YAMD #8

53.1K 4.1K 126
                                    

[Normal]

Malam ini Megan duduk di pelataran rumahnya, melihat tidak ada satupun bintang yang bertebaran di langit dan hanya angin berhembus kencang menerpanya.

Bahkan ia sempat lihat langit lebih gelap dari pada biasanya. Namun itu tidak membuatnya takut untuk beranjak dari tempat, ia masih ingin menunggu Elina yang sejak sore keluar dan sampai detik ini belum pulang.

"El, kamu di mana sih?" Gumamnya melihat jam yang melingkar di tangan menunjukkan pukul sembilan malam.

Rasa cemasnya semakin jadi saat melihat petir saling bersahutan di langit, saat melihat sebuah sorotan lampu di depan gerbang. Perasaannya langsung lega, Elina telah pulang.

Ia langsung beranjak dari tempatnya kemudian beralih membuka gerbang tanpa melihat mobil siapa yang datang.

Saat ia mengubah posisi berdirinya, ia dapat melihat mobil asing terparkir di depannya. Itu bukan mobil Elina dan nafasnya tercekat saat melihat seseorang yang turun dari mobil. Dengan cepat ia menarik kembali gerbangnya sebelum orang itu masuk, namun sayang orang itu berhasil menahannya.

"Mau apa?" Tanya Megan diiringi suara petir yang menggelegar.

Ia juga heran, kenapa orang itu selalu tau dimana rumah baru yang baru di tempati. Padahal mereka pindah rumah juga tanpa sepengetahuan siapapun.

"Ingin bertemu dengan Mama mu." Ucapnya.

"Mama sedang istirahat, Anda tidak boleh mengganggunya."

"Saya datang kemari dengan cara baik, jangan sampai saya melakukan kekerasan."

Megan tidak takut dengan ucapan Papanya itu, entah kenapa ia bisa kembali lagi disaat Kevin dan Elina tidak ada di rumah.

"Silahkan pergi!" Ucap Megan mendorong Baron dengan sekuat tenaganya.

"Tidak pergi sebelum saya menemui Maulina dan mengambil sertifikat tanah yang tidak saya bawa kala kita sudah cerai."

"Kenapa dengan sertifikat tanah yang hanya beberapa meter? Itu sudah menjadi hak kami, karena Anda tidak pernah menafkahi keluarga Anda dulu."

"Anak kecil seperti mu tau apa?!!!" Baron mendorong tubuh Mega hingga ia terjungkal dan langsung masuk ke dalam rumah dengan membuka pintu dengan kasar.

"MAULINA KELUAR KAMU!!" Teriaknya yang menggema di ruang tengah.

Megan langsung bangun kemudian menyusul Baron yang sedang mengobrak-ngabrik ruang tengah.

"Stop! Jangan menganggap rumah ini seperti hutan. Ini sudah malam, seharusnya Anda menjaga attitude."

Baron tidak menanggapinya, sampai ia melihat tangga dan berniat menuju ke sana. Dengan cepat Megan mencegahnya, karena di atas dimana kamar Mamanya berada.

Bahkan Baron tidak segan mencengkaram kerah piyama Megan dengan kencang kemudian menghentakan tubuhnya ke dinding.

Pandangan mereka teralihkan dengan turunnya Maulina dari tangga. "Mau apa kamu?" Tanya Maulina yang kemudian turun menghampiri Megan.

"Aku ingin mengambil sertifikat tanah yang dulu tidak aku bawa."

"Kamu tidak bisa mengambilnya, itu sudah berada di hak saya. Kenapa kamu memintanya kembali? Bukannya tanah itu tak seberapa dengan harta mu?"

You Are My Decision [Selesai]Where stories live. Discover now