YAMD #43

51.1K 4.6K 266
                                    

Tak terasa seminggu sudah Megan di ICU, bahkan tanda-tanda ia sadar belum juga terlihat. Sudah banyak yang merindukan sosok wanita lugu, baik, sopan dan cantik itu. Setiap harinya ada beberapa perwakilan dari sekolahnya datang untuk menjenguk, banyak yang tidak percaya bahwa Megan kecelakaan dan mengalami koma selama ini.

Di sekolah, para murid beserta guru rutin mengadakan doa bersama untuk Megan. Itu mereka lakukan sebagai bentuk empati, karena mereka benar-benar merasa kehilangan sosok Megan.

Dilain sisi, Piter sedang mencari siapa pelaku yang sudah memutuskan rem mobil Megan. Kepolisian mengalami kendala karena cctv yang terpasang di depan toko kue tidak merekam wajah si pelaku dan itu mempersulit pencarian ini.

Sedangkan Sydney baru kemarin di introgasi mengenai gadis yang ia lihat, karena kepolisian mencurigai gadis itu dan sekarang dalam proses pencarian.

"Den, lo kurusan." Komentar Gama yang duduk di bangku kelas tepat disisi Aiden.

Aiden hanya terdiam tanpa minat merespon ucapan Gama.

"Lo sih, terlalu terforsir buat nunggu Megan. Bahkan lo tiga kali tidur di kursi besi yang dingin itu."

Aiden terkadang memilih untuk tidur di ruang tunggu ICU, hanya untuk menunggu Megan yang ia harap akan bangun. Tetapi harapannya sampai detik belum juga tercapai.

"Ayo lah Den, jangan kayak gini. Pikirin diri sendiri, lo jangan terlalu mikirin Megan, Megan udah yang ngurus." Ujar Gama yang membuat Aiden menoleh ke arahnya dengan tatapan sengit.

Dicengkaram kerah seragam Gama dengan kuat, lalu ia menggertakan giginya. Ia marah mendengar ucapan Gama yang terdengar menyepelekan.

"Gam, cewe gue koma dan gue gak bisa mikirin diri gue sendiri, karena gue terlalu khawatir sama dia. Fine kalau dia sakit biasa, tapi dia ada di ICU, dimana orang ada diambang kehidupan. Seharusnya lo paham!" Ucap Aiden penuh penekanan.

Gama melepaskan cengkaraman Aiden dari kerahnya.

"Kurang paham gimana lagi gue?" Tanya Gama dengan berani. "Gue sebagai teman terdekat lo, gue juga khawatir sama kondisi lo yang kayak gini. Lo kayak mayat hidup tau gak?! Kerjaannya cuma diem, kalau sekalinya ngomong malah ngotot dan gak mau dengerin orang lain."

Gama mengeluarkan kekesalannya dengan sikap Aiden yang berubah drastis, ia sudah terlalu sering menegur Aiden agar menjaga kesehatan. Tetapi Aiden malah marah dengannya dan ia masih bisa memakluminya karena emosi Aiden tidak stabil. Tapi untuk tidak kali ini.

"Gue gak mau kita ribut ya Den, cuma gara-gara masalah ini. Lo udah gede, lo harus bisa open minded." Gama menepuk bahu Aiden.

Tidak lama ia berdiri lalu membereskan kerahnya yang kusut. Setelah itu ia pergi kembali ke mejanya, karena beberapa menit lagi guru mata pelajaran selanjutnya akan datang.

------

Sedangkan Elina, memberanikan diri untuk bolos sekolah. Sekarang adalah kesempatan dirinya bertemu dengan Megan. Karena ia mendapat info dari suster yang ia minta pertolongannya, bahwa pengawal sedang tidak menjaga pintu ICU saat ini. Entahlah kemana mereka pergi, yang jelas ia tidak mau kehilangan kesempatan.

Dengan seragam sekolah, Elina menyusuri koridor rumah sakit dan mencari ruang ICU dimana Kakaknya berada.

Setelah tiba, dengan samar-samar ia melihat seorang perempuan tertidur dengan alat-alat medis. Bahkan ia melihat detak jantung Megan sangat rendah.

You Are My Decision [Selesai]Where stories live. Discover now