LEVANTER : ISTRI RAHASIA

By niken_arum

237K 37.6K 5.1K

Tentang pria bernama Bang Christopher Chan dan hidupnya. Chan adalah sosok leader sebuah boyband terkenal. So... More

1
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
EXTRA PART

3

5.5K 755 34
By niken_arum

"Boleh aku menggunakan kamar mandi?"

Dae--Eun mendongak dan menunjuk ke arah kamar mandi. Setelah Chan masuk ke kamar mandi, Dae--Eun melangkah cepat menjangkau citra diri Chan yang terbuat dari karton tebal dan membawanya ke gudang. Dae--Eun melemparkan benda itu dan mengunci gudang.

"Kau kenapa?"

"Heeh?" Dae--Eun menggeleng.

"Aku tidur dimana?"

"Kau akan kembali ke hotel."

"Aku sudah bilang aku tidak suka hotel tempatku menginap."

"Kau bisa mencari hotel lain. Atau penginapan."

"Aku tidak mau."

Bahu Dae--Eun luruh seketika. "Rumah ini sempit."

"Tidak masalah. Dan...sofa itu...aku tidak muat di sana."

"Heeeih?" Dae--Eun mengikuti telunjuk Chan yang menunjuk ke arah sofa. "Kau serius?"

"I do."

Mereka saling tatap dan Dae--Eun semakin tidak mengerti. Apa yang Chan inginkan? Mengapa mereka harus saling berinteraksi lagi?

"Itu kamarmu?" Chan melangkah ke arah sebuah pintu yang terbuka. Dae--Eun segera berlari menghalangi Chan yang hendak masuk.

"Kau tidur di kamar itu." Dae--Eun menunjuk sebuah kamar dengan dagunya. "Itu kamar mendiang nenekku."

"Heeeih? Tidak mau. Kalau nenekmu sudah meninggal..."

"Apa?! Kau pikir nenekku menjadi hantu? Begitu?! Oh! Ya Tuhan...kenapa kau harus kemari?"

Chan mengusap tengkuknya. "Aku hanya ingin bertemu denganmu."

"Aku baik-baik saja. Tapi tidak setelah melihatmu."

Chan menunduk. Lalu mendongak lagi. Wajahnya terlihat layu. Gurat lelah tercetak sangat jelas. Entah apa yang dipikirkan oleh Chan, tapi...wajahnya terlihat sangat layu.

"Demi apapun. Semalam saja. Setelah itu kau harus pergi. Aku tidak mau bersamamu lama-lama. Dan! Satu hal lagi, kita tidak menggunakan lantai atas." Dae--Eun menunjuk ke arah lantai atas.

Chan tidak mengatakan apapun tapi dia berjalan dan menerobos masuk ke kamar Dae--Eun.

"Eeeh! Tunggu." Dae--Eun merentangkan tangannya.

"Kau tidak tidur di ranjang?"

"Tidak. Kenapa? Kau heran? Aku miskin sampai tidak bisa membeli ranjang." Dae--Eun menggelar dua buah kasur tidur dan menggeser sebuah gantungan baju dengan roda. Memberi batas pada dua kasur itu.

"Kau tidur di sebelah sana."

"Huum." Tak menunggu lagi, Chan merebahkan dirinya. Dae--Eun meninggalkan Chan yang memejamkan mata. Dia berjalan ke arah dapur dan mulai menyibukkan diri. Berulang kali Dae--Eun menghela napas. Berulang kali pula dia menyeka air mata yang tidak seharusnya turun lagi. Tapi, melihat Chan pagi itu jelas membuat hatinya kembali terluka.

Tangan Dae--Eun terampil menyiapkan sarapan. Sarapan yang akhirnya sedikit terlambat. Tiga puluh menit Dae--Eun mencoba mengabaikan kehadiran Chan di rumah itu. Dan masih berharap bahwa dia hanya bermimpi.

"Aku lapar..."

"Heeeih?" Dae--Eun menyeka air matanya. Membasuh wajahnya di wastafel dan berbalik menghadap Chan. Chan dengan rambutnya yang acak-acakan. Polos tanpa make up. Dia sudah mengganti bajunya dengan sebuah kaos tanpa lengan. Dae--Eun mencoba mengingat dimana Chan melemparkan tasnya tadi?

Dae--Eun mengikuti Chan yang duduk di meja makan dengan tatapan matanya. Dia mengulurkan semangkok nasi dan sup miso. Juga sepiring kecil kimchi dan acar mentimun. Acar yang dibenci oleh Chan. Dia pernah mendengar seseorang mengatakan hal itu.

Chan menangkup tangannya dan memejamkan mata. Lalu mendongak ke arah Dae--Eun dan tersenyum.

"Terimakasih."

Dae--Eun tidak menjawab. Dia berbalik menghadap ke arah wastafel dan membenahi peralatan masaknya.

"Kau tidak makan?" Terdengar bunyi sup miso yang diminum oleh Chan.

"Aku...terlanjur minum kopi. Aku akan makan nanti di tempat kerja."

Dae--Eun terus membenahi peralatan masaknya sambil sesekali menyesap sisa kopinya.

"Kau bekerja hari ini?"

"Huum. Jangan bertanya apa-apa lagi. Aku tidak keberatan mencarikan mu penginapan. Bagaimana?"

"Tidak. Aku mau di sini."

Dae--Eun bergeser ketika tiba-tiba Chan sudah berdiri di sampingnya dan mencuci piring bekas makannya di wastafel.

"Keras kepala sekali. Kenapa harus di sini huuh?" Dae--Eun berbalik dan berjalan ke arah kamar. Dia mengambil handuk bersih dan berjalan ke arah kamar mandi. Sekilas dia melihat Chan yang berdiri terpaku menatap keluar dari jendela dapur dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celananya.

Dae--Eun menghabiskan waktu 10 menit di kamar mandi dan keluar sudah memakai baju seragam kerjanya. Mengabaikan Chan yang menatapnya, Dae--Eun memakai sepatunya dan melangkah ke pintu sambil menyisir rambut dengan tangannya.

"Aku tidak mengerti apa tujuanmu kemari. Tapi aku harap kau segera pergi. Pergilah kumohon...Kau seharusnya berkumpul dengan teman-temanmu. Aku baik-baik saja sampai kau datang. Dan sekarang aku tidak baik-baik saja."

Dae--Eun membuka pintu dan melangkah keluar. Meninggalkan Chan yang terpaku dan menunduk. Chan berjalan ke sofa dan duduk.

"Kita tidak baik-baik saja Kim Dae--Eun. Tidak setelah apa yang aku lakukan padamu." Chan menghela napas panjang dan menaikkan kaki ke meja. Dia menyalakan televisi dan mengganti channel berulang kali. Chan meraih ponselnya yang berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Bin. Mewakili teman-temannya menanyakan apakah dia baik-baik saja? Chan membalasnya dengan mengirimkan sebuah foto dan mengatakan bahwa dia baik-baik saja.

Chan merunduk dan mengambil sebuah album foto di bawah meja. Dia membukanya pelan-pelan dan mengamati setiap foto yang ada di album itu. Foto-foto yang kebanyakan diambil oleh teman-teman Dae--Eun saat Dae--Eun mengurus para artis agensi sebelum mereka tampil. Dae--Eun memiliki hampir semua foto dirinya dengan member agensi yang diurusnya. Tapi tidak fotonya.

Chan menggigit kukunya. Dia menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa dan menatap televisi yang menyala. Ingatannya melayang tentang bagaimana Dae--Eun terlihat mencintai pekerjaannya. Gadis itu sangat profesional. Bergerak gesit dan selalu berhasil mengerjakan tugasnya dengan baik.

Gadis itu tanpa sadar selalu memasang wajah lucu saat menyapukan kuas make up ke wajah para member Stray Kids. Matanya akan memicing dan dia akan menggigit bibir untuk membantunya berkonsentrasi. Beberapa kali member yang lain membicarakan hal itu satu sama lain ketika mereka berkumpul. Dan itu membuat mereka tertawa. Bin bahkan mengatakan bahwa dia tidak bisa menggoda Dae--Eun dengan lelucon apapun ketika gadis itu membantunya bersiap.

Chan tahu Dae--Eun memiliki impian. Dia pernah mendengar saat Dae--Eun mengobrol dengan temannya sesama make up artis. Bahwa gadis itu ingin melanjutkan sekolahnya ke jenjang profesional ke luar negeri.

Dan Chan memupus impian itu hingga ke akarnya. Gadis itu sekarang bahkan menghindari pekerjaan yang menjadi keahliannya. Dia keluar dari agensi. Menolak tawaran agensi ataupun artis lain dan memilih pulang ke kampung halamannya. Bekerja mengaduk kopi. Tinggal di rumah peninggalan orangtuanya yang sempit. Dae--Eun jelas tidak pernah menggunakan lantai atas. Dia belum melihat Dae--Eun naik ke lantai atas sejak tadi.

Chan menghela napas panjang dan menutup album foto di pangkuannya.

"Kau tidak baik-baik saja bahkan sebelum aku datang kemari, Dae--Eun..."

Chan menyugar rambutnya dan memejamkan matanya.

***

"Aku pulang..." Dae--Eun berbisik lirih. Dia melepas sepatu dan meletakkannya di rak dekat pintu.

Ruang tengah sepenuhnya sudah gelap. Dae--Eun menghela napas lega. Mungkin saja Chan sudah pergi dari rumahnya. Dae--Eun menuju kamar mandi dan mandi dengan cepat. Dia berjalan ke arah ruang baju tepat di samping tangga, mengambil baju tidur dan memakainya. Dae--Eun mendorong pintu kamarnya dan tertegun. Dia melihat Chan yang duduk dalam gelap menghadap jendela yang terbuka.

"Kau belum tidur? Tidurlah. Aku libur besok. Aku akan mengantarmu ke hotel tempat teman-temanmu menginap." Dae--Eun merebahkan tubuhnya ke kasur dan meregangkan tubuhnya sembari menarik selimut. Dia menyalakan lampu tidur dan dari sela baju yang tergantung memisahkan dirinya dan Chan, dia bisa melihat pemuda itu masih duduk dan terlihat melamun.

"Aku...tidak pernah bisa benar-benar tidur. Setelah kejadian itu."

"Sudahlah. Maafkan aku...tapi aku menolak membicarakan itu."

"Aku sudah menemui banyak dokter. Minum bermacam obat tidur. Dan tidak ada yang berhasil. Mungkin sebentar lagi aku harus menemui psikiater."

Dae--Eun menghela napas perlahan. Dia menoleh saat Chan menyibak baju yang tergantung dan menatapnya.

"Mengapa kau begitu baik?"

Dae--Eun menatap langit-langit kamarnya.

"Mungkin karena aku bodoh. Itu saja."

"Mungkin dengan menghancurkan aku, kau akan menjadi lebih baik."

"Aku tidak menyukai keributan."

"Mungkin kalau kau membawa masalah itu ke ranah hukum aku tidak akan seperti ini."

Dae--Eun menoleh. "Apa kau menyalahkan aku?"

Chan terdiam. "Kau membuatku merasa sangat bersalah."

"Kalau aku membawa semua ke ranah hukum, apakah kau tidak akan merasa bersalah?"

"Setidaknya aku akan hancur. Itu setimpal dengan apa yang harus kau tanggung dan rasakan."

"Aku tidak bisa melakukan hal seperti itu. Tidak pada orang lain atau padamu. Sudahlah. Tidurlah sekarang."

"Aku tidak bisa tidur."

"Kau harus mencobanya."

"Enam bulan aku mencobanya, Kim Dae--Eun..."

"Kau ingin aku bagaimana? Jangan membuatku bingung. Aku sudah cukup bingung dengan kehadiranmu di sini. Kau mementahkan semua usahaku untuk baik-baik saja Chan..."

"Boleh aku memegang tanganmu?"

"Heeeh?"

Dae--Eun menatap Chan yang merebahkan tubuhnya dalam posisi tengkurap. Mengapa Chan begitu terluka sementara terluka seharusnya dia yang merasakannya? Dae--Eun menghela napas. Dia tengkurap dan ragu mengulurkan tangannya. Berakhir dengan telapak tangannya yang menapak karpet. Dae--Eun memejamkan matanya dan terkesiap saat tangan Chan memegang telunjuknya perlahan.

Dae--Eun tak berniat menutup jendela. Angin dingin masuk melalui sela jendela. Menerbangkan tirai yang terhempas kembali. Hingga malam begitu larut dan mereka memilih diam.

***

Gusti...lah imut amat ya memegang telunjuk. Bayangin dipegang telunjuknya sama Bang Chan..hadoooh...mau aku tuh...hehehehe

Eh...penulis! Tolong jangan begitu...

Ga usah baper

👑🐺
MRS BANG

Continue Reading

You'll Also Like

38.1K 3.5K 60
[Athlete Series] 'just one more chapter' ▪︎ Ran Takahashi [たかはし らん]♧ Highest Rank #1 in Jepang Highest Rank #1 in Ran Takahashi Highest Rank #1 in Bo...
16.7K 2K 34
Ini kisah yang menceritakan kehidupan seorang pria yang hidup dalam keramaian dunia melebihi orang-orang pada umumnya. Dirinya mengetahui sepenggal k...
164K 18K 46
Sesbania Maheswari, menyukai Ginelar Juangkasa karena tingkah baik cowok itu yang selama ini Seses salah artikan. Seses kira, Juang menyimpan rasa, n...
351K 31.9K 29
❝ Nggak usah cemburu.❞ ❝ Kenapa? Gue pacar lo! Wajar kalo gue cemburu sama cewek itu! ❞ ❝ Ya karena itu. ❞ ❝ Hah? ❞ ❝ Don't jealous with her, because...