."

Dex mengangguk, ia dapat melihat Megan yang wajahnya sudah terlihat seperti biasa. Bibirnya yang merah cherry dan senyumnya yang begitu menawan.

Tak bisa di pengkuri pula, kalau Megan tertarik dengan Dex. Ia juga termasuk pria tertampan di sekolahnya, ditambah ia memiliki kemampuan di bidang musik. Setiap wanita pasti menyukai pria yang bisa memainkan alat musik. Biasanya pria seperti itu termasuk golongan pria yang romantis dan penuh kejutan dengan cara mereka tersendiri.

"Ekhemmm bisa geser sedikit? Orang mau masuk jadi kehalang!" Sentak seseorang di belakangnya dan membuat Megan tersadar dari lamunannya.

Megan terdiam sejenak, kenapa tubuhnya bisa menjadi kaku saat mendengar sentakan itu.

Saat ia memutar tubuhnya, tepat di depannya terdapat Aiden yang berdiri memasang wajah datar dan menunjukkan sikapnya yang dingin. Megan sekilas memperhatikan guratan wajah dan mata Aiden tidak yang seperti biasanya.

Kenapa lagi dia?

Tanpa basa-basi Megan langsung mengubah posisinya dan membiarkan Aiden masuk.

"Kenapa dia?" Tanya Dex setelah Aiden masuk kedalam kelas.

"Entahlah, oh ya tadi kamu ngapain manggil aku?"

"Hanya memastikan kalau kamu sudah sehat."

Megan mengangguk, pikirannya bercabang dengan sikap Aiden seperti itu. Ini tak bisa di biarkan, ia harus tau kenapa Aiden seperti itu.

"Dex aku ke kelas duluan ya." Ucap Megan sambil melirik di mana Aiden duduk.

"Oke, semangat belajarnya." Pesan Dex dan Megan mengangguk kemudian langsung masuk ke kelas.

"Bye." Dex melambaikan tangannya pada Megan di depan pintu dan ia membalasnya hanya dengan mengangkat tangan kanannya sambil tersenyum simpul.

Setelah itu Dex kembali ke kelas dan Megan melihat ke arah Aiden yang sibuk dengan earphone dan buku biografi Tan Malaka yang sedang ia baca.

Setelah meletakan tasnya, ia menghampiri Aiden dan mengambil alih buku dan iPodnya. "Pagi yang tidak sempurna." Sapa Megan.

You Are My Decision [Selesai]Where stories live. Discover now