YAMD #42

51.5K 4.7K 306
                                    

Dibalik kaca yang memiliki lebar dua meter, Aiden memantau kondisi Megan. Ia berharap Megan segera bangun dan lepas dari masa komanya. Apapun ia lakukan asal Megan kembali sehat, sekalipun jantung yang Megan butuhkan. Ia siap menjadi pendonornya.

Piter sudah pamit terlebih dahulu, karena ia harus menemani Molly yang sedang tidak bisa ditinggal lama. Kurang lebih empat jam Aiden menunggu Megan dari luar, ia tau apa yang ia lakukan ini tidak membuat Megan bangun begitu saja. Tapi ia rasa lebih baik menunggu seperti ini, dari pada pulang tetapi pikirannya selalu ke gadis pujaannya.

"Den, itu kaki gak pegel berdiri mulu? Lo gak mau bobo ganteng? Itu kasur kamar lo manggil lo deh kayaknya." Ujar Gama yang menemani Aiden sampai saat ini. Ia merasa tulangnya hampir retak karena sedari tadi hanya duduk dan berdiri.

Aiden hanya menggeleng pelan.

Gama menghela nafasnya. Saat ini Aiden benar-benar galau, sebab ia tidak pernah melihat Aiden semerana ini.

"Den, lo emang liat itu badan Megan lagi tiduran di situ. Tapi percaya sama gue, rohnya lagi jalan-jalan ke Paris." Ucap Gama dengan konyol, ia harus menghibur Aiden saat ini. Masa bodoh lucu atau tidaknya, yang jelas ia telah usaha.

"Atau bisa aja Megan lagi duduk di kursi itu, sambil liatin lo. Lo tau Megan paling gak suka liat lo capek, sedih-sedihan, dan apalah yang bikin lo not good. Dia mau lo bahagia, tujuan Megan hidup emang buat ngebahagiain orang yang dia sayang. Salah satunya lo, Den." Goda Gama yang tetap membuat Aiden tidak tersenyum sedikitpun.

"Kalau lo kayak gini terus, Megan pasti sedih. Lo belum makan, minum cuma seteguk, kalau lo sakit, siapa yang jagain Megan?"

Ia melihat ke arah Aiden yang masih mengarah pada Megan dengan tatapan sendu dan sama sekali tidak merespon ucapannya.

Den, untung lo temen gue dan bokap lo pemilik sekolah dimana gue sekolah. Kalau bukan, sekarang juga lo gue sunat.

Batin Gama yang sedang mencoba sabar. Gama memilih duduk kembali dan membiarkan Aiden seperti itu sambil memainkan ponselnya.

Tidak lama ada pesan masuk dari Lovely.

Gam, itu kotak hitam sama pita merah marun punya lo?

Sial!!!

Umpat Gama yang melupakan kotak pemberian Megan sebelum ia kecelakaan yang ia letakan di meja ruang tengah. Kotak itu seharusnya ia kasih pada Aiden, tapi ia lupa.

Bukan, itu punya Aiden. Tolong kasihin ke Sydney dan suruh dia taruh kotaknya di kamar Aiden.

Dari Megan?

Iya.

Tidak ada balasan lagi, sepertinya ia harus memberitahu persoalan kotak itu. Ia kembali berdiri dan menghampiri Aiden.

"Den, ada sesuatu yang Megan kasih ke gue sebelum dia kayak gini." Tutur Gama berdiri didepan Aiden.

Aiden langsung menoleh ke arahnya dengan tatapan mata yang sayu.

"Sebelum dia pergi ngambil kue ulang tahun buat lo, dia nitip kotak itu ke gue dan itu katanya buat lo."

Bicara soal kue ulang tahun, Elina tidaklah berbohong pada persoalan itu. Karena selang beberapa menit sebelum Aiden tiba, Piter datang dengan membawakan kue. Karena keadaan mendesak, akhirnya dipakailah kue yang Piter beli. Sedangkan Piter sama sekali tidak tau, bahwa teman Aiden sudah mempersiapkan kue. Jadi, ia inisiatif membelikan kue untuk jaga-jaga.

You Are My Decision [Selesai]Where stories live. Discover now