Dengan uang seratus ribu Risa membeli dua kartu transportasi untuknya juga Richard.
"No.. No... Aku tidak bisa naik angkutan seperti ini" ucap Richard. Risa tak memperdulikan ucapan Richard karna kini Ia justru menempelkan kartu untuk Richadd Dan mendorong Richard masuk ke dalam shutter busway, lalu Ia menyusul.
"Sa.. "
"Sst.." Ucap Risa dan menggandeng tangan Richard agar mengantri bersamanya.
"Untuk menjadi rakyat biasa,transportasi umum adalah hal wajib pertama yang perlu kamu biasakan" bisik Risa
"Aku tidak berminat menjadi rakyat biasa" balas Richard.
"Ayo naik.." Ajak Risa dan menarik tangan Richard agar masuk ke dalam bus yang sudah cukup sesak itu.
"Kita bisa menunggu yang berikutnya, untuk apa berdesakan seperti ini?"
"Yang berikutnya lama, kamu pegangan ini"ucap Risa dan menggeser tangan Richard agar berpegangan lalu Ia sendiri berpegangan pada jaket Richard. Ia tersenyum nampak begitu senang.
"Puas?" Tanya Richard
Risa menggeleng, "belum..ini baru awal"
Richard mencebik kesal, Ia menatap Risa yang terus tersenyum.
"Lihatlah wajah mu nampak sangat bahagia karna bisa mengerjai ku"
Senyum Risa semakin lebar saja, "kamu tau aku selalu ingin melakukan ini."
"Mengerjai ku?"
"Bukan,naik angkutan umum bersama kekasih ku yang tinggi. Dia akan berpegangan pada pegangan. Lalu aku akan memegang jaketnya seperti ini. Jadi seperti ini ya rasanya.." Ucap Risa
Richard menatap Risa tak percaya. Sungguh ajaib keinginan kekasihnya itu.
Bus mengerem mendadak dan Risa nyaris terjatuh kalau Richard tak menahannya. Richard menghela napasnya, Ia mengambil tangan Risa lalu meminta Risa untuk memegang pinggangnya saja.
"Jika ingin melakukan seperti ini,lakukan yang benad jangan sampai terjengkang" seru Richard yang kini hanya berpegangan dengan satu tangannya,tangan lainnya Ia gunakan untuk memegangi Risa.
Risa menutup bibirnya dan mencoba mengulum senyum bahagiannya. Richard memperhatikan Risa yang terus tersenyum.
"Bahagia?"
Risa mengangguk.
"Aku bahkan bisa membelikan mu sebuah pulau dan kamu lebih bahagia berdesakan di dalam mobil seperti ini?"
Risa mengangguk lagi, "tentu saja, jika kamu membelikan pulau aku hanya akan punya pulau. Tapi disini aku memiliki dunia.."
"Dunia?"
"Ya..kamu..dunia ku"
Richard menggelengkan kepalanya lagi. "Terserah kamu"
...
...
Risa dan Richard mengelilingi jakarta dengan angkutan umum. Mereka mencoba busway,angkot, KRL dan juga LRT. Tidak hanya itu Risa juga mengajak Richard untuk berjajan di pinggir jalan.
Seperti saat ini, Risa sedang menyuapi cilok pada Richard.
"Buka mulut mu.. "
"No"
"Richard!.."
"Ngga mau..aku kenyang.."
"Kamu harus cobain atau aku ngambek?" Ancam Risa
"Terserah ngambek aja.."
Risa mengangguk, Ia sudah akan membuat keributan namun Richard menghentikannya.
"Oke..duduk" ucap Richard dan membuka mulutnya.
"Gimana enak kan?"
"Aneh..kenyal-kenyal seperti aku sulit mengunyah" ucap Richard.
"Ini namanya cilok.. Terbuat dari tepung aci dan campuran daging atau ikan." Ucap Risa
Richard hanya bisa mengangguk tanpa mengomentari apapun lagi.
Mereka terus menikmati jalan-jalan mereka. Richard pun sudah mulai biasa dengan naik turun busway. Ia bahkan sudah tak lagi merasa susah, justru tampak bahagia. Saling tertawa dan bercanda. Bahkan meskipun hari sudah menunjukan pukul sepuluh malam keduanya belum nampak lelah.
Kini mereka sedang memesan sate ayam kesukaan Risa. Mereka berdiri di dekat jembatan.
"Naikin aku kesitu dong.. Aku mau.duduk."
Tanpa mengatakan apapun Richad mengangkat dan mendudukan Risa di pembatas pinggir jembatan,sedangkan Ia terus memegangi Risa.
Richard mengadahkan kepalanya menatap langit malam.
"Cerah.. Tapi kenapa bintang tidak ada? "
Risa ikut memandang langit, lalu menatap Richard Yang sedikit di bawahnya.
"Bintangnya kan kamu"
Richard menahan senyumnya Dan terus menatap langit malam.
"Aku lebih cerah dari bintang"
"Iya sih.. Jakarta sudah terlalu terang dan banyak polusi jadi bintang tidak terlihat lagi." Ucap Risa. Ia menyentuh bulu-bulu wajah Yang di biarkan Richard tumbuh saat libur bekerja.
"Kenapa?" Tanya Richard
Risa tersenyum lagi,jelas sekali Ia lupa betapa sedihnya Ia sebelum Richard datang.
"Aku ingin dengan mu seperti ini setiap hari"
Richard memeluk pinggang Risa dan tersenyum meski tidak sebahagia Risa.
"Kita tidak akan bisa seperti ini setiap hari. Jika aku lari ke dunia mu dan jatuh miskin, kita akan bertengkar setiap hari. Aku yang merasa frustasi akan lebih sering memarahi mu, begitupun kamu yang merasa kekurangan akan marah pada ku. Orang tua ku akan menutup semua langkah ku,agar aku kembali kepada mereka." Ucap Richard
Risa mengangguk, "aku mengerti sekarang.. Lagi pula aku tidak ingin memiliki mu tanpa restu"
"Kenapa? Kenapa kamu tetap ingin menikahi ku? Kamu bisa meminta apapun padaku bahkan tanpa perlu menikah. Kamu bisa memanfaatkan mu sebanyak yang kamu mau.. Lalu saat menurut mu semua sudah cukup kamu bisa pergi..kenapa kamu ingin menikah dengan ku?"
Risa tak menjawab hanya memainkan rambut Richard.
"Aku tidak akan meninggalkan mu kalau bukan kamu yang pergi lebih dulu.. Jadi apa cukup untuk mu berhenti meminta ku menikahi mu?"
Risa menggelengkan kepalanya. "Tidak, Aku tetap ingin menikah dengan mu dan harus" jawab Risa
"Kenapa? "
"Karna aku ingin memiliki mu semuanya.. Bukan hanya kebahagian mu, tapi segala kesulitan mu. Aku ingin menjadi rumah tempat kamu lelah. Dimana kamu bisa berekpresi tanpa takut akan di jatuhkan. Aku ingin menemani mu saat kamu memang harus menangis,aku ingin menenangkan mu saat kamu marah aku ingin menjadi alasan terbesar mu untuk tertawa dan bahagia." Ucap Risa
Risa menangkup kedua pipi Richard. "Aku ingin menjaga mu" ucap Risa
Richard tertawa kecil "dengan tubuh sekecil ini,bagaimana kamu akan menjaga ku,hmm?"
"Issh.. Kamu harus percaya padaku. Bahwa menjaga seseorang adalah satu kemampuan terbesar ku"
Richard menganganggukan kepalanya. "Aku akan mengambil sate kita" ucap Richard dan meninggalkan Risa.
Risa menatap Richard yang berlalu, Ia menyisipkan rambutnya sendiri. Ia sungguh ingin bersama Richard lebih dari apapun.
***
Risa menyerahkan satu paper bag kepada Richard dan Richard pun menerimanya.
"Jangan lupa makan, jangan di forsir, dan kalau sempat hubungi aku." Ucap Risa
"Aku hanya ke singapore lima hari. Bukan pergi untuk waktu yang sangat lama.." Ucap Richard
Risa mengangguk mencoba mengerti namun matanya sudah berkaca-kaca.
"Mau ku peluk?" Tanya Richard. Risa menggeleng.
"Nanti saja..biar kamu rindu dengan ku dan cepat kembali. Udah pergi sana"
Richard mengangguk "jangan lupa ke dokter lagi"
"Ya.."
Richard pun meninggalkan apartemen Risa.
Ia sering pergi jauh dan lama, namun mengapa hatinya saat ini terasa berat. Ia bahkan telah merasa rindu meski baru beberapa detik meninggalkan Risa.
***
William masuk ke ruangan Richard dengan marah.
"You're craz!" Bentak William
Richard hanya melipat tangannya dengan tenang Dan mendengarkan apapun Yang di katakan William.
"Kau meminta mereka menghentikan penyidikan? "
"Ya" jawab Richard
"Kak! Dia memberikan proyek kepada perusahaan lain itu dengan nilai proyek Yang sangat tinggi. Total kerugian kita delapan ratus tujuh puluh miliar belum lagi penggelapan dana Yang dia lakukan" ucap William
"Lalu?"
"Kak!" Bentak William
"Ini akan menjadi urusan ku. Berhentilah menyelidikinya"
"Richard! Apa sih Yang dia lakukan? Mencuci otak mu hah?"
"Berhenti mengurusinya" ucap Richard
"Kita akan bangkrut!"
"Tidak akan aku biarkan, jika dia mengambil satu triliun dari ku maka aku akan menghasilkan 10 kali lipat lebih banyak. Jadi berhenti menyelidiki apapun tentangnya dan keluar lah" ucap Richard
William tersenyum sinis dan menggelengkan kepalanya. "Kau terlambat. Aku sudah menyerahkan kasus ini, dia dan semua orang yang membantunya akan segera di tangkap"
Richard sangat terkejut, Ia bangkit dari duduknya dan menatap William marah.
"Apa maksud mu..?!"
"Sorry.. Tapi ini yang terbaik" ucap William.
Richard mendekat pada William dan akan memukul william kalau saja Ayahnya tidak datang.
"Kau akan memukul adik mu untuk tindakan tepatnya?"
"Dad?"
"Kau sudah kelewatan. Daddy tidak peduli kau ingin bermain dengan wanita manapun. Tapi wanita ini tidak dapat kamu hadapi. Kau selalu berlarian pergi seperti orang gila saat dia menghubungi mu" ucap Pria Mahendra
"I can handle it"
Mahendra menggeleng, "you cant..because youre falling in love"
Richard benar-benar tampak marah. Ia berjalan melewati Mahendra dan William.
"Jika kau pergi sekarang itu artinya kau benar-benar mencintainya" ucap Mahendra.
Richard menghentikan langkahnya. Ia mengepalkan tangannya menahan marah. Ia tidak jatuh cinta hanya saja Ia tidak akan membiarkan sesuatu terjadi pada Risa.
"Richard..sadarlah dimana tempat mu" ucap Mahendra
Richard akan melangkahkan kakiknya yang lagi-lagi di hentikan oleh ucapan sang ayah.
"Jika itu cinta kau tau bukan kami akan benar-benar menyingkirkan wanita itu?"
Richard mengangguk, Ia membalikan tubuhnya.
"Aku tidak mencintainya, jadi berhentilah melakukan sesuatu padanya. Lepaskan dia dan aku akan menikah dengan wanita manapun yang kalian pilihkan dan aku tidak akan pernah menemui dia lagi,setelah ini. Jadi lepaskan dia" ucap Richard dan melangkah keluar dari ruangannya sendiri.
***
Seorang pria masuk ke dalam ruangan Risa begitu saja. Ia mendorong tubuh Risa hingga membentur tembok.
Dimas dan Adele pun ikut masuk ke dalam ruangan.
"Keluar kalian!" Bentak pria itu.
Risa nampak sangat kaget di lakukan seperti itu. Dimas mencoba melepaskan pria itu dari Risa. Hingga membuat pria itu terjatuh lalu kembali berdiri.
"Apa kau ingin aku bongkar semuanya di depan dua seketaris bodoh mu ini! Suruh mereka keluar" pekik pria itu lagi.
Risa mencoba menenangkan dirinya sendiri. Entah kejahatan apa lagi yang sudah Ia lakukan pada pria itu sehingga pria itu nampak sangat marah padanya.
"Kalian keluar lah" ucap Risa
"Tapi bu.."
"Keluar" ucap Risa.
Meskipun tidak ingin untuk keluar Dimas dan Adele tetap mematuhi perintah Risa.
"Apa kita bisa bicara dengan duduk tenang?"
"Tenang kata mu? Apa kau bisa tenang setelah menerima ini!" Bentak pria itu dan melemparkan selembar kertas pada Risa. Risa memungut kertas itu dan membacanya.
"Kamu melakukan penggelapan uang?"tanya Risa
Pria itu tertawa sinis,Ia nampak sekali frustasi.
"Aku? Ah.. Kamu ingin membuat seakan-akan aku Yang melakukan ini sendiri? Menjadikan ku umpan agar Richard semakin percaya padamu hah?!"
Risa masih belum mengerti apa Yang pria itu bicarakan padanya.
"Aku tidak akan masuk penjara sendiri! Kamu Yang memulainya Dan kamu Yang tidak ingin berhenti!" Bentaknya lagi
Risa merasa limbung, kepalanya terasa berputar tubuhnya gemetar. Ia menipu kekasihnya sendiri? Bukankah itu maksud dari ucapan dari pria di hadapannya.
Pria itu mendekat pada Risa yang kini nampak sangat shock.
"Sudah ku katakan untuk berhenti saja.. Sudah cukup yang kita ambil. Tapi kamu menolak. Harusnya sejak awal aku tau kalau kau akan menjebak ku dan menjadikan ku tameng mu! Kau bahkan menyingkirkan sahabat mu sendiri dari tempatnya. Bagaimana mungkin dengan bodohnya aku percaya dengan mu? Cinta? Aku bahkan dengan tololnya percaya bahwa kamu mencintai ku! Aku melakukan segalanya untuk mu dan kamu hanya menjebak ku?"
Risa berpegangan pada tembok, Ia sungguh tidak bisa menerima apa yang pria itu katakan. Bagaimana mungkin Ia tega memanfaatkan perasaan orang?
"Kamu bahkan membohongi ku kan? Itu anak Richard bukan anak ku!"
"Anak? Apa maksud mu?" Tanya Risa
"Kau mengandung anak Richard aku tau itu. Dia tidak mau bertanggung jawab? Dia membuang mu? Malam itu tidak terjadi apapun antara kita bukan? Kamu menjebak ku!"
Risa benar-benar tidak mengerti apa yang pria itu katakan. Ia menyentuh perutnya sendiri. Apa benar saat ini Ia sedang mengandung?
"Kau benar-benar bukan manusia Risa.. Kau iblis.. Kalau aku sampai masuk penjara kau akan ikut dengan ku" ucap Pria itu dan akan pergi. Namun bebeberapa orang telah masuk begitu saja. Dimas dan Adele berusa mengejar mereka agar tidak sembarangan masuk.
"Surat penangkapan pemeriksaan untuk Ibu monica Larissa" ucap salah satu pria itu dan mengangkat selembar kertas.
***
Happy Weekend ,😂😂😂