Yuhuuu.. #temanberbuka siap..
Hayo.. Berbuka dengan yang manis ya.. Bukan dengan yang nangis.. Wkwkw.
Monica keluar dari kamarnya. Ia berjalan menuju ruang tamu, di lihatnya Richard dan Willy yang tampak pulas tidur hanya dengan beralas karpet. Selama di sana Richard memang belum tidur satu kamar dengan Monica.
"Apa sebaiknya kalian pindah saja?" Tanya Magis yang entah kapan berada di belakang Monica.
Monica menoleh ke arah Magisa.
"Mommy Richard pengen aku dan kamu tinggal di sana."
"Kalau gitu pindah lah mba.. Bagaimanapun kamu sudah memiliki keluarga baru" ucap Magisa
"Kamu ikut kan"
Magisa tersenyum namun kemudian menggeleng.
"Aku di sini saja mba.. Lagi juga kampus ku lebih dekat dari rumah"
"Tapi Magisa.."
"Mba ayolah aku bukan anak kecil. Lagi juga, kita sama-sama tinggal di jakarta. Kita bisa ketemu kapan saja kan. Anggap saja seperti aku sedang kos.."
Monica nampak bimbang dan menatap Magisa.
"Aku udah 20 tahun mba.. Udah cukup dewasa untuk tinggal sendiri. Oh ayolah aku tidak ingin tinggal di sana yang pasti akan membuat ku tertekan dan merasa terus di awasi. Aku ingin merasa bebas dulu ya sebelum akhirnya aku juga akan menikah lalu mengikuti suami ku" ucap Magisa
Monica memegang pundak adiknya. "Aku mengkhawatirkan mu"
"Wah.. Ada juga yang Mba Monic khawatirkan selain ka Denis.."
"Tidak Lucu"
Magisa tersenyum "im oke.. I'll be oke. Aku janji"
Monica masih terus menatap Magisa khawatir.
"Gimana kalau gini aja.. Aku belum juga dapet tempat magang..mungkin suami mba yang kaya raya itu bisa bantu aku" ledek Magisa
"Jangan berharap.. Usaha sendiri"
Magisa mendengus kesal.. "Katanya khawatir"
Monica memilih meninggalkan Magisa menuju dapur.
...
...
Sebuah map di banting sangat kencang di depan Lusi juga Richard.
"Apa kamu sudah gila?" Bentak suroso yang mendekat kepada Lusi. Lusi menatap ayahnya dengan sangat berani.
"Richard, om mohon jangan dengarkan anak ini. Dia hanya sedang stress dengan persiapan pernikahan saja."
Richard menoleh menatap Lusi. Ia sungguh tidak tau harus mengatakan apa pada Lusi.
"Aku tidak akan menikah dengannya pah.. Tidak akan."
"Lalu kenapa kamu menerimanya sejak awal?" Bentak ayahnya lagi.
"Untuk mempermainkan dia dan keluargannya!" Ucap Lusi
Richard terus menatap Lusi, lidahnya terasa begitu kelu.
"Kamu jangan macam-macam Lusi"
"Dia telah menyakiti ku.. Meninggalkan aku begitu saja demi mengejar seketaris gendutnya. Lalu ketika dia di campakan dia kembali padaku? Apa menurut mu aku ini bodoh Rich?" Tanya Lusi.
Lusi membalik tubuhnya menatap Richard. Richard jelas tau bahwa Lusi terluka.
"Dan jika wanita itu kembali kamu pasti akan meninggalkan aku lagi kan? Bagaimana rasanya di permainkan? Aku ingin kamu tau itu."
"Lusi lebih baik kamu berhenti bicara" ucap Suroso.
Lusi mengangguk. "Aku akan berhenti bicara setelah ini. Aku juga tidak akan menemuinya dan aku akan menarik semua investasi ku" ucap Lusi dan meninggalkan ruangan ayahnya.
"Lusi.." Panggil Suroso dan akan mengejar anaknya namun Richard menahannya.
"Richard saja.." Ucap Richard dan keluar dari ruangan Suroso.
Lusi berjalan dengan cepat. Richard pun menyusul Lusi. Mendapati Lift yang masih lama, Lusi memutuskan untuk menggunakan tangga, Richard pun tetap mengejar Lusi.
"Lusi berhenti.. "
Lusi tak berhenti hanya terus berlari menuruni tangga hingga Richard berhasil menangkapnya.
"Lusi!"
"Lepas!" Jerit Lusi
"Lusi dengar.."
"Aku tidak mau mendengar apapun dan juga tidak mau melihat mu!" Bentak Lusi lagi Dan mendorong Richard
"Kalau kamu begitu membenci ku mengapa melakukan ini? Mengapa mengambil langkah yang semakin melukai mu?" Balas Richard
Lusi tertawa miris, air matanya kembali menetes.
"Luka? Apa akan ada cara yang membuat ku tidak terluka? Aku sudah terluka apapun caranya aku akan tetap terluka!"
Richard menatap Lusi. Ia sungguh membenci dirinya sendiri. Andai saja saat itu Ia tak perlu melibatkan Lusi lagi, mungkin Lusi tidak akan sampai seperti ini.
"Katakan harus dengan cara apa agar aku tidak terluka?!"
"Lusi.."
Lusi menatap Richard lekat. "Aku tidak bisa menyelamatkan hatiku. Paling tidak dengan seperti ini aku bisa menyelamatkan harga diri ku dan orang tua ku. Apa menurut mu orang tua akan terima jika anaknya di permainkan seperti ini? Aku melakukan ini untuk mereka,bukan untuk mu. Jadi jangan salah paham.. Aku sangat membenci mu. Sangat dan akan terus begitu." Ucap Lusi
"Aku yang meninggalkan mu..bukan kamu. Karna aku terlalu baik untuk pria jahat seperti mu" lanjut Lusi dan meninggalkan Richard.
Richard tak bisa mengatakan apapun lagi. Meski Ia tetap berfikir Lusi berkorban untuknya lagi. Tapi Ia pum tak bisa melakukan apapun. Benar kata Lusi menggunakan cara apapun hati Lusi tetap sudah Ia hancurkan.
***
Monica menyalahkan lampu kamar apartementnya. Seperti yang sudah Ia perkirakan suaminya akan ada di sana. Duduk di lantai menatap jendela seperti yang sering mereka lakukan.
Richard menoleh pada Monica yang datang. Ia tersenyum tipis.
"Apa aku bisa minta tolong untuk di matikan saja lampunya.." Ucap Richard.
Monica mengangguk Ia kembali mematikan lampu,namun tetap menghampiri Richard. Ia duduk di hadapan Richard dan ikut menatap keluar jendela.
"Apa kamu menyesal menikahi ku?" Tanya Monica
Richard menatap istrinya. Untuk sesaat Ia lupa bahwa Ia sudah menjadi seorang suami yang harus bertanggung jawab dengan perasaan sang istri.
"Kenapa kamu berfikir seperti itu?" Tanya Richard.
Monica mengedikan bahunya. Ia terus menatap ke arah luar. Takut jika menatap Richard lalu melihat penyesalan di mata Richard dia akan terluka.
"Apa tidak bisa kamu percaya padaku?" Tanya Richard
Monica masih tak mau menatap Richard. Ia memainkan jarinya pada kaca jendela,menggambar yang tak jelas.
"Aku percaya.."
"Hmm.. Aku memang tidak pantas di percaya" ucap Richard
Monica dengan cepat mengalihkan wajahnya ke arah Richard.
"Aku bilang aku.." Ucap Monica yang belum selesai namun sudah di bungkam oleh kecupan dari Richard.
Monica terdiam di tempatnya. Tidak mengelak tidak juga membalas. Richard melepaskannya dan menatap wajah Monica dari dekat. Ia mengusap pipi Richard.
"Maafkan aku.." Ucap Richard
Monica menggeleng. "Aku yang minta maaf.. Aku sudah dengar Mba Lusi menarik Investasinya dan juga menjual saham dengan harga yang sangat rendah."
"Lalu?" Tanya Richard
"Ya itu akan menyulitkan mu.."
Richard menganggukan kepalanya. "Karna itu akan sulit.. Kamu harus terus mendukung ku.. " ucap Richard
Monica menganggukan kepalanya. Richard tersenyum tipis. Ia membenarkan rambut istrinya.
"Kamu bisa mengatasinya kan?" Tanya Monica
Richard mengangguk. "Sure.."
"Terus kenapa kamu masih sedih?"
"Apa terlihat begitu?" Tanya Richard
Monica mengangguk. Richard menjauhkam dirinya dari Monica lalu bersandar pada kaca.
"Aku tidak sedih. Hanya hatiku terasa kurang baik.."
"Karna Mba Lusi?"
"Kalau aku bilang, aku merasa bersalah dengan Lusi apa kamu akan marah?"
Monica terdiam, kemudian menggeleng. "Sudah seharusnya begitu"
"Aku mengatakan kepada Lusi untuk melakukan apapun pada ku asal jangan semakin melukainya. Tapi aku sadar hal itu hanya agar aku tidak terlalu merasa bersalah. Hari ini Lusi mengatakan di depan ayahnya bahwa dia yang tidak mau menikah dengan ku. Lalu dia hanya menarik investasi pribadinya yang tidak seberapa dan menjual sahamnya. Jika dia mau dia bisa melakukan yang jauh lebih parah dari ini. Aku tidak mau dia mengorbankan dirinya lagi untuk ku. Aku tidak mau dia semakin terluka.. "
Monica tak mengatakan apapun hanya terus mendengarkan Richard.
"Tapi setelah aku pikirkan aku tidak takut dia terluka..aku hanya takut semakin merasa bersalah. Aku egois Monica."
Monica mengusap tangan Richard lembut.
"Dulu aku juga melakukan hal yang sama.. Aku melukai seseorang lalu aku hanya memikirkan diri ku sendiri."
"Alda?"
Richard menatap Monica terkejut. "Kamu tau Alda?"
Monica menggeleng. "Aku hanya pernah mendengarnya.."
"Ehmm.. Aku memiliki hubungan dengannya. Lalu mommy tau, mommy menemui Alda. Ia membuat perjanjian yang akhirnya membuat dia meninggalkan ku. Aku sangat terluka waktu itu. Aku merasa semua wanita di dunia sama saja, hanya ingin uang ku. Lalu kecelakaan itu terjadi. Aku bahkan tidak tau dia benar-benar kecelakaan atau bunuh diri. Aku tidak tau perasaan aku seperti apa, entah aku benar-benar kehilangan atau aku hanya merasa bersalah padanya. Dalam suratnya dia mengakui bahwa Ia sengaja mendekati ku agar Ia memiliki cukup biaya untuk pengobatan ayahnya. Aku tidak peduli dia yang ingin uang ku atau tidak. Aku bisa memberikan apapun untuknya. Yang aku ingin tau, apa dia pernah mencintai ku..?"
Entah mengapa hati Monica terasa begitu sakit. Ia merasa cemburu tanpa alasan. Melihat Richard yang seperti ini Ia sendiri tidak tau apakah Richard hanya merasa bersalah atau memang Richard masih mencintai Alda.
Richard menegapkan tubuhnya. Ia menggengam tangan Monica erat.
"Dan sekarang aku melukai Lusi. Aku pernah melukai banyak wanita. Aku takut pada akhirnya akan juga menyakiti mu. Karna itu waktu kamu memohon aku untuk pergi aku sempat ingin pergi. Aku takut, aku takut kamu terluka. Tapi ternyata aku benar-benar egois Monica.. Aku tidak bisa kehilangan mu. Aku jelas tidak mencintai Lusi, aku tidak tau apa aku mencintai Alda. Tapi kamu.. Aku tau dan aku yakin. Kalau aku mencintai mu...Tapi bagaimana kalau aku melukai mu?"
"Bagaimana kalau aku melukai mu?" Tanya Richard lagi.
Monica menangkup wajah Richard,
"Aku percaya dengan mu.." Ucap Monica.
Air mata Richard terjatuh begitu saja. Monica menghapusnya.
"Belakangan ini kita sudah banyak sekali menangis.. Jangan menangis lagi. Oke?"
Richard menganggukan kepalanya.
Monica masih menangkup wajah Richard. Richard menggapai tangan Monica dan menurunkannya. Ia menatap lekat pada bola mata Monica.
Perlahan namun pasti Richard mendekatkan wajahnya pada Monica. Ia merekatkan bibirnya pada bibir Monica. Mata Richard terpejam,begitupun dengan Monica.
Kali ini lebih dari sekedar kecupan. Akan lebih jauh dan mungkin sangat jauh. Masing-masing dari mereka tau kemana ciuman ini akan berakhir. Namun tak ada satupun dari mereka yang ingin mengakhiri. Mereka membiarkan, atau memang itu yang sama-sama mereka inginkan. Untuk sampai di tahap sejauh ini sangatlah tidak mudah.
Mereka tau, setelah ini mereka harus menghadapi dunia yang penuh dengan kesulitan. Tapi biarkan nanti, karna malam ini yang mereka tau hanya ada mereka dan cinta mereka yang terus tumbuh subur meski halangan di antara mereka semakin sulit.
***
Oh ya..btw.. Karna aku punya lumayan banyak waktu kosong. Aku pengen bikin vlog gitu.. Enaknya ngomongin apa ya di youtube..
Comment ya..readers yang baik hati.. 😘😘😘