LEVANTER : ISTRI RAHASIA

By niken_arum

236K 37.6K 5.1K

Tentang pria bernama Bang Christopher Chan dan hidupnya. Chan adalah sosok leader sebuah boyband terkenal. So... More

1
2
3
4
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
EXTRA PART

5

5.2K 759 53
By niken_arum

Happy reading naskah yang cepat update ini.

Merapatkan masker

Dae--Eun turun dari sebuah taksi yang membawanya dari Bandar Udara Incheon. Dia membenarkan letak tas selempangnya dan berjalan mendekati pagar sebuah rumah di distrik Myeongdong.

Dae--Eun menekan bel dan sebuah suara menyambut. Dae--Eun berbicara sejenak dan menunggu. Sesaat kemudian seseorang membuka pintu pagar dan mempersilahkan Dae--Eun masuk.

Dae--Eun merunduk dalam ke arah seorang wanita yang berdiri di pintu masuk setelah mengganti sepatunya dengan sandal rumah.

"Aku tidak percaya ini. Selamat datang, nak."

Dae--Eun mendongak. Wanita itu...ibu Chan. Wanita yang ditemuinya hanya sekali. Enam bulan lalu. Dae--Eun menghampiri wanita itu.

"Apa kabar, Nyonya."

"Seperti yang kau lihat. Aku masih hidup karena kau begitu bermurah hati. Duduklah."

"Terimakasih."

Wanita itu duduk dan meraih tangan Dae--Eun. Mengusap punggung tangannya lembut. Dan seperti kehilangan kata-kata, mereka hanya saling tersenyum. Seorang pelayan menyajikan segelas air putih untuk Dae--Eun.

"Kau mau minum sesuatu yang lain?"

Dae--Eun menggeleng. "Tidak. Terimakasih banyak."

"Chan...kau sudah bertemu dengannya?"

"Huum." Dae--Eun mengangguk. "Saya mengkhawatirkan keadaan anda. Dan saya lega anda baik-baik saja."

"Aku baik-baik saja setelah melihatmu berada di rumah ini."

"Maaf saya datang selarut ini. Saya harus kembali secepatnya ke Busan."

"Menginaplah."

"Eh?"

"Menginaplah. Chan, dia jarang pulang. Kau tidak perlu khawatir. Jangan menolak permintaanku. Setidaknya, biarkan aku memasak sesuatu untukmu besok pagi. Sebagai seorang ibu."

Dae--Eun terdiam. Dan mengangguk ragu.

"Jam berapa penerbangan mu besok?"

"Saya akan menggunakan kereta. Petang."

"Ooh...itu akan sangat melelahkan."

"Saya mengambil cuti jadi saya bisa beristirahat setelah sampai di Busan."

"Hmm...baiklah kalau begitu. Istirahatlah sekarang. Aku akan mengantarmu ke kamar."

Ibu Chan beranjak dan mengulurkan tangan pada Dae--Eun yang akhirnya menyambut dengan canggung. Mereka melangkah menaiki tangga dan menuju sebuah kamar.

"Ambilah handuk bersih kalau kau mau mandi. Ada di laci dekat jendela." Ibu Chan membuka pintu dan mereka masuk.

"Terimakasih banyak." Dae--Eun merunduk dalam. Ibu Chan mengusap punggung tangannya sekali lagi sebelum wanita itu melangkah dan menuruni tangga. Dae--Eun menutup pintu namun dia segera berbalik ketika dia menyadari bahwa itu adalah kamar Chan!

"Heeeih?" Dae--Eun urung menjangkau pintu. Dia terpaku dan mengedarkan pandangannya. Dae--Eun merutuk kebodohannya bertamu selarut itu. Dan jika dia keluar untuk meminta kamar lain, itu akan sangat merepotkan. Mungkin saja ibu Chan sudah beristirahat.

Dae--Eun melangkah ke sebuah sofa dan meletakkan tasnya. Dia melangkah ke arah laci yang disebutkan oleh ibu Chan dan mengambil sebuah handuk bersih. Dae--Eun memutuskan mandi dengan sangat cepat dan tidak ingin melihat-lihat apapun isi kamar itu. Dae--Eun menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Menatap langit-langit kamar Chan.

Dae--Eun menarik selimut hingga sebatas lehernya dan mencengkeram selimut itu kencang seiring dirinya yang berpikir bahwa dia akan berbicara dari hati ke hati pada ibu Chan besok pagi. Menegaskan bahwa semua sudah baik-baik saja dan memintanya agar tetap sehat.

Datang dari jauh ke Seoul adalah hasil dari Dae--Eun yang tidak bisa tidur dengan nyenyak karena dia pada akhirnya memikirkan apa perkataan Bin. Bagaimana mungkin? Kehancuran itu bukan saja miliknya. Bersikap acuh dan ketus pada Chan lalu berharap Chan segera pergi, berhasil dia lakukan. Tapi apakah itu tetap membuat semua baik-baik saja?

Cengkeraman tangan Dae--Eun mengendur seiring dirinya yang lelah berpikir dan tertidur. Dae--Eun yang tidak tersadar telah membuat seseorang begitu bingung dengan kehadirannya di rumah itu.

Lewat tengah malam ketika Chan pulang ke rumah orangtuanya dan tidak berniat membangunkan siapapun, Chan masuk ke kamarnya dan menyalakan lampu. Namun Chan segera mematikan lampu lagi ketika dia melihat seseorang yang begitu terpatri dalam ingatannya, tertidur pulas di ranjangnya dengan lampu tidur yang menyala. Chan menarik sebuah kursi dan duduk mengamati. Kim Dae--Eun. Gadis yang telah dilukainya dengan kata-katanya yang biadab, ada di rumah itu. Di kamarnya.

Chan menangkup tangannya dan menyangganya di dagu sambil menatap Dae--Eun yang tak terusik. Kekuatan seperti apa yang dimiliki olehnya sehingga bisa setenang itu? Ketika sebuah skenario penuh tangis di depan polisi dan media tersusun dengan rapi setelah peristiwa itu, Dae--Eun justru tidak melakukannya. Gadis itu tetap tenang dan memilih pergi. Melupakan semua dengan caranya sendiri. Membiarkan dirinya tetap berkarier dengan cemerlang tanpa terusik.

Malam itu, mengapa harus Dae--Eun?

Dan Chan mengingat dengan jelas. Tekanan pekerjaan. Berlari untuk minum bersama dengan yang lain. Sedikit mabok saat kembali ke studio agensi untuk mengambil dompetnya yang tertinggal. Sedikit larut. Menyapa Dae--Eun, satu-satunya orang yang masih ada di studio dan sepertinya baru selesai membenahi semua peralatan kerjanya. Kejadian itu begitu cepat. Ketika kepala Chan terasa sangat penuh...dia bergerak dengan iblis di dalam dirinya. Mengabaikan Dae--Eun yang memohon padanya untuk melepaskan tangannya.

Nyaris saja. Sesuatu yang buruk terjadi. Sesuatu yang lebih buruk dari kata-kata dan cekalan tangannya di lengan Dae--Eun. Sampai kemudian Chan menatap manik mata Dae--Eun dan terpaku.

Pandangan yang tidak terputus hingga gadis itu pergi dengan diamnya.

"Uuugh!" Chan menggeleng dan menjambak rambutnya kuat. Lalu tangannya terkepal. Dia bahkan sampai merunduk dengan tubuh gemetar. Pikiran tentang kejadian itu berkelebat cepat. Berulang kali dan...

Pelukan tangan yang begitu dingin membuat dirinya berhenti. Usapan tangan dingin itu ritmis membelai kepalanya. Menenangkannya. Chan menghela napasnya.

"Tidurlah." Suara lirih Dae--Eun menyentak lamunan Chan. Dia mendongak namun kembali menyandarkan kepalanya ke perut Dae--Eun. "Ayolah. Ini sudah sangat larut." Tangan Dae--Eun terulur membantu Chan melepaskan jaketnya.

Pelukan itu sepenuhnya terlepas. Chan menatap Dae--Eun yang menghampiri lemari bajunya dan kembali dengan piyama tidurnya. Dae--Eun mengulurkan piyama itu dan berbalik. Chan dengan canggung mengganti bajunya. Mereka berdiam diri dengan Dae--Eun yang duduk di tepi ranjang.

"Kau...tidak ingin mengatakan sesuatu?" Dae--Eun mendongak menatap Chan yang berdiri dengan wajah bingung.

"..." Chan bergerak pelan. Sebuah gerakan tangan yang kebingungan.

"Maafkan aku Kim Dae--Eun?" Dae--Eun mengucapkan kalimat itu dengan nada tegas.

Chan tertegun. Pernahkah dia mengucapkan kata-kata itu di masa lalu?

Pernah.

Tanpa dibarengi ketakutan apapun?

Tidak.

Waktu itu pikirannya begitu penuh dengan kekhawatiran yang besar tentang karier dan nasib teman-temannya. Dia...tidak memikirkan hal lain. Perasaan Dae--Eun.

Chan menatap tangan Dae--Eun yang terulur. Menyambutnya dengan ragu. Mereka merebahkan tubuh dan Dae--Eun membiarkan Chan memeluknya erat. Membiarkannya menangis dan mengucapkan kata maaf berkali-kali. Dae--Eun tidak mengucapkan apapun. Bahkan hingga Chan lelah dan mengeluarkan semua isi hatinya. Lalu terlelap.

Dae--Eun mendongak mengamati wajah Chan dalam temaram lampu tidur. Seorang idola yang digilai jutaan gadis. Dae--Eun tersenyum. Memicingkan mata dan mengamati wajah Chan dengan teliti. Chan memiliki segalanya yang disebut nyaris sempurna. Wajah tampan dengan hidung yang membuat iri. Lesung pipi yang begitu dalam. Bibir yang sering sekali tersenyum simpul. Dan mata yang terpejam ketika dia tertawa keras.

Chan yang terlihat cantik dalam setiap penampilan panggungnya.

"Uuuh..." Chan menarik kepala Dae--Eun dan memeluknya erat. Dae--Eun terpaku. Merasai detak jantung Chan yang sehat dan mencoba memejamkan mata.

Malam turun dengan sangat cepat dengan sebuah tanya yang masih menggelayut di hati Dae--Eun. Benarkah apa yang dia lakukan sekarang?

Sinar matahari belum terlihat. Tapi pagi sudah menjelang. Masih dalam posisi yang sama. Dae--Eun kembali menatap wajah Chan yang terlihat lebih tenang.

Dan Chan yang membuka sebelah matanya dengan senyum simpul.

"Bagaimana kalau kau mendadak jatuh cinta padaku?"

Dae--Eun terkesiap dan mencoba berbalik. Namun sia-sia karena Chan justru meraih pinggangnya untuk lebih mendekat.

"Eh?" Tangan Dae--Eun reflek membatasi dirinya.

"Bagaimana kalau kau mendadak jatuh cinta padaku?" Chan kembali bertanya tanpa melepaskan tatapan lekatnya pada Dae--Eun.

"Aku...tentu saja aku tidak akan melakukannya, Chan. Kau milik berjuta gadis di luar sana dan itu cukup mengerikan untuk dibayangkan."

"Lalu bagaimana denganku?"

"Eh? Kau? Kenapa?"

"Bagaimana kalau aku menyadari bahwa kekacauan yang terjadi padaku enam bulan terakhir ini adalah karena aku jatuh cinta padamu?"

Pandangan mereka bertemu. Dae--Eun mencoba mengalihkan pandangannya sesaat kemudian namun Chan mengusap rahangnya dan menahan tatapan matanya agar tetap tertuju pada pemuda itu.

Dae--Eun terdiam. "Kau menyadarinya dan kau kembali ke Seoul begitu cepat?"

"Karena aku tidak sanggup melihatmu lebih lama lagi. Aku terlalu pengecut?"

Dae--Eun menghela napas.

"Aku senang kau baik-baik saja, Chan."

"Mungkin tidak kalau kau kembali ke Busan tanpa menjawab pertanyaan ku."

"Huum...kalau ada yang buruk darimu adalah kau yang memaksakan apa yang kau inginkan. Aku melihatnya sangat sering. Dari hal kecil hingga hal besar yang cukup mengganggu."

"Huum...aku memang seperti itu. Ooh...buruk sekali." Chan terlihat mengingat-ingat sesuatu di kepalanya.

Dae--Eun mengangguk-angguk. "Aku tidak bisa bersama dengan orang yang seperti itu."

"Heeeih?" Chan yang melamun sontak menatap Dae--Eun dan menggeleng. "Kau harus..."

"...harus? Itu salah satu yang sering kau ucapkan. Tahap awal kau ingin memaksakan sesuatu."

Chan terpaku.

"Akan sangat sulit untuk bersamaku Chan. Aku tidak akan bisa mengimbangi mu sekeras apapun aku mencoba. Dunia kita sangat lain walaupun aku mengenal begitu banyak duniamu."

"Lalu bagaimana dengan cinta?"

Dae--Eun kembali mengamati raut wajah Chan yang kali ini menatapnya lekat. Mereka saling menelisik begitu lama. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tak terucap lewat tatapan mata. Mengais kejujuran yang berserak.

Tangan Dae--Eun terulur mengusap sudut mata Chan. Titik favoritnya ketika dia menyapukan make up untuk Chan sebelum dia tampil. Mata yang selalu terpejam ketika dia tertawa.

"Cinta akan membawamu ke sebuah rumah sempit dengan tangga batu di depannya. Suatu tempat di Busan. Suatu hari nanti saat kau sudah yakin."

Mereka berdiam diri.

Dae--Eun beranjak sesaat kemudian dan ikut sibuk di dapur bersama ibu Chan.

Dengan Chan yang menunggui mereka dengan menopang dagu di meja dapur.

***

Lah kok kuat ditatap begitu lama sama Bang Chan. Kalau saya sudah menyerah...
Menyerahkan diri seutuhnya. Hehehhehe

👑🐺
MRS BANG

Continue Reading

You'll Also Like

237K 7.3K 21
Sebuah imajinasi untuk keluarga kecil baek seung jo. Penerus drama naughty kiss , and meyakinkan untuk happy ending,true happy ending
141K 12.1K 72
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
855K 73.1K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
20.5K 1.8K 18
Ini tentang Alea. Cewek gendut yang tidak sengaja bertemu dengan Saga. Dari ketidaksengajaan itu, kisah mereka dimulai. 10 Juni 2019