[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLET...

By pjy1106

148K 17.8K 4.3K

Cover Fanart cr.by Pinterest. ---- Lisa fikir Lelaki itu adalah penyelamatnya namun kenyataan mengatakan lain... More

Pengenalan
1. Hay
2. Anggoro Sibling
3. Just A Tool
4. Sahabat
5. HappyBirthDayโค
6. Nerd?
7. Meet Rival
8. Get Ready?
9. Skinship?
10. First
11. Terlindungi
12. Hilang dan Menyesal
13. Terjebak?
14. Yoyo
15. Teman Lama
16. Kacau
17.
19. Deg-degan
20. Dangerous.
21. Lose Control
22. Blushing.
23. Arrogant.
24. YOU'RE MINE !
25. Who am I to you ?
26. Terancam
27. Rahasia Lisa.
28. Who Juan ?
29. Teddy in Action.
30. Egois.
30. Panas.
31. Lose Control.
32. Dua Tahun Kemudian.
33. Night With You.
34. Pertengkaran.
35. Ketakutan.
I Love U.
36. Sedikit Perhatian.
37. Holidays.
38. Envy.
39. Dahyuni.
40. Cara Mencintai.
41. Pillowtalk.
43. Mimpi.
42. A Little Actions.
44. Double Job.
45. Haruskah Berakhir?
46. Kosong.
47. Memory.
48. Down.
49. Mantan.
50. Beside You.
51. Retak.
Hanbin Side.
52. Mau Aku Bantu?
53. Kalau Butuh, Jangan Gengsi!
54. Jangan Suka Sama Lisa!
Good Morning.
55. Fakta.
56. Kita Baikan?
57. Don't Get Tired.
58. Lisa Dimana?
59. Anggoro Family.
60. Pengakuan Dosa.
61. Perubahan Hidup.
62. New Pages.
CHAT
63.
CHAT-O2
64. Hari Itu Tiba.
EPILOG
NEW STORY HANLIS

18. Game Over

2K 317 19
By pjy1106

"Bin, Lisa pingsan di lapangan basket!!"

Hening.

Semua mata tertuju pada pria yang kini sedang tertidur dipojokan kelas, mereka menatap dengan tatapan cemas.

Yah, cemas karena Hanbin pria itu akan meledak sesaat lagi.

Semenjak kejadian di lorong lusa itu, ketika Mino yang sengaja akan mencium Lisa dihadapan Hanbin. Hanbin tidak segan melayangkan pukulannya tepat pada wajah tampan milik Mino, membuat sedikit keributan dan memancing perhatian semua siswa bahkan guru di seluruh penjuru Pelita.

Kim Hanbin dengan lantang mengatakan bahwa tidak ada satu orang pun yang berhak akan Lisa. Menyentuh apalagi menyakitinya itu sudah sangat jelas akan berakhir buruk ditangan Hanbin. Semua siswa bersorak iri dan memandang pria tampan itu dengan tatapan memuja.

Berapa beruntungnya Lisa.

Dan sekarang, ketika kabar buruk itu disampaikan dengan lantang dihadapan Hanbin. Semua siswa mulai resah, resah akan amarah Hanbin. Mereka terdiam menanti respon Hanbin yang kini tengah mengepalkan tangannya kuat dan memicingkan mata menatap June diambang pintu.

"Goblok, malah planga-plengo. Lisa pingsan bin !!" pekik June kembali.

Hanbin, ia mengusap wajahnya kasar lalu menatap June penasaran. "Kenapa bisa pingsan ? Dia kan lg bolos olahraga." tanya nya heran, Hanbin bangkit dari duduknya dan berjalan setengah berlari ke arah lapangan disusul kedua sohib nya itu, Yoyo dan June yang sesekali tertawa geli melihat tingkah Hanbin yang sekarang.

Dilapangan, terlihat Lisa yg kini terkapar dipangkuan Jennie. Jennie tak berhenti mendekatkan minyak kayu putih pada hidung Lisa berharap Lisa segera sadar, sesekali ia tepuk-tepuk pipinya chubby Lisa dan bergumam mencoba memanggil Lisa berkali-kali.

"Lisa, bangun dong kalo lo mati gue sama siapa." cicit Jennie.

"Jen."

Mampus, Jennie meringis mendengar suara berat yang baru saja memanggil namanya itu. Ia menunduk memejamkan matanya kuat sebelum memberanikan diri untuk menatap sang pemilik suara yang kini tengah berjalan mendekat kearahnya.

"Dipanggil tuh nyaut, lo punya mulut kan ?" Jennie semakin meringis, ia mengigit bibir bawahnya. Ia tau lelaki itu kini sedang kesal bahkan mungkin sebentar lagi ia akan marah besar karenya. "...bego" pekik lelaki itu kembali.

Jennie mendongakan kepalanya, menatap Hanbin takut ia tersenyum kikuk dan sedikit menggelengkan kepalanya pertanda Lisa belum sadar sedari tadi. Hanbin mendesah frustasi, dengan gerakan cepat saat ini Lisa telah berada dipangkuannya.

Suara sorakan terdengar dipenjuru lapangan, sorakan para murid yang menonton kejadian itu sedari tadi.

"Jennie kan adenya, kita liat aja dia bakalan ngamuk lg apa kaga."

"Gila sih, gue baru liat jennie setakut itu."

"Sumpah Lisa beruntung banget, kasih gue cowo yang kaya Kak Hanbin satu toloooong.."

Pekikan-pekikan itu sedikit samar terdengar oleh Hanbin, baru saja melangkahkan kaki nya berniat menuju UKS. Hanbin kembali berbalik menatap Jennie dengan tatapan menelisik.

"Bin." cicit Jennie, ia menunduk. Jari jarinya tak henti memainkan ujung seragamnya pertanda saat ini jennie sudah sangak gugut, ia takut.

"...gue...." lanjutnya dengan sedikit takut, ia menatap Hanbin sayu. "...maaf" Jennie terisak dan langsung membuat semua yang menyaksikan adegan itu bersorak tak menyangka.

Jennie menangis.

Sebuah kejadian langka yang baru saja mereka lihat, seorang Jennie, Jennie si ratu Pelita, Jennie si angkuh bahkan Jennie seorang adik kandung dari Kim Hanbin.

Ia menangis, menangis hanya karena begitu merasa bersalah pada Lisa, menangis karena ia takut pada Hanbin yg kini sedang menatapnya seakan-akan menghunuskan pedang tepat di dadanya. Padahal tak ada satu kata pun menyakitkan dari Hanbin yang terlontak dimulutnya.

"Gue egois, gue udah maksa Lisa buat ikut olahraga soalnya gue ga ada temen, padahal Lisa lagi sakit. Maafin gue, maaf."

Hanbin mendesah, ia sekilas menatap Lisa yang kini masih memejamkan matanya sedetik kemudian ia kembali menatap Jennie.

"Jen...

Jennie menunduk takut.

"...lo manja..

"...lo egois..

"..apapun yang lo mau harus diturutin, iya gue tau lo kaya gitu karena ajaran orang tua gue juga, tapi stop sampe sini, jadiin pelajaran kalo gasemua yang lo mau pasti lo dapet."

Jennie memejamkan matanya, yah semua yang Hanbin katakan memang benar. Itu adalah Jennie, itu adalah dia. Egois, manja, so berkuasa, Jennie akui itu memang benar.

"...lo tau Lisa sakit, lo masih maksa dia buat olahraga. Otak lo disimpen dimana huh? Kalo tolol jangan semuanya lo borong, goblok !!"

Jennie terdiam, ia tetap mengeratkan genggamannya pada ujung seragam olahraga. Bersiap menerima umpatan yang akan kembali dilontarkan Hanbin padanya.

"...hahhhhh" desah Hanbin frustasi, ia berbalik dan melangkah kembali menuju UKS.

Sementara Jennie, ia lemas. Lututnya mati rasa, ini kali pertamanya merasa bersalah seperti ini, ini kali pertamanya Hanbin semarah ini padanya. Dan semuanya karena Lisa, Lisa sahabatnya, Lisa yang tidak pernah menolak apa yang ia katakan, Lisa yang setia meminjamkan buku PR padanya.

Jennie menyesal, ia menyesal telah begitu egois untuk yang kesekian kalinya.

"Maaf.." lirih Jennie, ia lunglai badannya terduduk ditanah menundukan kepalanya dan menangis terisak.

"Ck, lo baperan juga ya." sebuah tangan merengkuh Jennie masuk kedalam pelukannya, menepuk lembut punggung jennie mencoba menenangkan wanita itu. Jennie tersentak, ia ingin melepaskan pelukannitu, pelukan dari lelaki yang bahkan ia tidak tau siapa.

Namun, biarlah. Tenaganya tidak sanggup mendorong ataupun melawan ia butuh seseorang untuk menjadi sandarannya saat ini. Itu butuh tangan itu, ia butuh pelukan itu.

Yah, dia membutuhkannya. Setidaknya sampai dia bisa berdiri kembali dikakinya.

***

"Kak Hanbin."

Hanbin tersentak, ia dengan cepat berjalan kearah Lisa yang kini sedang berusaha bangun. Dengan telaten Hanbin membantu Lisa duduk dikasur itu, kasur yang menjadi fasilitas di UKS Pelita.

"Jennie mana?"

Hanbin mengendikan bahunya, ia merapikan poni Lisa yang sedikit berantakan.

"Kak Hanbin ih" kesal Lisa.

"Ya gatau Lis, tadi dia dilapangan."

"Ngapain di lapangan?" tanya Lisa heran.

Hanbin membasahi bibirnya, ia menghela nafas sesaat. "hhh nangis." gumam Hanbin yang masih bisa dengan jelas didengar oleh Lisa.

"Loh kok?"

Lisa dengan terburu-buru turun dari kasur yang langsung ditahan Hanbin dan kembali menarik kakinya agar tetap pada posisi sebelumnya.

"Diem! Lo masih sakit." titah Hanbin.

"Kak, ade lo nangis loh itu kenapa santai banget." gemas Lisa, Hanbin kembali mengendikan bahunya. Lisa mengehela nafas dan menggelengkan kepalanya. "...seengganya biarin gue yang liat kondisi Jennie."

"Gue yang bikin Jennie nangis."

Lisa memicingkan matanya mencari suatu kebohongan dimata Hanbin, namun nihil. Hanbin jujur, ia tidak berbohong sama sekali.

"Lis, kalo gue suka sama lo gimana?"

What the hell!!

Hanbin mengutuk dirinya sendiri yang telah mengatakan kata-kata yang sudah lama bertahun-tahun tak pernah lagi ia katakan. Bibirnya terkatup, wajahnya merah padam, ia menghindari tatapan Lisa yang kini sedang menatapnya heran.

"Kak?"

"Lupain, dah lo tidur aja. Istirahat, Jennie biar gue yang urus."

Tanpa babibu, Hanbin melenggang meninggalkan Lisa, ia meraihkan knop pintu UKS. Namun,

"Kita lagi ngedrama kan Kak ? Kenapa Kak Hanbin bilang gitu ?"

Fuck..

Ia drama yang gue buat sendiri dan bikin gue kejebak didalam sana.

Hanbin berbalik menatap Lisa lurus, Lisa terdiam. Ini kesekian kalinya Hanbin menatapnya seperti ini, tapi entah kenapa sekarang rasanya berbeda.

"Lis, boleh gue jagain lo mulai saat ini ?"

Lisa terdiam tak mengerti, bukankah selama ini Hanbin telah lebih cukup menjaganya? Lalu kenapa dia meminta ijin kembali?

"I mean, gue tau ini permainan gue. Gue tau lo pun pasti gakan percaya kalo gue bilang gue suka sama lo sekarang, karena gue juga bukan tipe yang percaya sama perasaan seinstan itu. Lis, gue kejebak sama permainan gue sendiri."

Lagi, Lisa masih terdiam tak mengerti.

"Soal gue suka sama lo, gue gatau. Maaf. Tapi jujur, kenapa gue makin gasuka tiap liat lo sama mino? Oke gue akuin ini game yang gue ciptain tapi akhirnya gue sendiri yang kena virusnya. Lo paham kan ? Gue nyaman sama lo entah itu sebagai ade entah itu lebih gue gatau, gue pun masih ragu tentang perasaan gue sebenernya. Yang jelas sekarang tolong ijinin gue buat jagain lo."

Lisa mengangguk, perkataan Hanbin bagaikan mantra entah kenapa ia mengangguk dan menyetujui nya dengan begitu mudah. Padahal sangat jelas sekali itu bukan sebuah kata mutiara yang seorang lelaki katakan ada wanita yang dicintainya.

"Lisa."

Lisa menaikan salah satu alisnya.

"Ayo kita akhirin permainan ini, lupain balas dendam lo sama Mino lupain erisca lupain semuanya. Cukup tentang lo dan gue sekarang."

Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

59K 7.3K 49
Highest Rank : : #02 On Tzukook #02 On Marriege #02 On BangtanTwice #05 On MinatozakiSana #07 On ChaEunwoo #18 On ChouTzuyu [15+] __________________...
18.7K 1.5K 29
[๐‘๐ž๐ฏ๐ข๐ฌ๐ข ๐จ๐ง ๐ฉ๐ซ๐จ๐ ๐ซ๐ž๐ฌ๐ฌ] ๐’๐ž๐ฆ๐ฎ๐š ๐๐€๐ ๐ฆ๐š๐ฌ๐ข ๐ฅ๐ž๐ง๐ ๐ค๐š๐ฉ ๐๐š๐ง ๐›๐š๐ค๐š๐ฅ ๐๐ข ๐š๐ฉ๐ฎ๐ฌ ๐ค๐š๐ฅ๐š๐ฎ ๐ซ๐ž๐ฏ๐ข๐ฌ๐ข๐š๐ง ๐ฎ๐๐š๐ก...
1.2M 70.5K 34
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
51.9K 16.1K 35
Pera dan Hickory bergabung menjadi tim eksplorasi Winter Hunting yang ke-54. Mereka dibekali ilmu perburuan, pengetahuan tentang alam, dan mendapatka...